36. Clue

519 57 13
                                    

Apakah kau dan aku yang tak pernah bersama ini pantas kusebut dengan nama “kita”?

-Verilwin Eanstar To the Someone-


Keesokan harinya, semua berjalan normal tanpa lagi ada masalah. Zania masih saja tetap sibuk dengan urusan organisasi dengan catatan, akan lebih memperhatikan stamina serta ketahanan tubuhnya. Sedangkan anggota Pojokan lainnya sibuk menulis rumus di atas meja menggunakan pensil untuk ulangan mendadak Matematika Peminatan. Zania bisa mengikuti ulangan susulan di ruang guru meskipun sudah tahu akan mendapat nilai yang seperti apa.

“Lama-lama Bu Reti gue ajak sky diving biar tobat ngasih ulangan mendadak.” Veril tak henti-hentinya mengumpat sambil terus membuat jimat. “Mana gue sering nggak merhatiin lagi. Materi limit tak hingga nggak bisa nyambung sama gue. Udah jelas jawabannya tak hingga, kenapa tetap aja harus dicari sih? Bikin hidup makin ruwet aja.”

Akibat pegang mendengarkan ocehan Veril dibangku depan, Tari jadi melemparkan tutup penanya pada Veril hingga gadis itu memilih diam, mengerti kode dari Tari. “Lo kok anteng? Nggak nulis jimat? Bentar lagi jam Biologi habis lho.”

Rea mengibaskan rambutnya dengan percaya diri, tersenyum penuh kemenangan. “Serahkan saja ulangan matematika kali ini kepada Ratu Penguasa Samudera. Aku sudah belajar ini diles, jadi bisa jawab.”

“Bener Nyai bisa? Ya Tuhan, ini namanya hidayah,” seru Veril bahagia.

“Tentu saja, mari percaya sama Nyai.”

Untung Tari tidak termakan omongan manis Rea, kalau tidak dia sudah mati kutu saat ulangan karena Bu Reti membuat 4 paket soal dengan pertanyaan yang berbeda-beda. Tentu saja Rea, Zania, dan Tari tak bisa contek-contekan.

Walaupun tidak pintar, setidaknya Tari bisa menjawab 4 soal dari 6 soal essay yang ada jika sudah dapat rumusnya. Selama belajar dengan Bu Reti pun, Tari juga sering memerhatikan. Jadi dia tak terlalu kesulitan menjawab meskipun tak belajar semalam.

Sepeninggalan Bu Reti sehabis ulangan, Veril mengerang kesal. Jika dilihat-lihat, kalian bisa mendapati kepala Veril yang berasap. “Bener gue aja sky diving nih guru! Awas aja, besok-besok kalau gue jadi guru, pas jaman anaknya gue kasih soal ratusan.” Tatapan Veril beralih pada Tari. “Ini juga cecunguk, bilangnya nggak paham, cuma jawab ngasal doang. Tapi pas diliat kertas ulangannya malah kejawab 4 soal, sialan memang. Teman pengkhianat lo, Tari!”

Tari hanya cengengesan. Diam-diam kabur dari pada diomeli Veril lebih lama. Beruntung, Sam memanggil Tari dengan tangan melambai antusias dari meja seberang. “Tar, lo udah liat iklan Tokopedia yang baru? BTS jadi brand ambassador njir, kaget gue.”

“Iyakah?” Tari berjalan mendekat, mengintip ponsel Sam. Di samping Sam, terdapat Ranisa yang duduk sambil memutar musik dari band yang tidak Tari kenal, tampak asyik dengan dunianya. Tak peduli dengan suara ribut Sam yang sedang seru menjadi fanboy.

Lama-lama melihat Tari yang cuek saja, membuat Veril memutuskan untuk berhenti mengamuk. Masa bodoh dengan Matematika Peminatan, kalau nilainya tidak sampai KKM yah tinggal ikut ulangan remedial seperti biasa. Hidup kok dibuat susah.

Tapi bukannya memerhatikan layar ponsel Sam, Tari malah salah fokus saat melihat side view Sam dari dekat. Memang khem agak tampan sih, hanya saja sedikit tertutupi sisi manly-nya karena sering bersikap clingy dan tertawa kekanakan. “Nggak heran gue pernah suka sama lo, Sam.”

Ranisa terbatuk, gagal membuka botol minum. Veril  yang sedang berjalan mendekat nyaris terjengkang, Sam malah menjatuhkan ponselnya ke atas meja dengan dramatis. Rea yang mau ikut nimbrung jadi membatalkan niat, memilih kembali duduk di tempat.

My Illegal Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang