Area wajib vote dan koment ⚠️
.....Bagaimana kabarmu?" tanya seorang pemuda, seluruh tubuhnya terbalut dengan pakaian serba hitam. Ia menumpu tubuhnya di samping sebuah gundukan tanah yang kini di tumbuhi oleh rerumputan hijau.
"Maaf karena sudah lama tidak mengunjungimu," pemuda itu merunduk. Ia tersenyum dengan kedua bola mata sayu."Aku baru saja kembali dari Jerman. Dan ... " pemuda itu kembali menjeda ucapannya. Ia menggigit bibir bagian dalamnya saat satu tetes airmatanya tiba-tiba mengalir begitu saja.
"Aku berhasil melakukan beberapa terapi," ungkapnya lagi. Pemuda itu kini mulai membersihkan rerumputan dan dedaunan di atas makam itu."Apa kau merindukannya?" tanyanya, meski disana ia seorang diri.
"Setiap malam aku selalu memimpikannya. Sudah lama ...lama sekali aku membiarkannya menderita seorang diri. Bukankah aku pengecut sekali ... " pemuda itu kini terisak. Ia meremat dadanya kuat-kuat saat rasa nyeri tiba-tiba menyerangnya.
Pemuda itu kembali merunduk. Ia tak mampu menahan genangan airmatanya lagi. Pemuda itu menenggelamkan dirinya di antara kedua lututnya. Sesaat hembus angin ikut menyambutnya. Awan kelabu serta hawa dingin yang menusuk ikut memeluk kepedihan hatinya di sore ini.
"Ini terlalu lama. Dan sudah banyak rasa sakit yang ia terima karena perbuatanku. Aku terlalu takut menemuinya. Aku terlalu takut saat ia tau aku telah mengambil seseorang yang ia sayangi," ungkap pemuda itu sekali lagi. Ia meremat dengan kuat gundukan tanah itu dengan jemari tangannya.
"Katakan ... apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan kepadanya, saat ia tau jantung ini milikmu dan aku mengambilnya darimu," pemuda itu menangis, menangis tersedu dengan memandangi batu nisan itu.
"Aku takut dia marah kepadaku. Kenapa aku tak melarangmu dan mencegahmu terbunuh oleh keegoisanku," pemuda itu kemudian menggeleng. Ia merasa belum puas dengan kata terkahir yang ia ungkapkan.
"Akulah pembunuh dari kisah terbaikmu bersamanya, aku hadir sebagai bencana cinta kalian,"
...
Saat itu, diantara suara gemuruh serta angin ribut. Dimana partikel salju mulai turun menyambut malam natal. Maxime terisak di atas balkon rumah sakit. Ia memukul-mukul kencang dadanya. Rasa cemburu juga rasa iri menggelapkan hatinya. Setelah ia melihat istrinya memeluk raga pria lain di depan matanya.
Iya, di depan matanya. Meskipun Youra tidak tau siapa pria yang ia peluk saat itu. Maxime hanya ingin Aliaster menemui Youra. Namun, ia tidak menyangka jika yang Aliaster inginkan adalah berpura-pura menjadi dirinya. Aliaster tidak ingin Youra tau keadaannya. Yang Aliaster inginkan hanyalah mendengar serta dekat dengan Youra.
Untuk terakhir kalinya ...
"Bagaimana perasaanmu," tanya Aliaster setelah ia berhasil mensejajarkan dirinya di samping Maxime. Pemuda itu juga terduduk di sebuah kursi roda, karena kedua kakinya yang kini tak memungkinkannya untuk berjalan.
Maxime menoleh menatap Aliaster. Ia terkejut setelah melihat pemuda itu juga berlinangan airmata."Anggap saja itu balasanku karena kau telah merebut Youra dariku," ujarnya dengan sebuah tawa. Namun, Maxime tau tawa itu terdengar menyedihkan saat ia melihat Aliaster merunduk dan semakin terisak dengan tangisannya.
"Bencilah aku setelah ini. Dan jangan pernah merasa bersalah kepadaku. Karena aku melakukan ini semua untuk Youra bukan untukmu," ucap Aliaster.
Maxime sakit mendengar itu, keputusan Aliaster sangat besar. Aliaster ingin mendonorkan jantungnya untuk Maxime. Walau operasi ini belum tentu berjalan lancar dan jantung Aliaster sesuai dengannya. Namun, Maxime benar-benar tau. Jika sebesar itu Aliaster mengorbankan segalanya karena semata menyanyangi Youra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal ✔️ [TERBIT]
Fiksi PenggemarSekeras apapun Lee Youra menyakiti Maxime Parker, pria itu tetap mencintainya. Tak peduli bagaimana buruknya seorang Lee Youra, atau bahkan saat gadis itu sering berselingkuh darinya, Maxime akan tetap mencintainya. "Maxime Parker, kau itu bodoh ata...