Sempiternal ✔️ [TERBIT]

22.Lufterray

...

Ucapan dari Mina benar-benar membuat Youra gelisah."Kejarlah dia You jika kau memang benar-benar menyukainya. Jangan bersikap bodoh seperti sebelumnya. Dia mencintaimu dan kaupun sama. Karena itu berbahagialah." dan karena itu pula yang mendorong Youra untuk pergi menemui Maxime di perusahaannya. Dengan diantar oleh sopir pribadi Maxime.Youra tak ingin terlambat dan kehilangan Maxime. Atau ia akan menyesal nantinya.

Youra memandangi kepantulan dirinya sendiri. Ia memastikan penampilannya sekali lagi disebuah kaca di koridor perusahaan sebelum menuju ke ruangan Maxime. Untung saja susana saat itu masih sepi. Tentu saja karena ini masih dijam kerja. Tak lupa, Youra selalu membawa peralatan make-upnya. Jadi saat-saat seperti ini setidaknya ia masih percaya diri untuk menemui Maxime dengan penampilan terbaiknya.

Youra memakai dress yang telah Maxime persiapkan untuknya. Sebuah dress floral light blue dengan panjang selutut. Keluaran dari merk terkenal prada. Maxime memang selalu tau bagaimana caranya berbusana dengan baik. Meski terlihat sederhana bagi Youra namun tetap memberikan kesan ceria dan elegant untuknya.

Sedangkan rambut Youra ia biarkan tergerai dengan sebuah poni tipis di keningnya, sempurna. Setelah Youra memoles sedikit tint baby pink di bibirnya. Namun senyuman di bibirnya tiba-tiba menghilang saat pantulan bayangan Yerin sedang berjalan bersedekap mendekatinya dari belakang. Youra melengos dan mencoba untuk mengacuhkannya.

"Jangan mengganggunya," ucapan dari Yerin berhasil menghentikan langkah kaki Youra. Youra berbalik badan dan menghadap ke Yerin. Namun seperkian detik berikutnya tatapan Youra berubah menjadi berapi-rapi saat menyadari pakaian yang Yerin kenakan terlihat sedikit tipis dan menggoda. Gadis itu memakai kemeja tipis merah maroon dengan dua kancing baju teratas yang sengaja dibuka.

Youra mendesah kasar, Apakah gadis itu selalu memakai pakaian tipis seperti ini di depan Maxime."Kau tak berhak melarangku untuk menemuinya," kesal Youra."Statusmu disini hanya sebagai sekretarisnya. Jangan seolah-olah kau adalah istrinya, sial," ucap Youra kasar.

Yerin tertawa mendengar ucapan dari Youra yang seolah seperti sebuah lelucon murahan baginya. Ia menggelengkan kepalanya bersama tawanya yang juga tak kunjung mereda. Ia memperbaiki poni tipisnya dengan telunjuk jari."Oke mari kuingatkan kepadamu. Siapa diriku sebenarnya," Yerin berujar santai, Ia menyeringai menatap Youra yang tengah menyipitkan matanya tak suka.

"Sepertinya kau tak pernah mendengar kasak-kusuk d iperusahaan ini. Tentang siapa diriku dan hubunganku dengan tuan Maxime. Tidak ..." Yerin menggeleng lagi. Ia mengoreksi ucapannya."Kak Maxime maksudku.We dated," imbuhnya menegaskan.

Sial. Seharusnya Youra mengikuti kata hatinya. Dan tak seharusnya Youra menggubris ucapan dari Yerin. Karena ucapan wanita ular itu hanya akan merusak moodnya menjadi buruk.

"Aku adalah orang yang spesial baginya. Orang yang pernah singgah dihatinya. Aku ... Kami. Pernah menjalin hubungan yang tak biasa. I'm sure you know what I mean," Yerin sedikit mengeja ucapannya sambil berjalan semakin mendekat kearah Youra. Jemari tangan Yerin terulur untuk mengusap pelan bahu Youra. Seolah ada sebuah kotoran di pundaknya.

"So. Listen to me carefully," bisik Yerin dengan mendekatkan wajahnya tepat di depan mata Youra. Sapuan nafas hangat Yerin berhasil mengaduk isi perut Youra sehingga ia merasa begitu mual."Aku telah lama bersamanya. Dari mulai ia belum memulai apapun. Dan dari ia memulai bisnis dan membangun perusahaannya menjadi sebesar ini. Akulah yang telah bersamanya dan akulah yang menemaninya. Tak dapat dipungkiri. Aku lebih banyak tau tentang dirinya dari pada dirimu. And ..."

Yerin menyeringai, ia mengangkat dagu Youra dengan telunjuk lentiknya. Kuku tajam merah menyalanya seakan mengiris dada Youra. Wanita itu puas saat ia bisa melihat semburat muram tak berkutik dari wajah Youra."He will only suck out the passion in my body. For good sake and all for me," ujar Yerin dengan menyentak kasar dagu Youra. Ia puas dan merasa menang dengan ucapannya.