22. Cloudy

658 72 16
                                    

Kebanyakan orang suka menuntut ini-itu, tanpa tahu bahwa itu adalah beban.

Kebanyakan orang menyalahkan dirimu di bagian ini-itu, seakan tak mengerti jika kau juga tak berniat untuk membuat kesalahan.

Dari semua keresahan itu, percayalah, ada masanya mereka semua juga akan merasakannya. Tertekan dan penuh rasa bersalah. Hanya perlu menunggu waktu untuk takdir memainkan perannya.

-Arseno Allaric F-

***

Kalau boleh jujur, Tari itu paling anti sama skinship-an. Apalagi kalo skinship-annya sama lawan jenis, Tari jelas semakin risih. Bukan tanpa alasan Tari bersikap demikian. Kalian ingat bukan jika ia pernah jadi korban pelecehan di waktu kecil? Itu yang membuat Tari sedikit trauma bersentuhan dengan orang-orang. Kalau bersama Veril atau dua sahabatnya yang lain tidak masalah. Tapi di luar orang-orang itu, Tari jelas tak suka.

Tapi dari tadi, ini makhluk gaib di sampingnya hobi sekali menarik Tari kesana-kemari. Tadi Arseno tiba-tiba datang ke indekos gara-gara Tari tak membalas semua chat dari Arseno. Menarik Tari keluar hingga kini ia terdampar di salah satu pusat perbelanjaan di tengah kota.

Sebenarnya Tari mau membalas pesan Arseno tadi, hanya saja dia sedang dalam mood untuk iseng. Membiarkan chattingan tersebut berjalan satu arah, sedangkan Tari malah senyum-senyum tipis sambil mengunyah es batu. Di dalam kepala Tari terbayang akan sekusut apa wajah Arseno saat ia kerjai.

“Ngapain sih jalan lelet bener, ntar lo ilang gimana?” Arseno mendelik ke arah Tari yang celingukan melihat kondisi mall dengan wajah kaku. Yah mau apa di kata, ini bukan wahana yang cocok untuk manusia seperti Tari. Apalagi sejak tadi Arseno mengajaknya berjalan-jalan tak tentu tujuan, membuat Tari merasakan betapa ia merindukan kasur milik Tari di kos-kosan saat ini. “Sini, cepetan.” Arseno mengamit lengan Tari agar kembali berjalan.

Selang semenit, Arseno melepaskan kembali genggaman tangannya. Memandang Tari yang jalan dengan langkah berat di samping kiri Arseno. Orang di mall sedang ramai, tak heran karena ini malam minggu.

Tari yang sedang seru memperhatikan deretan toko buku yang bejejer seketika di buat kaget saat Arseno menarik bahunya pelan. Tak sampai di situ, Arseno juga menautkan jari-jarinya pada jemari Tari dan menggenggamnya dengan erat. “Sori, orang lagi rame. Kalo nggak gini ntar lo kebawa arus orang-orang.” Arseno menjelaskan kenapa dia harus memegang tangan Tari seperti ini.

Yang punya perbuatan malah tidak tahu kalau hati Tari sudah merasa bungee jumping di dalam sana. Panik luar biasa.

Gue kenapa sih? Padahal cuma pegangan tangan. Batin Tari risih. Bukan! Bukan rasa risih karena Arseno berdekatan dengan Tari, apalagi dengan telapak tangan saling bersentuhan seperti ini.

Rasa risih ini terlebih karena Tari tak bisa mengatur detak jantungnya yang kian menggila. Bahkan ritme jantung Tari nyaris sama dengan langkah kaki orang-orang yang berjalan cepat melalui mereka.

Di tambah Arseno mengenakan pakaian yang boyfriend material macam foto-foto idol di pinterest, membuat kepala Tari kian pening.

Oke, calm down, Tari. Ini cuma Arseno Allaric F.

“Lo belum makan malam, kan?” tanya Arseno sambil menimbang-nimbang mereka mau makan di mana. Tangan kanan sibuk dengan ponsel, mengecek apakah ada tempat makan enak di dekat posisinya saat ini. Sedangkan tangan kiri menggenggam tangan Tari posesif. “Lo mau makan apa?”

“Mi ayam Mamang.”

Arseno memutar bola matanya jengah. Di kepala Tari apa hanya ada mi ayam? “Yang lain, lo harus coba sesuatu yang baru sekali-kali.” Arseno melempar pandangan dan matanya jatuh pada antrian humberger yang sedang ramai. “Mau coba makan junk food?”

My Illegal Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang