19

1K 81 1
                                    

Helen melihat room chatnya dengan Jeno, Chat terakhir telah di baca. Namun, tidak ada jawaban. Helen menunggu balasannya hampir dua puluh menit, rasa khawatir mulai menjalar.

Ia mencoba menelepon Jeno, berkali-kali juga ia coba, namun hasilnya nihil. Helen menyambar sling bag-nya, menuruni tangga.

"Ma, Helen izin ke rumah Jeno, ya?"

"Loh? Tadi kan baru habis main dia. Kamu mau ngapain?" tanya Lea.

"Sebentar aja, Ma. Helen khawatir dia belum ngabarin udah sampai atau belum padahal tadi chatnya udah dibaca, tapi pas di telepon HP-nya nggak aktif." Helen menjelaskan.

"Ya udah, hati-hati. Minta anter supir aja, udah malam." Lea memberi Izin, Helen segera mengangguk cepat.

Saat dalam perjalanan, dering HP Helen berbunyi, ia segera tersenyum lebar namun kembali luntur ketika melihat siapa peneleponnya, Xi.

"Lo ada dimana?!"

"Di jalan, mau ke rumah Jeno."

"Aduh, muter balik! percuma, lo ke Rumah Sakit Keluarga aja. Jeno di sini."

"Ngapain?"

"Cepetan, goblok!"

"Iya, ini udah muter. Emang kenapa, sih?"

"Jeno kecelakaan!"

"Gue ke sana."

Helen mematikan sambungan teleponnya, meminta supir untuk mempercepat laju mobilnya.

"Neng Helen kenapa?" tanya Pak Supir.

"Jeno kecelakaan, Pak."

"Waduh, neng jangan sedih, ya. Neng berdoa aja semoga Den Jeno nggak kenapa-kenapa." Pak Supir berusaha menenangkan Helen.

"Iya, Pak. Saya yakin Jeno nggak kenapa-kenapa, kok." Helen tersenyum.

"Bapak mau masuk atau tunggu di sini?" tanya Helen saat mereka sampai di Rumah Sakit.

"Bapak tunggu di warung depan aja, ya." jawab Pak Supir.

"Oke, Pak."

Helen segera berjalan cepat memasuki area rumah sakit, menghampiri bagian informasi.

"Sus, ada pasien atas nama Jeno Aldero, nggak? Baru tadi kecelakaan." tanya Helen.

"Ada di UGD, Mbak." jawab Suster tersebut.

"Makasih, Sus." Helen berlari menuju ruang UGD tempat Jeno berada. Dari jauh is melihat ada Xi dan Kevin yang sedang melambaikan tangan.

"Gimana? Keadaan Jeno gimana?"

"Kita belum tau, masih di tangani Dokter. Jeno kuat, Kok." jawab Xi yang di angguki Kevin.

Helen terduduk di atas kursi tunggu dengan lemas, menahan air mata yang terus meminta di keluarkan.

"Helen!" panggil Mama Jeno, yang berjalan bersama Yuna, Kenzo, Jeremy, dan Papa Jeno.

Helen segera bangkit memeluk Mama Jeno, air matanya tak dapat di bendung ketika Mama Jeno membalas pelukannya.

"Tante, maaf Jeno punya pacar yang cengeng."

"Nggak apa-apa, menangis itu wajar. Itu tanda kalau kamu hidup, kami memiliki hati dan perasaan. Sekarang kita berdoa dulu, ya? Anak tante kuat, kok. Dia baik-baik aja." Mama Jeno menenangkan Helen, meski perasaanya kini juga sedang tidak baik-baik saja.

Selang beberapa menit seorang Dokter dan Suster keluar menghampiri mereka.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Papa Jeno.

"Keadaannya tidak bisa di bilang baik-baik saja. Ia cukup kehilangan banyak darah, bantuan juga datang telat. Untung masih sempat di bawa ke sini, Jeno butuh di operasi dan transfusi darah, secepatnya." jawab Dokter itu dengan tenang.

"Kalau boleh tahu, disini ada yang punya Golongan darah AB?" lanjut Dokter itu bertanya.

"Darah aku bukan AB, Tante..." lirih Helen.

"It's okay, sayang." sahut Mama Jeno.

"Bolehnya tempe, Dok, bukan tahu." sahut Jeremy.

"Si kampret, jangan bercanda." Kenzo memukul kepala Jeremy pelan.

"Berjanda, biar nggak tegang." Jeremy cengengesan meski sekarang ia juga deg-degan, memikirkan bagaimana kalau Jeno pergi sekarang? Kan, Jeremy belum di terakhir makan.

Dokter itu geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jeremy.

"Saya bisa, Dok." ujar Xi.

"Orang tua Jeno, bisa tanda tangan di sini?" Dokter meminta salah satu orang tua Jeno untuk menantangi surat persetujuan tindall operasi untuk pasien.

Papa Jeno dengan segera menandatangani suratnya. "Lakukan yang terbaik, Dok."

"Tentu. Mari Xi, bisa ikut saya ke ruang tranfusi darah." kata Dokter itu.

Xi berjalan mengikuti Dokter untuk melakukan pendonoran darah, Xi meringus melihat keadaan Jeno yang memberikan itu.

Sementara di ruang tunggu orang tua Xi dan Kevin telah sampai.

"Kevin, Xi mana?" tanya Mama Xi.

"Udah di dalam ruang donor, Ma." jawab Kevin yang di angguki Mamanya.

"Semoga anak anda baik-baik saja, ya."
ucap Mama Xi pada Mama Jeno.

"Terima kasih, bu."

Semua orang yang berada di ruang tunggu UGD, kini berada di depan ruang operasi. Lampu operasi menyala, tanda Dokter sudah memulai operasinya. Sedangkan Xi telah di pindahin ke ruang rawat inap untuk beristirahat beberapa waktu.

Butuh waktu hampir tiga jam, beulah lampu operasi di matikan. Semua orang terlihat cemas, menunggu kabar Dokter.

"Operasi berjalan lancar, keadaan Jeno masih dalam koma. Kami akan terus berusaha agar Jeno bisa bangun dari komanya. Sedangkan Xi baik-baik saja, hanya butuh istirahat cukup." jelas Dokter yang keluar dari ruang operasi.

Helen dan Mama Jeno kembali mengeratkan pelukannya. "Anak saya akan sembuh, Dok?" tanya Mama Jeno.

"Doakan saja tang terbaik, Bu. Untuk saat ini Jeno belum boleh di jenguk, says permisi." pamit Dokter itu.

"Terima kasih, Dok." ucap kedua orang tua Jeno.








Jeno [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang