...
"You ... " Maxime terduduk di samping ranjang seraya membelai lembut surai Youra. Gadis itu masih terpejam meski matahari tengah memuncak menampakkan sinar tajamnya.
"You ..." panggil Maxime lagi. Sebenarnya Maxime tak ingin memaksa Youra untuk terbangun. Namun pagi ini setelah mendapatkan telvon dari perusahaannya karena keadaan darurat yang mengharuskan Maxime untuk datang telah membuat Maxime terpaksa harus melakukannya.
"Chu ... " lirih Maxime kemudian. Namun, tak ada tanda-tanda gadis itu akan membuka mata. Maxime menyerah karena ia dikejar oleh waktu. Ia tersenyum sekilas menatap wajah polos Youra saat tertidur.
"Aku sudah menyiapkan satu piring sandwich dan satu gelas susu segar diatas meja makan. Kau bisa memakannya selagi hangat. Aku pergi sebentar ke kantor. Kau bisa menikmati waktumu disini selagi aku kembali untuk menjemputmu," ujar Maxime lembut tak menghentikan belaian tangannya yang masih setia mengusap sayang surai Youra.
Entahlah apa yang mendorong Maxime harus mengatakan itu semua kepada gadis yang jelas-jelas masih memejamkan matanya. Rasanya ia harus pamit sekalipun Youra tak mendengarnya. Maxime mencondongkan sedikit wajahnya ingin mengecup kening Youra. Ada debaran kuat dihatinya saat melihat wajah polos Youra terlelap begitu nyamannya. Youra cantik, sangat cantik di matanya.
Wajahnya terlihat berkilauan. Bulu matanya begitu lentik, bibirnya merona padat dan mungil, hindungnya kecil dan bangir, kedua belah pipinya merona melalui celah pori-pori mulusnya. Perpaduan cantik dan manis yang tidak membosankan.
Namun tepat saat Maxime mendekati gadis itu. Gadis itu sedikit menggeliat dari tidurnya. Mungkinkah Youra terganggu dengan kehadirannya? Maxime mengurungkan niatnya untuk mencium Youra. Ia lupa. Ia hampir saja lepas kendali karena pesona Youra.
Kini ia kembali membelai lembut surai Youra. Sebelum pada akhirnya, ia bangkit dari ranjang dan meninggalkan kamar Youra.
Sedang Youra, ia membuka mata tepat saat ia yakin Maxime benar-benar keluar dari kamarnya. Ia tak benar-benar tidur saat Maxime datang menghampirinya. Entahlah apa yang membuatnya ingin tetap menutup mata. Hati Youra begitu gugup untuk sekedar menatap mata Maxime. Terlebih saat Maxime mendekat ingin menciumnya. Youra sadar dan hampir saja gadis itu terbunuh secara perlahan saat-saat ia lupa akan caranya untuk bernafas.
Namun Youra sedikit kecewa saat Maxime tak kembali menciumnya. Youra terbangun dan terduduk menatap pilu kearah pintu kamarnya yang tertutup. Ya ... Tentu saja Maxime tak akan lagi menciumnya karena pria itu telah melepaskannya.
Hati Youra merasa ngilu. Kenapa ia tak mampu menahan Maxime untuk tetap di sampingnya. Youra terbangun dari ranjang dengan menyingkap selimut tebal yang telah membungkusnya. Ia berjalan keluar meninggalkan kamarnya dan turun menuju meja makan untuk memastikan.
Dan benar terdapat satu tumpukan sandwich di sebuah piring besar dan satu gelas susu segar di meja makan. Youra tersenyum saat ia juga melihat setangai bunga mawar merah di sampingnya. Manis ... Sangat manis. Youra mengkerutkan keningnya saat perhatiannya tertuju kepada selembar kertas kecil beraroma apel di samping bunga itu.
'Makan dan minumlah aku jika kau benar-benar menginginkanku'
Youra tersenyum, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan saat membaca secarik kertas itu. Rasanya ada sesuatu yang tengah berterbangan di dalam dadanya. Rasanya ia hampir saja tercekik karena lupa bagaimana caranya untuk bernafas. Kata itu begitu singkat, namun Youra jelas tau maksud Maxime.
Maxime tak benar-benar melepaskannya. Ia hanya berjalan ke belakang dengan merentangkan kedua tanganya dan menunggu Youra untuk berlari kearahnya untuk memeluknya dengan erat. Oh ... Beginikah rasanya jatuh cinta. Pria itu jelas-jelas masih mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal ✔️ [TERBIT]
FanfictionSekeras apapun Lee Youra menyakiti Maxime Parker, pria itu tetap mencintainya. Tak peduli bagaimana buruknya seorang Lee Youra, atau bahkan saat gadis itu sering berselingkuh darinya, Maxime akan tetap mencintainya. "Maxime Parker, kau itu bodoh ata...