15

1.2K 117 4
                                    

Helen masuk kedalam kelas, merapikan bukunya. Dika yang menyusul Helen tadi berjalan mendekat. "Lo mau kemana? Kok beres-beres?"

"Gue mau pulang duluan, nggak enak badan, nih. Anterin gue izin ke guru piket, ya?" pinta Helen.

Mana bisa Dika menolak permintaan Helen. "Ayo, ke guru piket mah gue jabanin, ke pelaminan apalagi." Helen terkekeh.

Sesampainya di depan kantor guru piket Dika langsung menarik tangan Helen masuk tanpa mengetuk pintu.

Bu Lestari menatap tajam keduanya. "Maaf, bu. Abis tadi intinya nggak di tutup, jadi saya langsung masuk." ucap Dika.

Melihat wajah Helen yang lemas tidal bertenaga juga mata yang memerah seperti habis menangis, Bu Lestari mengabaikan alibi Dika.

"Kamu ngapain Helen sampai nangis gitu? Berani macam-macam kamu?!" Bu Lestari menuduh Dika.

Dika yang langsung ditembak dengan pertanyaan seperti itu spontan membulatkan matanya.

"Ngapain mata kamu melotot? Mau saya colok?!" kata Bu Lestari lagi.

"Saya nggak ngapa-ngapain Helen kok, Bu. Salah mulu saya di depan mata Ibu, kalau saya ngapa-ngapain Helen, ngapain saya bawa ke sini? Mending saya bawa kabur ke rumah." jawab Dika cepat.

Bu Lestari memicingkan matanya, "Benar, Helen?"

"Iya, Bu. Dika nggak ngapa-ngapain saya, kok. Justru saya yang minta Dika anterin saya ke sini,"

"Saya mau izin pulang duluan boleh, Bu? Badan saya nggak enak, Bu." lanjut Helen.

"Tuh, dengerin, Bu! Makanya jangan suka nuduh orang sembarangan, dosa tau!" celetuk Dika.

"Diam kamu!"

"Ya udah, kamu ibu pesenin taksi online aja, ya?" tanya Bu Lestari.

"Nggak usah, Bu. Saya naik bus aja, nggak apa-apa, kok." tolak Helen halus.

"Ya udah, Dika kamu anterin Helen sampai depan gerbang, ya. Inget jangan di apa-apain!" perintah Bu Lestari.

"Siap, Bu! Laksanakan!"

Dika memapah Helen menuju pintu gerbang sekolah, kalu berhenti sejenak di depan pos satpam.

"Len, gue nggak bisa antar lo pulang. Lo naik taksi aja, deh. Sini gue pesenin." tawar Dika.

"Nggak usah, gue naik bus aja." jawab Helen.

"Ya udah, deh. Hati-hati, ya. Gue masuk dulu." kata Dika.

Helen mengangguk tersenyum.

"Adem banget liat lo senyum, Len." batin Dika.

"Pak, Helen di jagain ya sampai dapat bus!" kata Dika pada Pak Satpam yang menjawab gerbang.

"Siap, Den!"

Dika tersenyum sekilas lalu berjalan masuk meninggalkan Helen di depan gerbang sekolah.

Helen berjalan menuju halte bus yang berada dekat sekolah, ia menaiki bus yang berjalan dengan rute menuju sebuah danau. Kalian pasti tau, kan? Apa yang ingin Helen lakukan.

HELEN POV

Gue benci sama diri gue yang dengan mudahnya patah cuma karena cowok kayak Jeno, padahal sebelum berhubungan sama Jeno hidup gue biasa aja, nggak drama kayak gini.

Dengan gampangnya gue kasih hati gue buat Jeno yang ternyata cuma main-main, perasaan sama hati gue bukan mainan, Jen. Lo harusnya tau itu.

Gue mengeluarkan gelang pemberian Al , gue kangen banget sama Al. Kamu dimana? Kapan kita bisa ketemu? Banyak banget hal yang mau aku ceritain, Al. Cepet dateng, semakin lama kamu dateng semakin panjang cerita dari aku, nanti kamu bosen dengernya.

Aku butuh kamu, Al. Aku kangen semua hal yang pernah kamu kasih ke aku, sekarang aku udah dewasa tapi aku sadar jadi orang dewasa nggak enak. Dulu, aku nangis nggak mau pindah rumah dan ninggalin kamu, sekarang aku nangis cuma gara-gara masalah hati.

Kalau kita tumbuh bareng, mungkin aku jatuh cinta sama kamu, bukan sama Jeno. Kalau aku jatuh cinta sama kamu, pasti kamu bahagiain aku bukan nyakitin aku, iya kan? Pasti jawaban kamu iya.

Jeno itu pacar aku, Al. Dia most wanted nomor satu di sekolah, tapi kalau ada kamu... pasti kamu most wanted-nya bukan Jeno, percaya sama aku, deh.

Gue mendekat ke arah danau, duduk di rumput pinggir danau. Gue melempar baru kearah danau, kata orang itu bisa meluapkan emosi walau sedikit.

Gue mengambil sticky notes dan beberapa alat tulis, menulis sesuatu.

Untuk lelaki yang aku ketahui namanya adalah Al, maaf aku lupa nama panjang kamu siapa. Tapi aku tulis ini, karena aku sungguh rindu sosok kamu! Kalau kamu baca ini kamu bisa terus ke sini, mungkin kita ketemu hehe:).

Gue memasukannya ke dalam gelas AQUA lalu menyelipkannya di sela akar pohon.

Langit mulai menggelap, awan saling menghampiri, hujan akan turun. Gue segera berjalan, hampir tergelincir masuk ke dalam danau, namun ada tangan yang menarik.

"Anjir, hampir mati gue." gumam gue mengelus dada tanpa menatap orang itu.

"Makanya, jangan jauh-jauh dari aku. Nanti kamu mati beneran gimana?"

Jeno [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang