7

1.5K 137 22
                                    

Bel istirahat berbunyi dan para murid berbondong-bondong memasuki area kantin karena perut yang sudah minta di beri makan.

Helen, Natha, dan Xi berjalan beriringan menuju kantin.

"Helen." Merasa terpanggil Helen segera membalikkan tubuhnya menghadap sunber suara.

Sekarang Jeno, Jeremy, dan Kenzo telah berdiri tepat di hadapannya.

"Aku mau ngomongin soal yang tadi, bisa?" tanya Jeno penuh harap.

"Bisa, kok." jawab Helen cepat, Jeni segera menggenggam tangan Helen erat, sangat erat.

Rasa takut kehilangan menyelimuti dirinya, dengan penuh harap ia menaruh harapan pada suatu keberuntungan. Ia sungguh tak mau melepas sosok Helen.

Namun, bukan itu yang seharusnya terjadi. Ia harus melepas Helen dalam beberapa hari lagi. Hanya tinggal menunggu waktu, dan di sinilah ia berharap waktu bisa di hentikan. Sungguh, Jeno menyesal menjadikan Helen sebagai target taruhannya.

Jeno mengajak Helen duduk di kursi kantin paling belakang, pojok dekat jendela.

"Apa yang mau di bicarain, Jen?"

Jeno menarik tangan Helen yang sudah ia lepas genggamannya, untuk kembali ia genggam. "Maaf, ya, Len."

"Iya, aku udah maafin kamu. Lagian aku nggak marah, kok."

"Bukan niat aku untuk ingkar janji sama kamu. Tadi, Mama aku sakit demam tinggi, dan aku harus bawa Mama aku ke Rumah Sakit. Aku nggak mungkin ninggalin Mama aku di rumah dalam kejadian sakit kayak gitu, kamu percaya kan?" jelas Jeno.

"Iya aku percaya karena kamu udah jelasin semuanya."

"Beneran nggak marah, kan?" Jeno memastikan dan Helen mengangguk.

"Oke, sekarang kamu mau makan apa? Aku yang pesen." ucap Jeno.

"Samain aja kayak kamu."

Jeno pergi dari hadapan Helen, sedangakan Helen menatap taman sekolah lewat jendela kantin.

Byurrr...

Seseorang menumpah es jeruk dari kepala sama baju Helen. Membuat Helen terlonjak kaget.

"Lo apa-apaan, sih?!" banyak Helen.

"Ups, maaf. Sengaja." jawab Audrey menantang.

"Punya masalah apa lo sama gue?" tanya Helen, pasalnya ia tak pernah berurusan dengan gengnya Audrey.

"Lo tuh bego ya, Len? Seantero sekolah tahu gue suka sama Jeno! Gue berjuang buat dapetin hati Jeno dan elo yang nikmatin hasilnya. Lo dengan enaknya pacaran sama Jeno tanpa tahu perasaan gue gimana. Asal lo tahu, Jeno nggak pantes sama cewek kayak lo!" bentak Audrey penuh amarah.

"Cewek kayak gue maksudnya apa, ya, Drey?" Helen berdiri dari kursinya.

"Cabe." jawab Audrey santai.

"Lo bilang gue cabe? Tapi di sini yang menunjukkan dirinya cabe itu elo! Baju kekecilan, dua kancing teratas di buka, rock kependekan, muka kebantu sama make up. Jadi, masih gue cabenya? Harusnya lo nyadar, lo sekolah buat belajar atau buat jual diri?" balas Helen sarkastik, membuat Audrey merasa skakmat.

Tangan Audrey perlahan terangkat ke udara, Helen sudah memejamkan matanya. Namun, tak ada rasa apapun, is membuka matanya dan melihat Jeno tengah menahan tangan Audrey.

"Berani lo tampar Helen?" Jeno menekan pegangannya pada tangan Audrey, membuat Audrey meringis.

"Tenang aja, gue bakal balas lebih dari ini." batin Audrey.

Jeno [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang