24- Don't Want to Acknowledge

404 61 11
                                    

Enjoy Be Reading 🖤

Jangan Lupa Votenya⭐

_________________

🐣🐣🐣🐣

Ahra melempar ponselnya yang mati sembarangan, tangannya yang gemetaran membuat ponselnya jatuh ke dalam wastafell yang digenangi air.

Tadi, Ahra berniat mencharger ponselnya, tapi dia malah membawa serta merta ponselnya ke toilet. Dan akhirnya berakhir seperti itu, seperti dirinya waktu kemarin. Tenggelam.

Suara pintu terbuka, membuat atensi Ahra pada ponsel yang tidak jauh berada di dekat pintu itu terputus. Dia melihat pamannya masuk, dan Ahra langsung menyuguhi pamannya dengan muka cemberut.

"Paman, kapan aku boleh pulang?" Sergah Ahra ketika Sae Jin berdiri di dekatnya, membenarkan cairan infus yang sedikit lagi habis.

"Aku bosan berada di sini terus menerus. Ponselkuku rusak, tugas kuliahku menumpuk, dan aku bisa mati bosan berada di sini." Rengek Ahra pada lelaki berjas putih, yang mulai menyuntikkan obat ke selang infus, dan itu ukses membuat Ahra meringis nyeri.

Sae Jin menyodorkan ponsel, yang tadi Ahra lempar. Ahra menghembuskan napas kesal, melihat layar ponselnya hancur.

"Kau bisa meminta ayahmu untuk membelikan ponsel baru. Kalau kau pulang, siapa yang akan merawatmu di rumah? Rumahmu besar tapi itu kosong." Ahra mencebikkan bibirnya, dia sudah tidak tahan dengan aroma juga keadaan rumah sakit.

Tapi apa yang diucapkan paman ada benarnya, apa iya dia bisa tinggal di rumah seluas itu sendirian. Ahra kan penakut.

"Tapi aku ingin pulang, aku sudah baik-baik saja sekarang. Aku tidak mau merepotkan Kak Yoona, dan temanku lagi." Sae Jin mendudukkan tubuhnya di atas brankar yang sedang di tempati keponakannya. Membelai lembut surai hitam keponakannya, Saejin menatap Ahra teduh.

"Kamu masih belum pulih total, aku tidak mau keponakanku yang cantik ini kenapa-kenapa lagi." Ujar Sae Jin membuat Ahra memilih diam.

Sudah 4 hari dia ada di rumah sakit, selama itu juga Ahra terus memperhatikan kondisi ibunya di balik pintu kayu coklat. Dan seperti biasa, ibunya selalu merengek minta pergi ke Daegu, menemui adiknya yang malang. Begitu katanya, tapi Ahra tidak tau apapun, sebab seperti yang pernah Ahra dengar pamannya itu sudah meninggal.

"Tunanganmu kapan pulang?" Pertanyaan Sae Jin , sukses membuat Ahra mengingat prianya itu.

Dia sebal sekali pada Sehun, sebenarnya perasaannya itu lebih mengarah pada rasa takut. Takut, kalau-kalau Sehun bersikap dingin lagi padanya. Ahra harusnya mengerti, Sehun ke Jepang untuk memenuhi pekerjaannya. Jadi wajar kalau Sehun jarang mengabarinya, lagipula ini baru hari ke 4 dia dan Sehun tidak bertatap muka. Sepertinya Ahra sedikit berlebihan, karena merindukan Sehun.

"Aku tidak tau, katanya pagi ini dia pulang." Balas Ahra terdengar enggan.

"Jadi, itu alasanmu pagi-pagi ingin pulang?" Ahra mendelik malas.

"Sepertinya kalau tidak hari ini, atau besok, kau sudah boleh pulang. Kita tinggal tunggu cairan infus ini habis." Balas Sae Jin, membuat dahi Ahra bergelombang.

Tadi, bukannya Sae Jin bilang kalau keadaan Ahra belum pulih total? Kenapa sekarang, berkata hari ini atau besok dia boleh pulang? Meski baru sepertinya sih.

"Loh paman ini bagaimana, tadi paman bilang aku belum pulih!" Sungut Ahra sebal.

"Loh kamu itu bagaimana, tadi bilang ingin pulang. Dan paman beritahu kalau hari ini atau besok kamu boleh pulang, kamu malah memarahi paman begitu!" Ahra menggaruk belakang lehernya, baru menyadari kebodohannya.

Couple Or Trouble - OH SEHUN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang