Helen menangis dalam pelukan Natha, sedangkan Xi berusaha menenangkan Helen. Xi meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Orang tua Jeno merasa iba dengan Helen yang begitu menyayangi Jeno, Sudan berukang kali mereka menurun Helen untuk pulang, namun keinginan Helen untyk total terjaga di rumah sakit begitu kuat.
"Xi, kamu udah boleh pulang. Kita pulang, yuk. Kamu harus istirahat, sekalian Helen kamu pulang sama Tante aja. Kamu juga harus istirahat, nanti Jeno marah kalau kamu kenapa-kenapa." Mama Xi berusaha membujuk Helen.
"Iya benar kata istri Om, kamu harus istirahat di rumah. Besok kan kamu bisa ke sini lagi." sahut Papa Xi.
"Iya, besok kita temenin lo kesini sama dua kacungnya Jeno juga." Natha menunjuk Kenzo dan Jeremy.
"Kita itu sahabatnya bukan kacungnya!" jawab Jeremy tak terima.
"Udah-udah, sekarang lo pulang bareng gue, ya. Gue juga khawatir sama lo, nih." Xi segera membuka mulut saat Natha ingin menjawab omongan Jeremy.
"Gue mau ketemu Jeno dulu." putus Helen.
"Tapi, kata Dokter Jeno belum boleh di jenguk." sahut Kenzo.
"Dok!" Helen memanggil Dokter yang tadi menanggapi Jeno. "Saya boleh jenguk Jeno sebentar? Please, Dok."
"Sebentar?"
"Iya, Dok. Janji!" jawab Helen semangat.
"Ya sudah, sebentar ya." putus Dokter itu.
Helen memakai baju hijau khas rumah sakit, Helen manarik mursi mendekati brangkar tempat Jeno terlelap.
Hal yang pertama Helen lihat adalah tubuh kekar Jeno dengan kabel-kabel yang menempel di tubuhnya. Helen menggenggam tangan Jeno yang tidak terinfus.
"Kamu kenapa bisa kayak gini? Kamu harus jelasin ke aku, Jen"
"Aku percaya kamu baik-baik aja, kok. Aku percaya kamu nggak akan ninggalin aku, tapi mau gimana pun aku tetep takut kamu ninggalin aku. Bangun, Jen."
Yang diajak bicara hanya memejamkan mata dengan napas teratur.
"Aku lagi mau di gombalin, Jen. Cepet gombalin aku, ini perintah!" Helen merasakan tangan Jeno yang dingin.
"Mbak? Udah, ya? Pasien belum boleh di jenguk lama-lama. Mbak percaya sama saya, pacar Mbak sebentar lagi bangun. Jadi, Mbak harus siapin diri buat tampil cantik nanti kalau pacar Mbak udah bangun." icap Suster yang memasuki ruangan Jeno.
Helen mengangguk, "Aku udah di usir, kamu baik-baik disini. Good sleep, cepet bangun." Helen berdiri berjalan keluar dengan langkah gontai. Ia bersiap untuk pulang.
Yuna mmenahan tangan Helen saat Helen hendak berjalan mengikuti langkah orang tua Xi.
"Kak, jangan sedih. Kak Jeno emang nakal, nanti kita omelin dia bareng-bareng. Semangat, Kak."
Helen tersenyum mengangguk mendengar perhatian Yuna. "Kakak pulang dulu, ya. Titip Kak Jeno, kamu baik-baik disini."
Yuna mengangguk antusias, lalu Helen kembali berjalan mengikuti Xi, Kevin, dan orang tuanya.
***
Pagi ini Helen benar-benar tidak memiliki niat ke sekolah, pikirannya masih tertuju pada keadaan Jeno. Cinta memang menyesatkan.
"Sayang?" panggil Lea.
"Ma, Helen nggak sekolah dulu, boleh nggak? Badan Helen juga kurang enak." ucap Helen.
"Ya udah, kami istirahat lagi aja. Nanti Mama antar sarapan ke sini, ya." kata Lea.
Sepuluh menit sejak Lea keluar, pintu kamar Helen kembali terbuka. Bukan Lea, melainkan Moonbin.
"Pagi, Len. Gue turut prihatin ya soal Jeno, gue juga minta maaf dateng pagi-pagi sampai masuk kamar lo gini." Moonbin mengembangkan senyumnya.
"Oh, iya makasih. Duduk aja, Bin." Helen menunjuk sofa yang berada di kamarnya.
"Lo nggak sekolah?" tanya Helen.
"Nggak, sengaja mau nemenin lo. Khusus hari ini."
Moonbin berjalan menghampiri Helen, menaruh sebungkus bubur. "Makan, Len."
"Gue nggak nafsu, lo aja yang makan." tolak Helen.
"Makan, biar lo nggak sakit. Badan udah lemes gini, nangis berapa jam lo?" sahut Moonbin.
Helen menggeleng.
"Dikit aja, deh. Habis itu kita jalan-jalan, mau?" bujuk Moonbin.
"Oke, sedikit." putus Helen.
Helen malahap sarapannya meski hanya sedikit, lalu menaruhnya di nakas dekat kasur.
"Udah." kata Helen.
"Ya udah, yuk jalan." ajak Moonbin.
"Gue ganti baju dulu, lo keluar duluan aja."
Moonbin mengangguk, berjalan menuruni tangga. Ia menghampiri Lea yang duduk di ruang tamu.
"Tante, saya boleh ajak Helen keluar? Sebentar aja, Tan" Moonbin meminta izin.
"Jangan Lama-Lama, ya."
"Iya, Tan." Moonbin tersenyum.
"Berhasil." batinnya.
Helen yang sudah siap segera menuruni tangga menghampiri Moonbin yang mengobrol dengan Mamanya.
"Yuk, berangkat."
Moonbin segera bangkit, mereka berdua berpamitan.
Moonbin melajukan motornya dengan kecepatan sedang, di perjalanan sama sekali tidak ada perbincangan. Helen yang sibuk dengan pikirannya dan Moonbin yang sibuk menyusul rencana.
Beberapa menit dalam perjalanan, mereka sampai di sebuah taman. Banyak anak-anak yang berlarian, sepang kekasih yang bermesraan. Berbeda dengan Helen yang dengan sengaja berjalan lebih dulu meninggalkan Moonbin.
"Tungguin, dong." kata Moonbin.
"Oh iya, sorry." Helen memelankan langkahnya dengan sangat tidak niat.
Akhirnya, mereka berdua berjalan beriringan. Dengan Moonbin yang berusaha melaingkan candaan, membuat Helen sedikit tertawa.
Moonbin menyembunyikan tangannya di belakang, mengacungkan jempolnya yang ditujukan pada seseorang dibalik semak-semak.
Audrey.
Ia tersenyum licik, melihat foto hasil jepretannya. Moonbin dan Helen yang berjalan beriringan dan Helen yang menunjukkan senyumnya menanyakan bahwa ia bahagia. Berbeda dengan kondisi sebenarnya.
***
Jangan lupa vote komen gais.
Btw, kira-kira ada masalah apa lagi, tu?
Ceritanya makin lama makin bosenin nggak, si?
-Yessyccaf

KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno [COMPLETED]
Teen Fiction"Len, Jeno berulah lagi. Heh, Xi. Makan tuh, idola yang suka ngebully orang cupu." kata Nathania atau yang biasa di panggil Natha. Helen dan Xi yang merasa di panggil pun menoleh dan menatap kejadian tersebut. Helen yang geram dengan tingkah Jeno pu...