"Loh? Seragam kamu mana?" tanya Helen.
Jeno tersenyum, "Bolos, yuk?" ajaknya.
"Tapi kan, udah mau lulus, Jen. Nanti kalau berpengaruh ke nilai gimana?"
Jeno terlihat berpikir sebentar, sebagai pacar yang baik seharusnya dia mendukung Helen untuk rajin sekolah. Bukannya mengajak bolos.
"Ya udah, aku anter kamu," putusnya.
"Kamu gimana?" tanya Helen.
"Aku bolos, kamu aja yang masuk. Ayo, naik. Aku anter," Jeno kembali menaiki motornya.
"Kenapa diem aja?" tanta Jeno heran saat melihat Helen yang masih diam tidak berkutik.
"Jen, janji untuk terus sama aku, ya? Untuk terus ada buat aku." kata Helen tiba-tiba, air matanya kini menetes, sekarang Helen menjadi cengeng jika itu soal Jeno.
Jeno tersenyum lembut, "Aku sayang kamu, selamanya akan tetap begitu. Jangan nangis, aku nggak kemana-mana, kok." Jeno mengusap pucuk kepala Helen.
Helen menghapus air matanya lalu tersenyum dan segera naik ke motor Jeno, melingkarkan tangannya di perut Jeno, lalu Jeno menjalankan motornya.
"Len, besok aku mau ajak kamu pergi. Dandan yang cantik, tapi jangan cantik-cantik banget," Jeno memecahkan keheningan di perjalanan itu.
"Mau kemana?" tanya Helen.
"Rahasia, dong," jawab Jeno.
"Iyaaa, deh..."
Jeno menghentikan motornya di depan gerbang sekolah. "Udah sampe," katanya.
"Cepet banget?"
"Terus maunya lama? Biar bisa lama-lama sama aku, yaa?" goda Jeno.
"Ge-er, banget," cibir Helen.
"Sana masuk, emang mau ikut aku?" ucap Jeno.
"Nggak!"
"Aku tunggu sampai kamu masuk, manti tolong bilangin Kenzo sama Jeremy kalau aku di tempat biasa, ya," kata Jeno.
Helen mengangguk, "Kamu hati-hati," lalu berjalan masuk ke dalam area sekolah.
Setelah Helen sepenuhnya hilang dari penglihatan Jeno, Jeno kembali menghidupkan dan menjalankan motornya.
Sebenarnya bel sudah buntu sejak 10 menit yang lalu, namun Helen belum juga masuk kelas karena habis dari toilet.
Saat berjalan menyusuri lorong kelas, Helen merasa merinding. Masa iya ada hantu di pagi hari?
Helen mempercepat langkah kakinya, dengan tiba-tiba seseorang membekap hidung dan mulut Helen dari belakang dengan satu tangan yang sudah diberikan obat bius.
Orang itu membawanya entah pergi menuju suatu tempat, setelah sampai di tempat itu. Dia segera menelepon pacar gadis yang dia culik, Jeno.
"Halo? Ini nomor siapa, ya?
"Dateng ke tempat yang gue kirim lewat sms, sendiri."
"Kalau nggak mau?"
"Cewek lo taruhannya."
Tutt... tutt... tutt...
Orang itu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
***
Helen menundukkan kepalanya, sejak tadi dia menangis. Perbuatan Audrey dan Clarissa sudah tidak bisa ditoleransi lagi, mereka benar-benar melakukan tindak kriminal. Tangan dan kaki Helen diikat dengan lakban yang membekap mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno [COMPLETED]
Teen Fiction"Len, Jeno berulah lagi. Heh, Xi. Makan tuh, idola yang suka ngebully orang cupu." kata Nathania atau yang biasa di panggil Natha. Helen dan Xi yang merasa di panggil pun menoleh dan menatap kejadian tersebut. Helen yang geram dengan tingkah Jeno pu...