“Setiap orang memiliki kesempatan meskipun sering kali, kesempatan yang datang itu disia-siaakan. Meskipun aku sudah kehilangan kesempatan itu, aku tetap tak bisa kehilangan kamu. Bahkan orang bodoh pun tahu, aku membutuhkanmu. Harus, orang itu harus lah kamu.”
-Seo Changbin in Behind The Scene MV On Track-
***
Yang pertama kali Arseno lakukan setelah kejadian malam itu adalah menelepon teman-temannya Tari, tentu saja menggunakan ponsel gadis itu. Veril tanpa diminta dua kali segera datang ke indekos pada tengah malam setelah bertolak langsung dari Underneath, begitu juga Zania yang kebetulan, kedua orangtuanya sedang ada urusan di luar hingga bisa kabur dari rumah, segera datang satu jam setelah kehadiran Veril. Sedangkan Rea, tidak bisa hadir karena Papi Rea memang seprotektif itu, sekali pun Raffi dan Yuta sudah bersedia untuk mengantar.
Karena Arseno pikir, Tari pasti membutuhkan dukungan secara mental saat ini.
Benar saja, baru saja menatapi kedua temannya yang datang, Tari segera menangis lagi, memeluk Zania dan Veril erat, sontak ketiga sahabat itu menangis bersama hingga jatuh tertidur di ruang tengah.
Beruntung, Arseno juga tak berniat pulang. Jadi dia bisa menjaga ketiga gadis yang tengah terlelap itu dengan keadaan pintu depan yang masih terbuka. Tante Luzi yang baru pulang saat jam setengah dua pagi, terlihat kaget ketika mendapati beberapa warga yang masih ikut berjaga di depan rumah Tari bersama dengan Arseno. Tante Luzi segera mendekat dan salah satu warga dengan sigap menjelaskan saat ditanya apa yang sedang terjadi.
Respon wanita lajang itu setelah mendengar kronologi cerita adalah memasang wajah dingin, sebelum menarik napas panjang dengan berat dan melangkah mendekati Arseno. Luzi memang mengenal Arseno yang bukan lain teman Gen, adiknya. “Orangtua Tari udah dikasih kabar?”
Arseno menggeleng pelan. Padahal malam kian beranjak pagi, tapi Arseno tak bisa merasa tenang sama sekali. Rasa bersalah karena lalai menjaga Tari dan juga marah pada si pelaku tak bisa membuatnya mengantuk. “Gue nggak punya nomor mereka, nelepon lewat hape Tari pun dilarang sama yang punya. Kata dia, takut bikin Nyokap-Bokapnya khawatir.”
Luzi mengusap rambut panjangnya dengan kasar. Membuang putung rokok di sela bibir, lalu pamitan pada warga yang sedang berjaga untuk masuk ke dalam kos-kosannya.
Dari luar Arseno bisa mendengar, Luzi berbicara pelan pada seseorang ditelepon, yang bisa dipastikan adalah salah satu dari orangtua Tari.
***
Pada pagi harinya, tepat pukul sembilan, orangtua Tari sampai di indekos. Bersamaan dengan kedatangan Rea yang langsung memeluk Tari dramatis.
Sedangkan Tari hanya bisa menatap Evan dan Rasel heran. Karena seingat Tari, dia tak menelepon soal kejadian kemarin kepada kedua orangtuanya.
“Ibuk,” lirih Tari berucap saat Rasel menarik tubuh Tari ke dalam pelukan. Rasel menangis sejadi-jadinya, sedangkan Zania dan Veril yang baru terbangun akibat indekos Tari yang mendadak ramai hanya bisa menonton kejadian itu dengan wajah bantal.
Beda lagi dengan Arseno yang baru saja datang setelah sebelumnya pulang untuk mandi dan mengganti pakaian, lelaki itu dipanggil Evan untuk berbicara empat mata di teras indekos.
Asli, sekujur tubuh Arseno mendadak panas dingin tanpa sebab. Belum lagi rasa deg-degan parah saat tahu ini adalah Ayahnya Tari—meskipun bukan ayah kandung—tetap saja, Arseno panik setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...