39 - Autumn

327 44 3
                                    

Enjoy Be Reading 🤗

Janlup Tinggalkan Jejak ❤️


-----------------------------

🐣🐣🐣🐣🐣


Cahaya langit sore yang menjingga, terlihat indah di atas langit Seoul. Ahra melengkungkan sudut bibirnya, ibunya pergi bersama dengan musim semi yang sebentar lagi akan berakhir.

Sehun mengemudi dengan nyaman, membelah jalanan kota Seoul yang macet. Sesekali matanya melirik Ahra yang dia lihat, sedang tersenyum tadi.

"Kau masih marah padaku?" Ahra menoleh, menatap Sehun sendu. Dia tersenyum, tapi jawabannya bukan apa yang ingin Sehun dengar.

"Masih, aku masih sangat marah padamu." Begitu jawab Ahra, membuat Sehun menghela napas tidak percaya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik sekarang?" Ahra menggeleng sebagai jawaban.

Dari mulai pertanyaan itu, sampai seterusnya Ahra mulai mengunci mulutnya sendiri. Tidak ada jawaban yang Sehun dapat, saat bertanya banyak hal pada Ahra.

Sampai di dalam apartemen pun, gadis itu tetap bungkam. Sehun tidak sempat menyusul Ahra, pun tidak sempat mencegah pintu kamarnya agar tetap terbuka. Ahra sudah menguncinya dari dalam. Henung sekali, hanya terdengar bunyi dentingan jarum jam yang terdengar nyaring.

Sampai malam datang sekitar pukul 10, Ahra baru keluar dari kamarnya. Mengambil sebotol air mineral, lalu kembali ke dalam kamar. Kali ini Sehun sempat mengejar Ahra, menahan pintu kamar agar tidak tertutup. Untungnya, Ahra membiarkan Sehun masuk. Tapi setelah Ahra meneguk airnya, barulah dia bersuara.

"Keluar!" Menatap lamat wajah gadis itu, jantung Sehun rasanya jatuh ke bawah.

Melihat sorot mata gadisnya yang terlihat kosong, Sehun beranjak mendekati gadisnya. Sepertinya, Ahra tidak menangis selepas menemui mendiang ibunya tadi. Tapi Sehun yakin, pikiran gadis itu sangat berisik sampai-sampai Ahra bingung bagaimana cara meluapkan emosinya. Dia marah, sedih, bingung, dan emosinya itu tercampur satu di dalam sana.

"Ra, kalau kau sedih menangislah. Setauku, orang-orang selalu menangis ketika mereka bersedih." Kata Sehun mengambil tempat di samping Ahra.

"Hei, jangan diam saja. Aku bingung bagaimana mengatasi diammu." Ujar Sehun, tidak membuat Ahra goyah.

"Ra–"

"Keluar!" Lagi, hanya kata itu yang Ahra ucapkan.

Sehun mengangguk, dia mengerti apa yang Ahra mau. Merundukkan kepalanya, iris gelap Sehun mencoba melihat wajah Ahra yang dia sembunyikan di balik lutut yang dia peluk.

Sehun melekukkan sudut bibirnya mengelusi rambut Ahra, sambil terus menatapnya. Sehun benarkan posisinya, tangannya ikut melingkar di atas lutut yang Ahra peluk. Menyandarkan kepalanya, di belakang bahu kecil gadisnya.

"Kalau ingin aku temani bilang, jangan usir aku pergi. Kalau ingin menangis menangislah, ada aku yang akan menemani kesedihanmu." Kata Sehun dengan suara paraunya.

Ahra tidak bereaksi apa-apa, tidak berbicara apa-apa, tidak juga berniat melepas rangkulan Sehun di sepanjang garis bahu depannya. Atau menyuruh kepala Sehun, yang bersandar di belakang bahu kanannya itu menyingkir. Tapi karena tangan lelaki itu, mulai menepuki pelan bahunya yang tidak Sehun sandari, di situ pertahanan Ahra dibuat runtuh.

"Aku bilang pergi. Jangan sentuh aku." Sehun memilih menjadi si tuli, ketika Ahra lagi-lagi mengusirnya pergi. Sekarang, Sehun dengar isakan kecil yang mulai bergetar melirihkan beberapa kata.

Couple Or Trouble - OH SEHUN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang