Satu minggu Jeno di rawat di rumah sakit, kini ia sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Sejak satu minggu juga, Jeno berubah menjadi sosok yang dingin dan cuek.
"Aku seneng banget kamu udah boleh pulang, jadi aku bisa deket sama kamu nggak cuma di luar sekolah aja. Inget ya, di sekolah kamu harus jaga jarak sama cewek lain, apalagi sama Helen." ucap Audrey yang bergelayut manja di dengan Jeno.
Di tempat lain, Helen membolak-balikkan buku pelajarannya. Ulangan akan segera dilaksanakan dalam beberapa hari lagi, namun pikirannya tak kunjung fokus masuk ke materi.
"WOI!" teriakan Xi berhasil membuat Helen mengelus dadanya kaget.
"Ngalamun terus, mending bukunya lo taruh daripada dijadiin mainan, nggak enak tau!" oceh Xi.
"Berisik banget suara lo." kata Helen kesal.
Xi cemberut melihat reaksi Helen, padahal niatnya untuk menghibur.
"Gue boleh nginep, nggak?" tanya Xi mengeluarkan jurus Puppy eyes.
"Boleh, mata lo nggak usah di gituin. Nanti jadi anjing beneran." jawab Helen terkekeh.
"Hah..., gue lagi kesel banget sama Setyo." Xi memulai aksi curhatnya.
"Kenapa? Bukannya kalian baik-baik aja?" tanya Helen.
"Awalnya sih gitu, manis banget. Eh ternyata permen karet, udah lama di buang." omel Xi.
"Tapi, Jeno nggak gitu." gumam Helen.
"Apa lo bilang? Sinting lo ya, nyamain Setyo sama Jeno. Ya beda!" Xi menepuk lengan Helen.
Helen mengangkat bahunya acuh.
Xi membenarkan posisinya menghadap Helen. "Gue tau lo galau, tapi jangan kayak gini, dong. Sebentar lagi kita ulangan kelulusan loh, Len. Fokus dulu sama pendidikan lo, setelah itu terserah deh lo mau galauin dia berbulan-bulan juga. Gue percaya, kok! Selama-lamanya Jeno amnesia, kalau dia beneran sayang sama lo, nanti pas dia sembuh dia pasti balik lagi sama lo, kok." Xi berucap panjang lebar sedangkan yang di nasehati menatap tidak percaya.
"Lo kenapa?" tanya Helen.
"Gue? Baik-baik aja, kok." jawab Xi tersenyum lebar.
"Hebat banget lo jadi bijak gini."
"Efek galau kali, ya. Ya udah, lah." sahut Xi.
"Kalau gitu, galau terus aja, nggak apa-apa gue ikhlas kalau galau lo memberi dampak positif." kata Helen memberi jempol.
"Nggak gitu juga, dong. Gue bawa mobil, nih. Jalan-jalan, yuk? Kita jemput Natha." ajak Xi.
"Sekalian ajak Kenzo sama Jeremy aja, biar ada receh-recehnya gitu." saran Helen.
"Boleh, deh. Ya udah ayo, nanti pulangnya kemaleman." Xi menarik tangan Helen.
"Ganti baju dulu, elah." Helen melepas teriakan tangan Xi.
Lagi-lagi Xi menampilkan cengirannya.
"Jangan lama-lama, gue tunggu dibawah ya." ucap Xi keluar kamar.
Helen segera mengambil kaus Abu-Abu Crop dengan garis putih, rok Jean's berwarna putih, jaket Jean's putih, sneakers putih dan topi putih ala korea. Ia tidak membawa tas karena di dalam jaketnya terdapat kantung untuk menaruh dompet dan HP.
Setelah siap, Helen segera turun ke bawah menghampiri Xi yang sedang memainkan HP-nya.
"Yuk."
"Cepet banget." sahutnya.
"Tadi disuruh cepet, sekarang malah nanya." keluh Helen.
"Kalian mau kemana?" tanya Mama Helen.
"Mau pergi keluar, Tan." jawab Xi yang diangguki Helen.
"Titip cake ya? Nanti anterin ke rumah Jeno." pinta Mama Helen.
"Tapi, Ma..."
"Udah nggak apa-apa, ayo." Xi mengambil Cake buatan Mama Helen, berpamitan lalu menarik tangan Helen keluar rumah.
Xi mengendarai mobilnya menuju rumah Natha, dalam perjalanan mereka berdua tak henti-hentinya berbincang.
"Nanti gue mau ke salon deket rumah Natha, mau potong rambut." kata Xi.
"Gue ikut, deh. Hitung-hitung buat buang pikiran Negatif yang nyangkut." jawab Helen.
"Aneh aja."
Helen membiarkan ucapan Xi, ia memperhatikan toko-toko dan café yang berada di pinggir jalan. Sampai matanya menangkap sosok yang tak asing.
"Eh, berhenti bentar, Xi." pintanya tiba-tiba.
Xi segera memberhentikan mobilnya di depan café kopi.
"Ngapain? Mau beli kopi?" tanya Xi.
"Bentar, ya." Helen keluar mobil membawa cake yang dibuat Mamanya. Ia berjalan memasuki Café Janji Jiwa, yang sedang ramai dikalangan anak remaja.
"Jen?" Helen memanggil sosok yang ia kenali dari jauh, Jeno yang duduk berdua dengan Audrey.
Jeno dan Audrey menoleh bersamaan ke arah Helen yang tersenyum masam.
"Ngapain lo?" tanya Salsa dengan senyum jahatnya.
"Gue nggak ada urusan sama lo, gue cuma mau ngasih kue tart, tadinya gue mau nganter ke rumah Jeno tapi gue liat Jeno ada disini, jadi gue samperin aja." jawab Helen menahan gejolak di hatinya.
Audrey melirik kue tart rasa Red Velvet itu, mengambilnya lalu membuangnya ke lantai. "Jeno nggak butuh kue murahan dari cewek murahan." ucap Audrey.
"Audrey!" bentak Jeno lalu bangkit dari kursinya.
Sedangkan Helen sudah meneteskan air matanya, ia tidak tau harus bilang apa pada Mamanya karena kuenya hancur di buang Audrey.
"Lo bisa nggak hargain orang, sedikit aja? Gue tau gue cuma kasih kue yang nggak seberapa harganya, tapi kue ini Mama gue sendiri yang buat, dia buat kue ini tulus untuk Jeno bukan untuk di buang dengan cara nggak terhormat kayak gini. Gue udah berusaha terima kenyataan kalau Jeno nggak bisa sama gue lagi, iya gue terima. Tapi, gue nggak bisa terima kalau lo ngehina kue buatan Mama gue." Helen Mencoba menghentikan tangisnya.
Xi dengan tiba-tiba datang dan mendapat wajah Audrey.
"Dasar cewek gila! Kelakuan lo makin lama makin bangsat, ya! Kenapa lo jatuhin kuenya? Takut Jeno berpaling sama Helen lagi karena Helen jauh lebih baik dari lo? Wajar sih, ya, lo iri soalnya Helen bisa dapetin Jeno tanpa manfaatin suasana kayak lo. Bitch." maki Xi dengan suara kencang membuat mereka menjadi perhatian pengunjung.
"Lo berani sama gue?!" tantang Audrey.
"Gue? takut sama cewek kayak lo? Apa yang bisa gue takutin dari lo?" jawab Xi menantang.
Sedangkan Jeno mendekati Helen, mengambil salah satu tangan Helen, menggenggamnya dengan sorot mata yang tak bisa Helen mengerti.
"Maaf." Satu kata yang terlontar dari bibir manis Jeno.
***
Ehehehe Mian yaaa, aku gantung dulu.
Biar ada penasaran-penasarannya gitchu:"
Jangan lupa vote & komen...
- Yessyccaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Len, Jeno berulah lagi. Heh, Xi. Makan tuh, idola yang suka ngebully orang cupu." kata Nathania atau yang biasa di panggil Natha. Helen dan Xi yang merasa di panggil pun menoleh dan menatap kejadian tersebut. Helen yang geram dengan tingkah Jeno pu...