37. Heartache

583 66 19
                                    

Ada banyak hal yang ku benci di dunia, seharusnya kamu menjadi salah satunya, tapi sebutkan kenapa aku tak bisa melakukannya?

-Someone with Her Heartache-

Arseno menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Tari. Ini sudah hendak masuk ke inti acara, semenjak dimulainya acara satu jam yang lalu, Arseno tak bisa menemukan keberadaan Tari dimana pun. Bahkan Arseno sampai meminta tolong pada trio H-I-J untuk bisa menemukan Tari sesegara mungkin. Juga meminta Veril untuk segera menghubungi Rea dan meminta tolong agar ikut bantu mencari.

Minta bantuan Yuta juga menjadi pilihan yang bagus, tapi sayang, cowok itu lebih memilih absen untuk datang karena tahu Rea akan datang bersama Raffi.

Firasat Arseno jadi tidak enak karena Tari jarang sekali hilang tanpa sebab seperti ini, apalagi jika sudah punya janji, meskipun malas-malasan Tari pasti tetap akan datang untuk menepati janji yang sudah dia buat. Jika mendadak harus batal untuk datang pun Tari juga pasti memberikan kabar.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Tari?

“Lo belum nemuin Tari?” tanya Veril sesampainya di dekat Arseno. Tadi dia menerima chat dari Arseno, bertanya soal posisi Tari. Tapi ternyata Veril juga belum bertemu gadis itu, terakhir kali melihat Tari hanya saat di kamar tadi, saat menyuruh Tari untuk turun dan segera pergi ke taman belakang.

“Belum. Ditelepon juga nggak aktif, ponselnya dimatiin.” Arseno mendecak, pria dalam balutan jas formal dan sepatu pentofel hitam itu pun menyugar rambut dengan gusar. “Gue cari dia disekitaran pesta, lo coba susul dia ke rumah.”

Veril nyaris menyetujui usul Arseno jika saja suara Serena tak mengalihkan atensinya. Disaat yang bersamaan, Tari muncul dengan wajah sembab beserta kepingan foto di dalam genggaman tangannya.

“Lo kenapa? Kenapa nangis? Lo digangguin orang lagi?” Arseno menyentuh kedua bahu Tari, memandang gadis itu khawatir. Tari menatap Arseno kosong, seakan zombie hidup tanpa nyawa.

“Berengsek,” maki Tari dengan suara datar tanpa emosi. Membuat Arseno mengernyitkan dahi. Begitu pula dengan Veril yang merasa bahwa tadi Tari masih baik-baik saja. “Hati gue, bangsat!” umpat Tari dengan pekikan tertahan. Memukul dada Arseno berulang kali.

Arseno menutup mata saat lembaran-lembaran foto dilempar Tari pada wajahnya. Menahan tangan Tari agar berhenti memukul. “What happen, Ron? Gue salah apa? Kenapa lo marah? Lo—“

“Para hadirin tamu kehormatan kami. Selain acara tunangan saya dengan Matteo, ada kabar membahagiakan yang ingin saya umumkan juga hari ini.” Suara Serena tampak bahagia, di sampingnya Matteo berdiri dengan gagah sembari memeluk pinggang sang calon istri dengan posesif. Mau tak mau Arseno menggantung kalimatnya demi memperhatikan apa yang hendak Serena sampaikan. “Verilwin Eanstar, putri saya, secara resmi ikut bertunangan dengan Arseno Allaric F dari keluarga Allaric.”

Kedua bola mata Arseno membelalak sempurna. Veril juga sama terkejut, tampak bingung dan clueless tanpa bisa mengatakan apapun.

“Bukannya ini kebahagiaan yang pengen lo bagi dengan gue, Winly?” sarkas Tari dengan senyuman miring.

Tubuh Veril terasa hilang pijakan. Tak jauh beda dengan Arseno yang justru diam membeku. “Sumpah, Tar. Gue nggak tahu apa pun, ini sama sekali diluar apa yang gue ketahui.” Veril menjelaskan dengan nada begretar. Takut Tari salah paham dan berpikiran macam-macam. “Ini sama sekali—“

“Lo suka sama Kak Arseno, Ril?” Tari sukses membungkam mulut Veril dengan satu pertanyaan telak. Tari benar-benar marah, apalagi jika dia sudah memanggil Veril dengan sebutan nama ‘Veril’. Veril benar-benar kehilangan kemampuan berbicaranya saat ini.

My Illegal Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang