Hei, aku tak pandai berkata-kata manis seperti bait puisi yang kau tulis dalam bukumu. Apalagi mengatakan sesuatu yang bisa membuatmu tersenyum geli, merasa senang dan berbunga-bunga sembari menatapi layar ponsel. Ini hanya sekedar kata sederhana seperti, “Aku merindukanmu.”
Iya, sesederhana itu. Dan sesederhana permintaan, “Semoga harimu menyenangkan. Dan ... jangan lupakan aku.”
-Arseno Allaric F for Someone-
Bagi beberapa orang ada beberapa titik balik yang menjungkir balikkan hidup mereka hingga berubah haluan sebanyak 180 derajat. Sebagian menjadi kian terpuruk, memburuk. Sebagian lagi mendapatkan tujuan baru dan memilih untuk menjadi lebih baik.
Sedikit menyesal rasanya karena ia hanya bisa menghabiskan setengah sisa masa remajanya untuk bermain-main dibagian gelap dunia. Itu yang Arseno rasakan. Ada banyak waktu yang terbuang percuma. Ada masa yang ia lewatkan, padahal dimasa itu, Arseno bisa saja menjadi lebih baik. Memupuk impian yang ia tanam bibitnya sedini mungkin.
Apakah ini semacam pendewasaan diri? Mungkin iya, atau bisa jadi ini hanya baru setengah jalan menuju ke dewasa yang sebenarnya.
Jika orang-orang bertanya apa yang menjadi titik balik dari kehidupan seorang Arseno Allaric F? Maka ia akan dengan cepat menjawab: kepergian Tari.
Arseno tak merasa jika ia menjadi pihak yang tersakiti. Atau menjadi pihak yang harus dikasihani karena masalah cinta yang tak bisa berjalan seperti yang ia mau. Justru ia bersyukur, ada seseorang yang menyadarkan Arseno bahwa ia harus mencintai kehidupan yang ia punya terlebih dahulu, maka kehidupanpun akan jatuh cinta padanya.
Dan ajaibnya, semua terasa tak semenyakitkan dulu. Ada begitu banyak realita yang membuka kedua mata Arseno. Membuat Arseno banyak belajar dan memutuskan untuk berhenti bermain-main.
Tari benar. Hidup bukan soal cinta kepada lawan jenis melulu. Hidup soal melepaskan dan dilepas, mengalah pada luka untuk menang, dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya dan mencoba menggapai impian kecil yang tertanam dihati.
Mengkhilaskan banyak hal membuat Arseno menjadi pribadi yang lebih berlapang dada dan tak lagi menyalahkan keadaan. Arseno beranjak dewasa. Ia belajar banyak hal, dan akan terus belajar.
Masalah kehidupan Arseno sekarang tidak lagi soal ‘perasaan tidak hormat kepada perempuan’ atau pula rasa sakit hati soal kasih sayang Galen yang tak pernah ia rasakan. Atau soal jati diri yang belum ia temukan, well, perjalanan mencari jati diri itu sesuatu yang bekelanjutan, jadi Arseno rasa ia tak perlu terburu-buru untuk itu dan lebih menikmati proses pendewasaan diri yang ia alami.
Pertemanan Arseno juga baik-baik saja. Sekolah berjalan lancar. Galen sudah mulai berbicara satu-dua kata dan sesekali mengajak makan malam bersama, perkembangan yang cukup bagus. Juga tidak lagi memaksa Arseno untuk mendekati perempuan sebagai bahan investasi, begitu pula sebaliknya, Galen juga sudah berhenti membawa wanita tidak jelas ke rumah.
Semuanya baik-baik saja. Semuanya berjalan lancar.
Yang menjadi masalah terbesar Arseno sekarang adalah; rasa rindunya pada perempuan bernama Tari Ashallegra.
Bahkan setelah memasuki semester kedua yang disibukkan dengan berbagai les dan juga mengerjakan soal-soal latihan—oh tidak lupa juga dengan tugas sekolah yang segunung—Arseno masih belum bisa berhenti untuk tidak berhenti di depan mading sejenak dan mencari sebuah nama yang ia kagumi sejak lama.
Sun Berlian. Sisi mading yang biasa diisi oleh tulisan Sun Berlian tak lagi terisi, dibiarkan kosong dan sesekali diisi oleh beberapa tulisan yang tak Arseno kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Boyfriend
Teen Fiction[SELESAI REVISI✓] cover by @Ttmdesaignart [SPIN OFF SATU TIKET PULANG] Seharusnya seorang Tari Ashallegra, gadis biasa-biasa saja, kudet, punya sikap cuek terhadap gosip hot disekolahnya dengan otak pas-pasan yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai...