"Kenapa?"
"Hn?"
Syifa meletakan dagu di atas tangan kanannya. Menatap Ares yang kini tengah membenarkan daftar isi, sembari tersenyum."Kenapa aku harus suka sama kamu aja?" sambung Syifa lagi ketika Ares tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Gatau."
Singkat.Padat.
Namun tak jelas.
Begitu menurut Syifa atas jawaban yang diberikan Ares.
"Kenapa nggak tahu?" tanya Syifa lagi, kali ini ia memiringkan kepalanya.
Ares berdecak. Ia merasa Syifa menganggu pekerjaannya."Kok lu banyak tanya sih?" timpal Ares kemudian.
Membuat Syifa langsung menarik pipi dari lawan bicaranya.
"Kamu jangan galak begini. Serem tahu dilihatnya," ucap Syifa dengan nada bicara cukup lembut. "Pantes aja banyak yang takut sama kamu."
Dua bulan dekat dengan Ares membuatnya tahu bagaimana cara menghadapi sosok di hadapannya ini.
Mata Ares mengerjap. Lalu memandang tangan Syifa yang menarik pipinya."Lo takut sama gua?" tanya Ares kemudian.
Syifa menggelengkan kepala sebagai bentuk jawaban.
"Bukan aku, tapi temen-temen kita. Kamu inget nggak dulu waktu kita pertama kali satu kelompok di mata kuliah Bahasa Inggris, yang aku minta kalian ke mekdi karena laptop aku rusak? Terus dua temen kita nggak dateng dan besoknya nama mereka kamu nggak masukin pas kita presentasi?"
Ares mengangkat satu alisnya.
"Nggak ada satupun dari mereka yang protes pas kamu bilang kamu yang nyoret nama mereka. Kamu harus lihat muka kamu waktu itu, galak. Serem banget."
Syifa tersenyum mengingat peristiwa dua bulan yang lalu. Laki-laki dingin yang dikenal misterius dan tegas oleh teman satu jurusannya itu kini justru termasuk orang yang cukup dekat dengannya.
"Syif?"
"Iya?"
"Lo mau....""Mau?"
"Lo mau..."
"Mau apa?"
"M... mau ke kelas nggak? Bentar lagi masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
our love scenario; k-idols ✅
Fiksi Penggemaranother k-idols book! warning: short story crack pair various genre (friendship, romance, family life) harsh words/?/ sometimes © 2018