7.Ephemeral

2.7K 343 67
                                    

...

Entah sudah berapa lama Youra memandangi lalu lalang padatnya kota dari balkon perusahaan. Kedua tangannya ia tumpu di atas tembok pembatas yang terbentang luas sepanjang perusahaan. Ia bahkan tak peduli dengan tumpukan kertas di atas meja kerjanya. Sekalipun ia diusir untuk keluar perusahaan sekarang juga pun tak masalah. Ia benar-benar sudah lelah berada di perusahaan Maxime Parker. Ia tak perlu lagi berpura dan menyamar menjadi seorang cinderella yang sedang menguntit pangerannya.

"You," panggil seorang tiba-tiba.

Youra tak bergeMing, karena tanpa menoleh pun ia kenal betul siapa pemilik suara khas itu."Aku mencarimu kemana-mana. Ibumu menelvon. Dan ... dia mengatakan," Maxime menghentikan ucapannya, saat maniknya bertemu dengan sebuah bingkisan yang dibiarkan tergeletak di bawah tanah. Maxime menghembuskan nafasnya begitu kasar, sampai kemudian ia menelusuri sepanjang mata jauh memandang ke langit kota. Kini, Maxime berjalan mendekati Youra dan mensejajarkan posisinya di samping Youra.

"Lee Youra," panggil Maxime lagi dengan sedikit tegas saat ia tak mendapatkan respon apapun dari Youra. Dan benar, gadis itu masih tak bergeMing dengan panggilannya atau lebih tepatnya ia tak peduli meskipun Maxime kini berdiri di sampingnya. Youra lebih memilih ingin pergi meninggalkan Maxime, namun segera ditahan oleh Maxime dengan tangannya.

Maxime menarik lengan kanan Youra hingga membuat gadis itu tersentak menghadapnya."Kenapa kau tak berikan bingkisan itu kepadaku?" tanyanya, lantaran Youra masih mengabaikannya.

Youra tertawa sinis, ia melepaskan cengkraman tangan Maxime dari lengannya dengan kasar."Kau menginginkannya? Kau bisa mengambilnya," ucap Youra tajam, dagunya menunjuk tegas kearah bingkisan yang tergeletak di bawah tanah itu.

Maxime membulatkan mata menahan gejolak amarah didada. Sikap Youra benar-benar sudah melawati batas kesabarannya. Ia melonggarkan dasi yang mengikat perpotongan lehernya dengan kasar."Itu pemberian dari ibumu untukku. Dan kau diberi amanah untuk memberikannya kepadaku. Lalu kenapa kau tak berikan itu kepadaku?"

Kedua mata Youra meMincing tidak suka. Ia menajamkan penglihatannya untuk menatap bulatan mata Maxime."Aku tidak mau mengganggu pasangan yang sedang dimabuk cinta," ujarnya menohok.

Maxime nelangsa, susah payah ia menelan salivanya, Youra sudah salah paham. Maxime mencoba menatap lekat wajah angkuh Youra yang tidak mau menatapnya."Jadi itu yang kau pikirkan tentangku? Karena itu kau pergi begitu saja dari ruanganku tanpa mendengarkan dulu penjelasan dariku?" katanya.

Youra tak menjawab, ia diam saja, masih dengan posisi yang sama. Tak mau menatap airmuka Maxime yang memungkinkan merobohkan amarahnya. Ia menghadap kesamping untuk menatap pintu balkon yang dibiarkan terbuka lebar.

"You ... Jawab aku," suara tinggi dari Maxime berhasil menyulut emosi dari dalam diri Youra. Ia memejam dengan kedua tangan yang mengepal.

"Berhentilah bersikap seolah kau sudah lama mengenalku dan memahamiku. Kau ... hanya tau siapa aku, bukan berarti kau memahami siapa sebenarnya diriku," ujar Youra. Setelahnya, gadis itu menghentakkan langkah kakinya untuk pergi darisana bersama sarat lelah dari Maxime.

Maxime tau ini adalah kesalahannya. Saat tanpa sengaja ia membentak Youra. Entah kenapa setiap kali melihat Youra, ia begitu kacau. Maxime menyukai Youra dan ia merasa sangat merindukannya, namun entah kenapa ia juga tidak bisa lepas dari rasa kesalnya saat mengingat Youra menyukai pria lain.

Maxime bahkan merutuki diri sendiri ketika ia begitu bodoh dengan rasa cemburunya. Itu semakin membuat ia jauh dari Youra. Gadis itu tidak suka dibentak. Seharusnya sejak awal ia menyadari itu semua."Jeon ... Siapa itu Jeon?"

Youra menghentikan langkah kakinya. Terkejut tentu saja, pasalnya ia tak pernah menduga Maxime tau banyak tentang kehidupan pribadinya, terlebih hatinya.

Sempiternal ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang