Suatu cerita tak pernah benar-benar berakhir. Hanya saja ada beberapa bab yang selesai, lantas dilanjutkan dengan beberapa bab yang baru. Terkadang ada pemeran yang perlu dilupakan, meskipun tak akan pernah bisa terlupakan.
-Someone With The Lonely Night-
Sial bagi Arseno karena setelah dia pulang ke rumah, dia tak punya kesempatan bertemu dengan Tari lagi akibat beberapa urusan yang mendesak. Chris tiba-tiba menelepon dan minta dijemput, katanya ban mobilnya kempes-empat ban sekaligus-akibat ulah iseng seseorang yang dendam pada Chris. Arseno yang sudah banyak berhutang budi pada Chris tentu tak sampai hati untuk menolak.
Hari Minggu, Arseno justru dipanggil Deno, ada acara perpisahan klub kecil-kecilan sebelum anak kelas tiga benar-benar berhenti total dan keluar dari kegiatan ekstrakulikuler basket. Mau menjenguk Tari pada malam hari, Arseno juga sudah terlanjut punya janji untuk membahas masalah tempat bimbel pada Gen.
Meskipun berandal seperti ini, Arseno juga tak mau main-main untuk masa depannya. Oleh sebab itu dia menyiapkan jauh-jauh hari demi kelancaran lulus ujian nasional beserta lulus masuk ke dalam jurusan yang ia incar.
Disamping itu, Galen masih mendiamkan Arseno. Tapi kabar baiknya, Papa Arseno itu tak lagi pernah membawa perempuan ke rumah. Entah memang sedang 'tidak mood' atau benar-benar berhenti dari tabiat buruknya. Apa pun itu, Arseno rasa Galen mulai berangsur berubah menjadi sosok yang lebih baik.
Rencanya hari ini-Senin-setelah Arseno pulang sekolah nanti, dia berniat akan menjenguk Tari. Mungkin terkesan kurang ajar atau tak punya malu. Siapa pula yang mau bertemu dengan sosok yang sudah ia patahkan rasa kepercayaannya? Tapi Arseno merasa dia berhak menemui Tari meskipun hanya satu kali. Walaupun setelah itu Tari akan memaki dan mengusir Arseno agar pergi, Arseno akan tetap menerima konsekuensinya. Arseno memang pantas diperlakukan demikian.
Saat ini Arseno tengah berdiri didepan mading. Seperti orang bodoh mencari tulisan Sun Berlian. Padahal Arseno tahu, kalau tulisan Tari tak akan terpajang disana. Gadis itu sakit, jelas secara otomatis dia tak akan bisa mengisi mading edisi hari ini.
Arseno menghela napas samar. Sedangkan Yuta yang berdiri sejak tadi disamping Arseno hanya bisa memasang ekspresi antara bingung dan juga iba, temannya yang satu ini jadi terlihat murung akhir-akhir ini. "Mau berdiri disini sampe kapan?" tanya Yuta setelah jenuh menunggu selama lima belas menit agar Arseno segera beranjak. Tapi sampai kopi kotak ditangan Yuta habis, Arseno masih tetap bergeming.
"Ah, kacau," gumam Arseno sembari mengacak rambut. Memandang mading itu sekali lagi sebelum beranjak pergi. "Udahlah, yok cabut."
Baru saja hendak balik kanan, Yuta menarik tangan kiri Arseno dan menepuk-nepuk bahunya dengan heboh. Arseno jelas menoleh, Yuta menunjuk dua orang dewasa yang memasuki kawasan sekolah dengan tangan memegang beberapa kertas, sepertinya berkas penting.
"Ngapain mereka kesini? Kayaknya orang tua murid deh. Lo kenal, Sen?" tanya Yuta mendadak penasaran. Areno memicingkan mata, siapa tahu dia salah lihat?
"Kenal." Arseno mengangguk sebagai penegasan. "Itu Tante Rasel sama Om Evan, orang tuanya Tari. Ngapain mereka kesini?"
"Ya mana gue tahu. Gue kan bukan cenayang." Yuta menyahut acuh. Kembali melanjutkan langkah. Arseno segera ikut serta, menyejajarkan langkah disamping Yuta dengan mata tak lepas memandang presensi Evan Dan Rasel yang tengah melintasi lapangan basket untuk bisa sampai ke ruangan guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...