Chapter 9

2.8K 246 1
                                    

3rd POV

Siang itu new melanjutkan lukisannya dan tay duduk dihadapannya dengan bermain ponsel milik new.

"Tay bisakah kau mengangkat kepalamu sebentar" new meminta tay untuk mengadahkan kepalanya yg menunduk karena sedari tadi tay sedang bermain game di ponsel yg new berikan. Kalau diingat-ingat ini pertama kalinya new memanggil tay dengan namanya.

"Tidak bisa, aku akan mati jika mengalihkan pandanganku" New ingat nasihat off yg bilang bahwa tay akan diam jika diberikan mainan, memang seperti anak kecil tay itu. New sedikit kesal namun dia berusaha melanjutkan melukisnya.

"Hei, kapan kau akan menyelesaikan lukisan yg kau janjikan padaku?" tay bertanya pada new namun tidak melihat kearahnya sama sekali, bahkan memanggil dengan namanya pun tidak.

"Oh, tentang lukisan itu mungkin sedikit lebih lama selesainya" new menjawab dengan ragu-ragu

"Lupakan saja, aku hanya bertanya" tay menjawab namun dirinya masih tidak melihat kearah new.

"Sebenarnya aku berbohong padamu" new ragu-ragu untuk berbicara.

"Aku sama sekali belum memulainya, karena aku takut jika lukisan itu selesai kau tidak akan kembali menampakan dirimu di ruang melukis lagi. Aku akan kehilangan satu-satunya yg bisa membuat kita berhubungan" new menambahkan, suaranya terdengar pelan namun masih terdengar. Tay masih sibuk dengan game di ponsel new.

"Argghh aku kalah, aku hampir saja bisa mendapatkan rekor tertinggi" tay mendengus kesal, membuat new terkejut

"Kau sama sekali tidak mendengar perkataanku?" Tanya new

Tay pun meletakan ponsel new di meja sebelah tempat duduknya, dan menatap new "seharusnya hubungan kita tidak sebatas di ruang melukis saja. Aww punggungku pegal sekali" tay berdiri tersenyum sambil meregangkan badannya.

Tiba-tiba tay dan new dikejutkan oleh sosok lain di ruangan itu yg bicara pada tay.

"Hei, bisakah kau kembali pada posisimu tadi" pinta seorang lelaki pada tay. New dan tay pun serempak menoleh kearah sumber suara

"Maaf, bisakah kau kembali berpose seperti tadi?" ulang lelaki itu. Tay menatap tajam lelaki itu tidak suka lalu berjalan menghampirinya. New yg melihat raut wajah tay pun berdiri menatap setiap langkahnya.

Tay semakin mendekat pada lelaki itu, lalu berhenti pada jarak hanya beberapa centi saja. Tiba-tiba tay mengambil buku gambar yg ada ditangan lelaki itu dan menyobek kertasnya kasar. New bergegas menghampiri tay dan meminta maaf pada lelaki itu.

"Maaf kan dia phi" ucap new padanya

"Tay menyobek karya seorang pelukis itu hal yg tidak sopan"  new menatap pada tay.

"Pikir baik-baik dikepalamu, siapa yg berlaku tidak sopan disini?" Tay bertanya kearah new lalu ke lelaki itu.

"Dia benar nong, aku yg salah disini" lelaki itu berkata pada new. Lalu tay pergi meninggalkan mereka

"Tay" panggil new saat melihat tay pergi begitu saja.

"Aku merasa garis wajahnya terlihat berbeda, jadi tanpa pikir panjang aku mulai melukisnya. Aku tidak berpikir dia akan begitu marah" ucap lelaki itu lagi sebelum new pergi menyusul tay

"Lain kali aku harap kau meminta izin dulu sebelum melukis orang, phi" new pun pergi meninggalkan seniornya, namun berhenti karena dirinya dipanggil dan membalikan badannya lagi

"Nong, bisakah aku meminta bantuanmu?" Tanyanya pada new

*

*

Love within Tragedy [TayNew]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang