5

1.8K 138 21
                                    

Helen memakan es krim matcha yang di belikan Jeno dengan lahap. Jeno itu modal, dia nggak pelit, dan yang terpenting dia itu cowok most wanted yang sangat peka.

Namun, dia tak pernah menggubris cewek-cewek centil yang berusaha mendekatinya. Jeno merasa jijik dengan cewek-cewek yang memakai make up dan berbicara manja di hadapannya.

Jeno memperhatikan Helen yang sedang memakan es krim.

"Kalau makan es krim jangan kayak bocah, udah gede masih aja belepotan." cibir Jeno, lalu membersihkan es krim yang berada di ujung bibir Helen dengan tisu.

Helen hanya tersenyum memperlihatkan giginya.

"Udah, kan? Pulang, yuk." ajak Jeno.

"Tapi, ini belum jam pulang sekolah. Nanti Mama curiga kalau aku bolos." ucap Helen merasa takut.

"Ya udah, ke rumah aku aja. Ketemu sama Mama aku, mau?" tawar Jeno menampilkan senyumnya.

"Mama kamu nggak curiga kalau kamu pulang cepet?"

Jeno menggeleng pelan, "Mama aku tahu, kalau aku sering bolos."

"Nanti kalau Mama kamu marah, karena lihat anak cewek bolos gimana?" tanya Helen lagi.

"Udah ah, jangan kelamaan mikir. Soal nanti Mama marah atau gimana-gimana, aku yang pikirin. Sekarang kita ke rumah aku, naik taksi." Jeno mengambil keputusan.

Di perjalanan Jeno mengamati wajah Helen yang sedang menatap ke luar jendela. Ternyata, Helen itu anak yang polos. Dia galak hanya di luar saja, hal itu membuat Jeno berpikir dua kali untuk melanjutkan rencananya.

Seakan sadar dengan apa yang ia pikirkan, Jeno segera menggeleng. Ia mengambil HP di saku celananya dan membuka room chat Line-nya dengan Jeremy.

Jejejenoldr

Jer, motor gue jangan lupa. Anterin ke rumah gue bukan di bawa ke rmh lo.

JerAnJeremy
Iya, abang.

Setelah membawa balasan dari Jeremy, Jeno melirik ke arah Helen yang sudah tertidur pulas dengan menyenderkan kepalanya di jendela.

Jeno perlahan menjatuhkan kepala Helen di bahunya, padahal rumahnya sudah tak jauh lagi.

Tak butuh lima belas menit, mereka telah sampai di rumah Jeno.

"Len, Helen..., bangun udah sampai." Jeno menepuk pipi Helen perlahan.

"Sebentar,"

"Itu Pak Supirnya mau nyari pelanggaran lagi, ayo ah, bangun." Jeno Mencoba membuka mata Helen dengan tangannya.

"Iya iya, ini bangun." Helen membuka matanya dan merapikan rambutnya.

"Ini, Pak. Terima kasih, ya." Jeno memberikan uang sesuai tarif lalu mereka berdua keluar dari taksi.

Helen menatap kagum rumah Jeno, selain besar rumahnya juga terlihat sangat aesthetic.

"Cabut lagi, ya bro?"

Helen menoleh ketika seseorang bertanya.

"Iya, hehe." Jeno menjawab dengan cengengesan.

Dia satpam di rumah Jeno, memang akrab dan gaul, meskipun usianya telah memasuki kepala empat.

"Halo, Pak." sapa Helen.

"Eh, halo neng. Pacarnya Jeno ya?" tanya satpam tersebut, yang bernama Roma.

Helen hanya tersenyum.

"Iya, dong. Mama ada nggak, mang?" tanya Jeno.

"Lagi pergi sebentar, tunggu aja." jawab Pak Roma.

Jeno [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang