...
Youra merengut saat gadis berwajah bulat itu memasuki ruangan Maxime. Youra seba, kenapa Maxime harus memanggil gadis itu disaat ia masih ingin bermesraan dengan Maxime. Youra melipat kedua tangannya diatas pusar dengan wajah ditekuk. Ia berdiri di samping Maxime yang sedang terduduk di kursi kerjanya. Ia memperhatiak bagaimana gadis dengan kemeja merah maroon itu elihat bagaimana cara Yerin berbicara dengan Maxime mendadak ia menjadi sakit mata dan telinga. Gelagat gadis itu benar-benar seperti disengaja sekali untuk mencari perhatian kepada Maxime.
"Saya dengar dari sekretaris Lee. Anda mengabaikan sarapan pagi ini tuan," ujar gadis itu disela-sela Maxime masih sibuk menandatangani beberapa dokumen. Gadis itu bahkan acuh dengan kehadiran Youra di samping Maxime.
Youra dengar, selain Yerin, Maxime mempunyai sekretaris pribadi bernama Lee Taeyong. Dia adalah seorang pria yang mengurus berbagai kebutuhan pribadi Maxime. Banyak yang mengatakan jika pria itu termasuk orang kepercayaan Maxime. Dan jujur saja, Youra belum pernah melihat bagaimana sesosok dari Lee Taeyong ini. Pria itu seperti bayang-bayang yang begitu sulit untuk ditemui. Youra sedikit kesal karena Yerin lebih tau banyak daripada dirinya.
"Hmm ... Karena rapat pagi ini. Aku tak sempat makan," jawab Maxime terdengar seperti sebuah gumaman. Pria itu masih sibuk membaca lembaran dokumen di tangannya.
Youra menoleh, ia terhenyak oleh jawaban dari Maxime. Pagi tadi pria itu bahkan sempat menyiapkan sarapan untuknya. Tapi kenapa Maxime tak memperdulikan untuk dirinya sendiri.
"Seharusnya anda tidak melewatkannya tuan. Kesehatan anda adalah yang terpenting. Demi kelangsungan perusahaan ini. Saya mohon agar anda selalu mengingatnya," tukas Yerin, gadis itu memperhatikan kegiatan Maxime. Namun, sialnya sesekali gadis itu seara terang-terangan melirik dan menatap Youra dengan tatapan mengejek.
Youra mencebik, ia menatap Yerin dengan kesal karena gadis itu terlihat seperti sedang menertawakannya. Youra terlihat seperti orang bodoh yang tak tau apa-apa. Yerin terlihat seperti sedang menunjukan kedudukannya bahwa ia yang lebih tau dan lebih memperhatiakan Maxime ketimbang dirinya.
Ya, memang disisi lain Youra merasa bersalah kepada Maxime. Youra merasa masih belum bisa menjadi wanita yang bisa membuat Maxime nyaman. Karena tak kuat dengan kemelut batinnya. Youra memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar. Karena marahpun akan percuma. Ia harus marah kepada siapa? Yerin? Itu semua tidak mungkin. Youra hanya marah kepada dirinya sendiri. Tak seharusnya ia cemburu disaat dirinya sendiri tidak becus memperhatikan Maxime. Namun baru saja ia ingin melangkahkan kakinya, tangan Maxime sudah lebih dulu mencekalnya.
"Aku ... " Youra menoleh ke belakang untuk menatap Maxime. Ia tak melanjutkan kalimatnya. Saat pria itu masih sibuk membuka lembaran dokumen dengan satu tangan diatas meja tanpa menatapnya. Namun satu tangan yang lainnya dengan protektif menggengam tangannya. Ia tak mengerti dengan maksud Maxime yang tak mengatakan sepatah katapun kepadanya.
"Kosongkan jadwalku seminggu ke depan. Aku akan mengalihkan semua pekerjaanku kepada manager Ahn untuk sementara waktu," titah Maxime.
"Apa anda urusan mendesak tuan?" tanya Yerin hati-hati.
"Ya," jawab Maxime seraya ia menutup lembaran dokumen bersampul biru dongker itu dan menyerahkan kepada Yerin.
Gadis itu terdiam untuk beberapa saat dan mencerna dengan baik keinginan dari atasannya itu. Tak biasanya Maxime mengambil hari libur sebanyak ini. Yerin mulai menaruh banyak pertanyaan. Sebenarnya apa yang membuat seorang Park Maxime memilih meninggalkan pekerjaannya dalam kurun waktu lama."Bagaimana dengan pertemuan anda dengan Mr. Dominic tuan? Bukankah pertemuan ini sangat penting untuk deal kita terhadap saham emas di Dubai. Dan... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal ✔️ [TERBIT]
FanfictionSekeras apapun Lee Youra menyakiti Maxime Parker, pria itu tetap mencintainya. Tak peduli bagaimana buruknya seorang Lee Youra, atau bahkan saat gadis itu sering berselingkuh darinya, Maxime akan tetap mencintainya. "Maxime Parker, kau itu bodoh ata...