Warning: mature content, menyerempet ke rape. Lewatin aja kalo ga nyaman bacanya.
3rd pov
Setelah selesai berbicara dengan p’sakda, new segera menuju halte dekat kampusnya untuk menemui tay di kontrakannya. New berpikir aneh sekali karena tiba-tiba tay memintanya untuk menemuinya untuk berbicara sesuatu.New tiba di kamar tay saat malam mulai gelap dan langsung masuk ke dalam karena pintunya tidak ditutup.
New melihat tay yg sedang terduduk di atas tempat tidurnya menatap padaku. Tay terlihat aneh saat new memberikan senyum padanya, dia tidak bereaksi apapun dan hanya berjalan kearah pintu. New kemudian meletakan tas punggungnya dilantai dan berjalan menuju dapur.
“Ada apa tay? Katanya kau ingin membicarakan sesuatu yg penting” Tanya new sambil melihat tay yg berjalan kearah pintu untuk menutup dan menguncinya
"Tidak, aku tiba-tiba merindukanmu dan ingin melihatmu saja"
New terkekeh mendengar jawaban tay “aku kira itu sesuatu yg penting. Oiya aku membeli burger untuk makan malam, apa kau mau?”
Tay berjalan mendekati new yg saat ini membelakanginya, lalu memeluknya dari belakang.Tay menciumi pipi kanan new kemudian turun pada leher mulus new, menciuminya penuh nafsu.
“Tay hentikan, kau membuatku geli” new terkekeh dengan perlakuan tay yg tiba-tiba.Namun tay tidak menggubris new, bukannya berhenti dirinya justru semakin rakus menciumi dan menyesap leher new, kali ini di kedua sisi
“Tay, apa yg sedang kau lakukan?”
Tay kemudian memutar tubuhnya agar menghadapnya dan membuka sleting jaket yg new gunakan dengan kasar. Tay pun membuka dua kancing atas kemeja putih milik new, dan kembali menciumi leher new rakus.New merasa sangat ketakutan dengan perlakuan tay yg tiba-tiba seperti ini, dirinya meminta tay untuk berhenti dan berusaha mendorong tay sekuat mungkin, namun tubuhnya yg bergetar dan lemas tidak bisa menghentikan tay yg sangat kuat memegang tangannya.
Tay tidak menggubris permintaan new untuk berhenti, dirinya mendorong tubuh new hingga jatuh terlentang diatas kasurnya, dirinya menatap new dan mulai merayap mendekat pada wajah new, kedua tangan tay menahan kedua tangan new disamping kepala new.
Tay kembali menciumi bibir new dan menyesapnya dengan kasar, dan turun menelusuri leher kemudian membuka satu lagi kancing kemejanya, menciumi dada putih new.
New semakin histeris, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri menolak ciuman dari tay. New berteriak histeris meminta tay untuk berhenti. Ingatan masa lalu yg pernah terjadi padanya, persis seperti ini membuat new semakin histeris.
New kehilangan kontrol dirinya lalu berteriak sangat kencang dan mulai menangis tersedu-sedu, tangan kanannya yg berada di bahu tay yg tadi digunakan untuk mendorongnya tiba-tiba melemas.
Tay menghentikan aksinya dan melepaskan tangannya dari pergelangan tangan new, dirinya menatap new yg masih berteriak, telapak tangannya mengepal sambil memejamkan matanya, tubuhnya seperti orang kejang-kejang, dan menangis kencang “tidak mau, hentikan! tolong hentikan! aku mohon padamu, aku tidak mau” melihat new yg seperti ini dugaan tay akan apa yg terjadi pada new memang benar.
Tay menyadarkan new dengan menggoyangkan kepalanya memintanya untuk membuka matanya dan melihat padanya “new, hey, ini aku tay, buka matamu” namun new masih memejamkan matanya, tubuhnya masih seperti orang kejang-kejang “new ini aku tay, buka matamu dan lihat aku”
New perlahan membuka matanya, dia melihat sosok tay didepannya yg melihatnya dengan raut wajah sedih. New segera mendorong tay lalu bangun berlari menuju pintu untuk keluar dari kamar, namun pintu itu tidak bisa terbuka. Tay mengejar new dan memeluknya, namun new memberontak dan berusaha mendorong tay.
Tay memeluk new sangat erat “new maafkan aku, maafkan aku” new masih menangis histeris, tubuhnya benar-benar lemas “maafkan aku new”
Tay pov
Aku berhenti menciumi new saat melihat dirinya yg mulai berteriak dan menangis histeris, aku menatap new yg tubuhnya bergetar dan seperti orang kejang-kejang. Tanda-tanda ini terlihat sekali kalau new mengalami trauma akan hal yg sama seperti ini.
Aku mencoba menyadarkan new dan memintanya untuk membuka matanya. Aku tidak bermaksud untuk melakukan hal bejat seperti itu padanya, aku mencintainya dan aku tidak akan melakukan hal yg dia tidak suka.
Tapi, belakangan ini aku mencurigai sesuatu akan tingkah new yg tiba-tiba berteriak dan mendorongku ketika kami berciuman dan mulai mengarah pada suatu yg lebih intim.
Aku mengejar new yg sudah berlari untuk membuka pintu, beruntung pintu itu sudah aku kunci jadi dia tidak terpikirkan untuk membuka kuncinya karena pikirannya yg sedang kacau. Aku memeluk new erat, aku benci melihat new yg menangis seperti ini.
Aku meminta maaf padanya berkali-kali, menenangkannya yg masih terisak "siapa yg melakukannya new?” tanyaku pada new yg sudah mulai tenang. Dia duduk dihadapanku bersandar lemas pada pintu. Namun new hanya menangis tidak menjawab pertanyaanku.
“New, katakan siapa orang itu” sekali lagi aku menanyakan padanya dengan nada pelan tentu saja, tetap new tidak menjawabku
“Apa kau melaporkannya pada polisi?” new hanya menggelengkan kepalanya
“Kenapa? Apa kau mengenal pelakunya?”
New menundukan wajahnya “ayahku”
Aku sangat terkejut dengan jawaban new karena seingatku ayahnya sudah tiada “bukankah ayahmu sudah meninggal?”
New menjawab dengan pelan “dia bukan ayahku, orang seperti bukanlah ayahku”
“Orang itu mendekati ibuku berpura-pura dengan niat baik diawal, lalu datang padaku juga disaat ibuku tidak ada”
“Ibumu menikah lagi?”
New memeluk kedua lutut kakinya dan menundukan kepalanya “saat itu libur semester tahun pertamaku di sma. Sekian tahun aku bergelut dengan diriku sendiri dan menyangkal seksual orientasi ku. Namun aku sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi karena ibuku berhak tau yg sesungguhnya.Setelah makan malam, aku memutuskan untuk memberitahu ibuku dan orang itu.
Ibuku bisa menerimaku, karena ternyata ibu tau sudah lama dan menunggu diriku untuk membicarakannya.Tapi orang itu marah dan tidak bisa menerimanya, dia bilang aku hanya bingung”
“Beberapa hari setelah pengakuanku saat aku baru pulang dari sekolah, aku sedang berganti baju dan tiba-tiba mendengar suara pintu kamarku terbuka, aku melihatnya masuk ke dalam kamarku. Aku tersenyum padanya karena kupikir dia ingin membicarakan sesuatu padaku”
Aku melihat pada new yg kembali terisak “tapi ternyata dia melakukan itu padaku, dia berteriak padaku kalau aku miliknya. Saat itu usiaku baru lima belas tahun dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk melawannya. Aku juga tidak berani mengatakan pada ibuku dan hanya bisa diam ketakutan”
“Akhirnya ibuku mengetahui dengan sendirinya karena melihat diriku yg selalu berteriak saat tidur dan selalu menghindari kontak fisik pada siapapun yg berusaha menyentuhku.
Ibuku membawaku pergi dari rumah orang itu, namun ingatan itu tidak akan pernah hilang dari benaku sampai sekarang”
New berteriak masih menangis “aku membencinya, aku membenci laki-laki sepertinya dan pak golf, aku bahkan membenci diriku sendiri yg begitu lemah dan hanya bisa menangis”
Aku menundukan kepalaku, hatiku begitu teriris melihat new yg menangis seperti itu. Aku mencintai new dan aku sungguh bisa merasakan hatinya yg begitu terluka. Aku tersadar kalau selama ini aku orang yg brengsek, disaat new berusaha untuk sembuh dari luka lamanya, aku malah membuat luka terbuka lagi.
Aku tidak pernah memikirkan perasaan new dan hanya memikirkan diriku sendiri. Tanpa sadar air mataku sudah mengalir deras dari kedua mataku.
Aku tidak mengejar new yg berlari keluar dari kamar ku, aku memilih untuk berbicara dengannya saat suasana sudah tenang, lebih tepatnya menunggu new agar menenangkan dirinya dulu. Malam ini aku benar-benar tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Aku terus berpikir kata-kata apa yg harus aku sampaikan pada New. Aku mencintainya dan menerima apapun dirinya. Aku ingin terus bersamanya dan melindunginya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love within Tragedy [TayNew]
FanfictionKisah seorang lelaki (Tay Tawan) yang tidak pernah memiliki keseriusan semasa hidupnya. Di pikirannya hanya ada balapan, taruhan, dan wanita. Lalu dia dipertemukan dengan seorang lelaki (New Thitiphoom) yang memiliki ketakutan bersosialisasi dengan...