14

1.2K 115 8
                                    

"Kasih Helen waktu untuk sendiri, Jen." ucap Alya.

"Gue nggak mau ada salah paham!" jawab Jeno dengan nada dinginnya. Ia tak mau hubungannya dengan Helen hancur karena ini. Ia belum siap.

"Terserah, kalau lo sayang Helen seharusnya lo bisa ngerti kalau Helen butuh waktu sendiri. Se-nggaknya untuk tenangin diri dia, lo juga harusnya mikir kalau lo jelasin pas Helen lagi emosi nggak akan ada hasilnya, percuma. Dia nggak bakal ngerti yang ada lo malah makin jauh sama dia."

Alya berbalik meninggalkan Jeno dengan rasa gelisah dan bingung apa yang akan dia lakukan sekarang?

***

HELEN POV

Semua cowok sama aja, dasar buaya. Seharusnya Jeno nggak usah dateng di hidup gue, seharusnya gue nggak ada hubungan sama Jeno.

Munafik. Di depan orang-orang bilang jijik tapi di belakang di kasih kesempatan langsung dateng.

Gue berjalan ke pagar Rooftop, melihat ke atas dengan air mata yang menetes tiba-tiba.

"EH JANGAN BUNUH DIRI, DONG!"

Gue menoleh mendapati Moonbin yang terlihat panik.

"Negatif banget pikiran lo, siapa juga yang mau bunuh diri." Gue tertawa renyah.

"Pas gue pegang lo, dia marah banget. Tapi dia meluk cewek lain, dasar playboy. Jangan di tangisin lagi, Len. Nggak guna, lagipula masih banyak cowok baik yang pantas untuk dapatin cewek baik kayak lo."

"Udah, Bin." Gue segera membuka suara saat Moonbin hendak mengeluarkan suaranya lagi.

"Kenapa? Lo nggak terima gue ngatain dia? Bener-bener udah dibutain sama cinta, lo!" jawab Moonbin sinis.

Gue diam, iya gue akui dia benar. Gue lemah banget kalau soal Jeno, dia berhasil bikin gue jatuh cinta sedalam-dalamnya.

"Udah, jangan di pikirin. Untuk beberapa hari ke depan jangan deket-deket dia dulu."

"Kenapa? Kalau masalah kan harus di selesaikan secepatnya." jawab gue bingung.

"Kalau lo berusaha baik lagi sama dia, namanya lo kasih kesempatan buat dia nyakitin lo,"

"Coba dulu, jauhin dia. Liat dia ada usaha buat dapet maaf dari lo atau nggak dan disitu kita tau dia beneran niat sama lo atau nggak." lanjut Moonbin.

Gue mencerna kata-kata Moonbin, kalau di pikir-pikir, nggak ada salahnya, kan, nyoba saran dia?

"Ya udah, makasih, ya." kata gue dengan tersenyum.

"Udah, ah. Jangan melow gitu, ke kelas aja ayo, ini udah jam pelajaran Pak Bari." icap Moonbin.

"Tapi, kalau masuk nanti diomelin."

"Nggak, kok. Kita lari ya? Gue hitting satu sampai 3 terus kita lari."

"Satu,"

"Dua,"

"Tiga!"

Gue san Moonbin berlari dengan keceoatan yang kita miliki, setelah beberapa menit berlari dengan tawa yang beriringan kami sampai didepan pintu.

Napas gue tampak begitu nggak teratur, berbeda dengan Moonbin yang terlihat santai.

"Ayo, masuk." ajak Moonbin.

"Gue takut, ah."

"Lama lo." sahut Moonbin.

Tok... tok... tok...

Moonbin mengetuk pintu kelas.

"Masuk." kata Pak Bari.

Moonbin menarik tangan gue masuk, semua orang yang berada di kelas menatap kami intens.

"Maaf, Pak. Kami telat masuk." Moonbin berucap dengan santainya.

"Dari mana kalian?"

"UKS, Pak. Tadi pas bel istirahat saya nggak sengaja nabrak Helen, terus dia jatuh. Kakinya sakit katanya, terkilir dikit tapi udah sembuh, kok." jawab Moonbin dengan alasan yang sedikit aneh, ya kan?

"Benar, Helen?"

"Hah? I–Iya, Pak. Bener, Hehe." Gue menggaruk kepala gue yang nggak gatal sama sekali.

"Ya udah, duduk."

Sederet kalimat yang membuat gue bernapas lega. Kami berjalan ke arah bangku masing-masing.

"Lo beneran udah sembuh?" bisik Natha.

"Itu tadi cuma bohong." bisik gue balik.

"Anjir! Nekat banget."

Jam pelajaran berjalan sebagaimana mana harusnya, hingga jam istirahat kedua berbunyi nyaring.

***

AUTHOR POV

Audrey dan Clarissa berjalan ke arah kantin, menghampiri Jeno dan kawan-kawan yang sedang bercanda ria.

"Hai, sayang." sapa Audrey.

"Serem anjir, ada suara tak ada wujud." kata Kenzo.

"Lo ketakutan? Pantes bulu ketek lo berdiri." sahut Jeremy.

"Bulu tangan bangsat."

"Cabut, auranya makin nggak enak." Ucap Jeno.

Audrey melingkarkan tangannya di pinggang Jeno saat Jeno berdiri.

"Tangan lo." kata Jeno dingin.

"Pacaran sama aku, baru aku lepasin."

"Gila, lo." Jeno melepaskan tangan Audrey dari pinggangnya dengan keras, kalu berjalan cepat menuju pintu keluar kantin.

Kenzo dan Jeremy mengikuti Jeni dari belakang dengan Audrey dan Clarissa yang mengejar mereka.

Saat menatap pintu keluar mata Audrey menangkap sosok Helen dan kawan-kawan juga Moonbin, Setyo, dan Dika.

Seketika muncul ide licik dari otaknya, is berlari percepat mungkin mengejar Jeno yang kini berpapasan dengan mereka. Audrey memeluk Jeno dari belakang saat Jeno hendak menggenggam tangan Helen.

Ia beralih dengan melingkarkan tangannya di pinggang Jeno, berdiri di samping Jeno. "Hai, Helen." sapanya.

Helen bungkam, ia rasa semua ini sudah cukup jelas tanpa harus dijelaskan. Sementara Jeni berusaha melepaskan diri dari Audrey.

"Len..."

"Udah, Jen." Helen tersenyum.

"Ini nggak bener!" Jeno menyentak tangan Audrey lalu berlari mengejar Helen yang berjalan keluar kantin.

"Kamu salah paham! Kamu harus dengerin aku, please." ucap Jeno saat berhasil menarik tangan Helen.

"Apalagi? Jangan bikin aku tambah sakit hati, Jen. Kalau kamu emang mau nyakitin aku, udah cukup, kamu berhasil. Setelah ini, pergi jauh-jauh dari aku, oke?" jawab Helen gemeter menahan tangis.

Sedangkan ditempat lain, Audrey dan Moonbin bertatapan sembari tersenyum menang.

"Gue berhasil." batin Audrey.

Jeno [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang