13 . That Time

853 104 13
                                    

Anehnya, kita selalu mengaharapkan sesuatu yang tidak pasti. Sedangkan yang sudah pasti tak pernah kita jadikan harapan. Pertanyaannya; kenapa?

○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•○•

Nama orang tua Tari sebenarnya adalah Andesta Liskandra dan juga Ameda. Bukan pasangan dari Rasel dan Evan. Andesta Liskandra adalah orang yang kini memiliki jabatan sebagai Jenderal tentara di AD-ketika masih kecil, pangkat ayahnya belum seperti itu. Dan Ameda juga adalah seorang dokter bedah ternama di rumah sakit Sennelier-yang notabene adalah rumah sakit miliki Ibunya Veril.

Sewaktu kecil semuanya masih baik-baik saja. Tari memiliki seorang kakak laki-laki bernama Altara Pravis, dan seorang adik perempuan bernama Altarisa pramata. Yang bukan lain sebenarnya adalah saudari kembarnya.

Iya, Tari dan Tarisa kembar. Nama aslinya adalah Altari Pramata.

Tari dan Tarisa punya perbandingan sifat yang mencolok, sama persis dengan wajahnya yang bukan kembar identik. Kalau Tari lebih suka sendirian, main lego di dalam kamar, atau melihat-lihat gambar di buku tanpa seorang pun teman, berbeda dengan Tarisa. Tarisa haus akan perhatian, anaknya ceria, lebih senang bermain boneka di luar dengan teman-temannya.

Meskipun begitu, jauh sebelum umur Tari menginjak angka tujuh, keduanya masih memiliki hubungan baik.

Kata orang, jadi anak kembar itu sulit.

Tapi bagi Tari, jadi anak kembar itu menyenangkan. Dia punya teman yang bisa selalu dia gandeng kemana pun, memiliki barang-barang yang sama, dan juga bisa saling menjaga satu sama lain. Di tambah, Tarisa pun bisa menjadi sisi lain dari Tari yang tidak Tari miliki.

Kalau Tari adalah sosok yang lebih banyak diam, maka Tarisa bisa menularkan kecerewetannya pada Tari. Tarisa bercerita, Tari mendengarkan.

Kalau Tari tidak punya teman, saat bersama Tarisa, Tari jadi ketularan temannya Tarisa juga. Karena teman Tarisa adalah temannya Tari juga.

Hingga suatu hari suatu pertanyaan meluncur begitu saja dari mulut Tarisa, saat pertemuan yang kesekian kalinya antara kolega ayah dan ibunya.

"Tari kok sering sekali tidur? Apa Tari selalu mengantuk?"

Anak perempuan yang waktu itu baru saja berumur empat tahun menggelengkan kepalanya tak paham. Pertanyaan Tarisa terlalu kompleks untuk dirinya. "Aku hanya ingin tidur, makanya aku tidur."

"Tapi Kak Tara jadi selalu menggendongmu pulang, Tari. Aku juga mau digendong."

"Kalau begitu pulang nanti kamu saja yang digendong Kak Tara."

Sebenarnya Tari selalu mengalah pada adiknya. Kalau Tari dan Tarisa diberi uang jajan yang nominalnya sama, tapi Tarisa lebih dulu menghabiskannya karena ingin membeli boneka mainan yang lucu, Tari dengan senang hati memberikan uang jajannya sendiri untuk sang adik.

Jadi dia pikir, tak masalah jika Tarisa yang pulang digendong oleh abangnya.

Tari selalu menjadi orang yang peduli, amat sangat peduli malah. Tapi sayangnya, semakin dia beranjak dewasa, dia semakin paham kalau rasa pedulinya lebih sering dimanfaatkan.

Pada malam itu, Tari kembali tertidur. Teman-teman makan malam ayah dan ibunya menganggap itu hal yang wajar karena anak-anak usia dini memang gampang sekali kelelahan. Lagi-lagi, Tara terpaksa menggendong adiknya dengan gemas kembali ke mobil tanpa menghiraukan Tarisa yang juga ingin digendong.

Ke esokan harinya, Tarisa marah pada Tari. Tapi Tari minta maaf, dan lain kali akan membiarkan Tarisa yang digendong Tara.

Hingga mereka beranjak memasuki taman kanak-kanak. Perbedaan antara Tari dan Tarisa makin tampak ke permukaan. Tarisa orangnya selalu bebas, maunya bermain terus dan agak sulit diajak belajar. Berbeda dengan Tari yang dari kecil sudah tertarik dengan buku, diajari alphabet sedikit saja dia langsung minta diajari cara mengeja. Tari dengan cepat bisa membaca diusianya yang belia, sedangkan Tarisa tertinggal dibelakangnya.

My Illegal Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang