"Selamat pagi." Bu Yanti masuk mengucap salam, membuat semua murid di kelas Helen langsung berhamburan duduk di kursinya masing-masing.
"Sudah hadir semua?"
"Sudah bu!"
"Baik, kita ulangan hari ini." Sederet kalimat yang keluar begitu saja dari mulut manis Bu Yanti, guru IPS kesayangan murid kelas dua belas, sukses membuat satu kelas menjadi ricuh.
"Ya ampun bu, mendadak banget, sih?"
"Ya elah, santai aja, sih."
"Dika belum belajar, bu."
"Besok aja, bu."
Banyak protes dan tawaran keluar dari murid kelas XII. IPA 1 membuat Bu Yanti sedikit geram.
"Diaaaam!" Bu Yanti berteriak sembari menggebrak meja dengan penggaris kayu andalannya itu.
"Yang tidak mau ikut ulangan, silakan keluar! Saya tidak membutuhkan siswa-siswi yang malas belajar dan tidak disiplin." Bu Yanti kembali berteriak dengan tegas.
Iya, dia Bu Yanti Analita guru IPS juga guru killer yang begitu disayangi para murid, saking menyeramkannya. Bahkan guru BK pun tak seseram dirinya.
"Bu Yanti yang baik, boleh minta waktu lima belas menit untuk belajar?" tanya Xi dengan wajah memohon.
"Lima belas menit dimulai dari sekarang!" putus Bu Yanti membuat semua murid langsung membuka bukunya, membacanya dengan tenang tanpa suara. Sedikit pun.
Lima belas menit berlalu, Bu Yanti berjalan memberikan lembar kertas jawaban dan lembar kertas soal. Setelah semuanya memegang kertasnya masing-masing, Bu Yanti kembali duduk di kursinya.
Helen dengan santai mengerjakan soal-soal tersebut, otak cerdasnya sudah tidak diragukan lagi. Ia masuk jurusan IPA, jurus menghapalnya sudah tingkat teratas. Eits, tapi bukan berarti ia tak pandai berhitung, ya.
"Len..." panggil Xi yang duduk di belakang Helen.
"Apa?"
"Nomor tujuh sampai lima belas, dong." Xi menjawab Helen dengan senyum gigi andalannya.
Helen yang sudah selesai langsung memberikan jawaban lewat kode melalui tangannya, soal pilihan ganda membuat ujiannya terasa lebih mudah.
Secepat mungkin Xi mengerjakan soal ulangannya, tak butuh lima menit ia telah menyelesaikan semuanya. Memang ada gunanya punya teman pintar, pikir Xi.
"Len! Helen! Woi!" panggil Dika berbisik namun dengan nada yang tinggi.
Helen melirik Dika dan kembali memalingkan wajahnya sebelum Dika berucap lagi.
"Ya Tuhan, ampunilah Helen yang budek seketika kalau lagi ulangan..." Dika berdoa pelan, namun tetap di dengar Helen.
"Kumpulkan sekarang! Waktunya istirahat." perintah Bu Yanti.
"Masyaallah bu, Dika belum ngerjain sama sekali." lirih Dika, namun dengan jurus sistem kebut semalam, ia menyilangkan jawaban. Tidak peduli entah benar atau tidaknya, yang penting ia selesai.
***
"Gue ke perpus dulu, ya. Kalian duluan aja." ucap Helen.
"Mau di temenin, nggak?" tanya Natha.
"Nggak usah, kayaknya gue lama. Kalian ke kantin aja." tolah Helen dengan halus.
"Oke."
HELEN POV

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno [COMPLETED]
Novela Juvenil"Len, Jeno berulah lagi. Heh, Xi. Makan tuh, idola yang suka ngebully orang cupu." kata Nathania atau yang biasa di panggil Natha. Helen dan Xi yang merasa di panggil pun menoleh dan menatap kejadian tersebut. Helen yang geram dengan tingkah Jeno pu...