40 - Cinderella

317 49 10
                                    

Enjoy Be Reading

Jangan Lupa Bintangnya 🤗

----------------------------

🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣


Setelah mencuci muka dan melahap beberapa potong roti, Ahra menggelung rambut panjangnya. Lekas bergegas menghampiri Sehun, setelah menyiapkan kompresan.

Dilihatnya, lelaki itu sudah naik ke atas ranjang besarnya terbaring damai dengan mata terpejam.

"Kau sudah tidur?" Ternyata begini rasanya, Ahra baru tau. Sehun terlampau sabar mengurusinya, saat Ahra bahkan tidak mau berbicara padanya, bukan?

"Mau dengar cerita lucu, tidak?" Kata Ahra, yang sudah duduk di tepian kasur sembari menatapi wajah Sehun yang tampan.

"Jadi begini, dulu ada seseorang yang meminta agar aku jangan sakit, dan sekarang malah orang itu yang jatuh sakit. Dia menyuruhku jangan melupakan makan, dan kamu sendiri bagaimana?" Lebih tepatnya, Ahra sedang mengomeli Sehun sekarang.

Detik berikutnya, mata Sehun terbuka. Membuat jantung Ahra berdetak gila, tatkala mata Sehun mematri padanya.

"Jadi, kau menganggap rasa khawatir seseorang itu sebuah lelucon? Kau-"

"Tidur saja, jangan banyak bicara. Kau berisik!" Tukas Ahra, membuat Sehun lengkungkan sudut bibirnya. Padahal sebenarnya jantung Ahra, rasanya mau jatuh.

"Dan Oh Sehun, bukankah harusnya kamu memperhatikan kondisimu lebih dulu, sebelum mengkhawatirkan orang lain?" Senyum Sehun tambah melebar, mendengar omelan Ahra. Ini lebih baik sungguh.

"Bagaimana bisa aku begitu? Tau tidak, jadwalku padat dan tidak ada yang memperhatikanku." Ahra menggerling malas mendengar sindiran Sehun.

"Hei, bagaimana aku tidak mengkhawatirkanmu? Kamu bukan orang lain. Kamu tunanganku, kekasihku, mungkin juga calon ibu dari anak-anakku."

"Mungkin-" Ahra berdecak tidak percaya ketika terpancing perkataan Sehun.

"Cukup! Aku bilang tutup mulutmu. Atau aku sumpal mulutmu dengan handuk ini. Mau?" Sehun tertawa kecil, membuat Ahra mengulum senyumnya.

"Kau benar-benar tidak ingin mendengar tentang Nara?" Setelah berapa lama diam, Sehun bicara lagi.

Ahra tidak mau berkomentar, lebih memilih meremat handuk di tangannya. Dia sibuk mengelapi perpotongan leher Sehun, lelaki yang sedang mencoba menjelaskan sesuatu padanya. Bukankah itu amat sangat terlambat? Tapi, Sehun begini karena siapa?

"Oke, kalau begitu dengarkan saja ceritaku yah?" Ahra tidak bereaksi apa-apa, kesal sendiri pada Sehun yang terus saja mengulangi perkataan yang sama.

"Aku memang mengenal Nara, kami ada di kelas yang sama. Kami dekat, karena dia selalu membantuku, dan itu terjadi begitu saja. Kalau tau dia akan meninggalkanku, maka sedari awal aku tidak akan pernah mengajaknya berkencan." Ahra mendengkus sebal, dia menekan kuat-kuat handuk basah yang sudah berada di pipi Sehun yang terlihat lebih berisi dari sebelumnya.

Well, meski tidak ada yang memperhatikan Sehun tampak baik-baik saja dengan daging yang tumbuh di pipinya.

"Dengan begitu kau tidak akan kehilangannya? Aku benar?" Sehun tertawa pelan, tangannya terangkat hendak menyentuh pipi Ahra yang terlihat merah.

"Dengan begitu kau tidak akan mendiamiku lama sekali. Kalau aku tau Nara kakakmu-" kalau Sehun tau wajah Nara sedari dulu, mungkin Sehun tidak akan menerima kebaikan Nara walau mungkin dia tulus.

Couple Or Trouble - OH SEHUN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang