Keesokan harinya tay tiba di kampus, dia menolak ajakan bertanding basket oleh mahasiswa fakultas lain, dan bergegas pergi menuju ruang melukis. Seperti biasa tay masuk lewat pintu belakang yg terhubung langsung dengan lapangan basket. Di bagian belakang ruang melukis banyak sekali barang-barang seni yg masih dan sudah tidak terpakai, dia berjalan hati-hati agar tidak menyenggol itu semua.
Dilihatnya sebentar new yg sedang focus melukis objek didepannya dan ada beberapa mahasiswa lain di ruang melukis ini, dibelakang new terdapat ibu Jane yg sedang mengawasi kegiatan. Tay mulai memanggil new pelan karena takut mengganggu yg lain.
"psst, psst New" panggil tay pelan, namun belum terdengar oleh sang empunya nama.
"New.. new thitiphoom.. psst" tay berusaha untuk memanggilnya lagi, new dan ibu Jane serempak menoleh sumber suara.
New melihat Tay yg sedang tersenyum kearahnya, namun dia menunduk dan kembali melanjutkan melukisnya.
"Ibu Jane yg manis, saya meminta waktu untuk bicara dengan new" tay lalu memanggil ibu Jane untuk meminta izin berbicara dengan new sebentar.
"New, bagaimana bisa kau kenal dengan anak nakal seperti dia" cebik ibu Jane lalu pergi meninggalkan new. Tay hanya tersenyum tidak tau diri setelah mendengar perkataan ibu Jane, dan dia kembali memanggil new yg masih menunduk setelah dimarahi ibu Jane.
"Psst.. new.. new, cepat kesini. Ayo bicara dibelakang" kali ini suaranya cukup kencang terdengar dan tay merasa mengganggu mahasiswa lain dan hanya memberikan senyum kurang ajarnya. New pun akhirnya berdiri untuk menghampiri tay dan mereka mulai berjalan kearah pintu belakang yg berisikan barang-barang seni tadi.
"Maaf menggaggumu, aku hanya ingin mengembalikan sketsa ini. Maaf karena rusak terlipat-lipat, tapi aku sudah berusaha merapikannya" Ucap tay kepada new yg masih menundukan kepalanya seraya memberikan sketsa gambar itu.
"Tidak apa-apa, terimakasih karena sudah mengembalikan ini" ucap new sambil mengangkat kepalanya kepada tay.
"Kenapa kau berterimakasih? aku sudah merusak sketsa gambarmu, aku tidak tau kalau kertas yg kau berikan ada sketsa gambarmu" jawab tay dengan terheran.
"ini hanya draft, ketika sudah aku salin ke canvas tidak akan terpakai lagi" new menjawab tay sambil menunduk.
"tunggu dulu, maksudmu ini akan kau buang setelah selesai?" tay bertanya kepada new lagi dan langsung dijawab anggukan olehnya.
"Kalau begitu, boleh sketsa itu untuku setelah kau selesai dengan itu?" Tanya tay dengan semangat kepada new. New mulai memberanikan diri untuk menatap tay saat menjawab rentetan pertanyaan yg diajukan oleh tay.
"jika kau sangat suka dengan lukisan ini, aku bisa memberikan mu hasil akhir lukisan cat minyak ini nanti" jawab new pelan namun dengan senyuman.
"Benarkah? Kau tidak bercanda kan? yeayy" Tay berseru dengan nada yg sangat riang, dia sedikit salah tingkah ketika ditatap dengan senyuman oleh new.
"Tunggu, aku bersikap seperti seorang yg tidak tau diri karena mengambil pemberianmu begitu saja, ya aku benar-benar merasa seperti itu sekarang" gumam tay dan disertai senyuman oleh new yg langsung menundukan kepalanya lagi.
"aku tidak memiliki uang, apa yg bisa aku berikan sebagai tanda terimakasih ya" pikir tay dalam-dalam. New hanya diam dan menunduk.
Tiba-tiba Tay memiliki ide "Hei, kenapa tidak biarkan aku melindungimu saja? jika terjadi sesuatu diwaktu mendatang, aku akan berada disisimu dan menolongmu, bagaimana? Setuju saja ya, lagipula hanya ini yg bisa aku lakukan. Baiklah aku pergi dulu" Tay berbicara tanpa mendegar persetujuan dari new, lalu beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love within Tragedy [TayNew]
FanfictionKisah seorang lelaki (Tay Tawan) yang tidak pernah memiliki keseriusan semasa hidupnya. Di pikirannya hanya ada balapan, taruhan, dan wanita. Lalu dia dipertemukan dengan seorang lelaki (New Thitiphoom) yang memiliki ketakutan bersosialisasi dengan...