"Sayang, dompet aku dimana ya?" tanya Yoshi sembari mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar. Ia menggaruk tengkuk bagian belakangnya dengan gusar. Dan sambil menunggu jawaban dari orang yang ia tanyakan barusan, Yoshi menyingkapkan selimut yang sudah tertata rapi hingga membuatnya kembali berantakan.
Tak sampai di situ, ketika tak berhasil menemukan dompetnya di atas tempat tidur, Yoshi berjongkok tepat di depan meja nakas di samping ranjangnya. Membuka setiap laci yang ada untuk diperiksa.
Nihil.
"Sayang???" panggil Yoshi lagi.
Karina, yang tengah sibuk di dapur dengan spatula di tangan kanannya, masuk ke dalam kamar.
"Aduuh mas! Kok diacak-acak lagi sih?!" seru Karina yang emosi ketika melihat kamar yang sudah ia rapikan sebelumnya ketika suaminya mandi, kembali seperti semula layaknya kapal pecah yang belum dibereskan.
"Sayang marahnya nanti dulu, ini dompet aku dimana? Aku udah telat berangkat kerja ini."
Karina mendengus sebal. Mau marah. Dan rasanya ingin memukul kepala Yoshi dengan spatula di tangannya, tapi benar apa kata Yoshi, Yoshi harus segera berangkat kerja.
Makanya Karina coba mengesampingkan egonya dan kemudian berkata, "coba kamu inget-inget kamu terakhir taro itu dimana?"
"Nggak bisa sayang, aku kalau udah panik begini susah inget."
"Coba cek di laci samping tempat tidur."
"Nggak ada. Tadi udah aku cari di situ," ucap Yoshi.
"Kok bisa? Bukannya kamu biasa taro di situ?"
"Nggak tahu sayang. Bantu cariin ayo!"
"Haduh!" decak Karina sebal. "Awas ya kalau aku cari terus ketemu! Aku getok kamu pake ini!" seru Karina sembari mengangkat spatulanya tinggi-tinggi.
Yoshi yang melihat Karina begitu, bergidik ngeri. Istrinya itu meski lembut dan keibuan, terkadang suka gampang emosi.
Ya bagaimana lagi, kalau suaminya macam Yoshi.
Meski bukan kali pertama, tapi Karina tetap saja merasa jengkel tiap kali kebiasaan suaminya di pagi hari ini kambuh. Sifat pelupa dan cerobohnya membuat mereka selalu kerepotan tiap paginya.
"Ini apa?!" ucap Karina ketika menemukan dompet milik suaminya di dalam laci paling bawah.
"Loh? Kok bisa ada di situ? Tadi aku cari nggak ada??" ucap Yoshi sembari mendekati Karina dan mengambil dompet miliknya tersebut.
"Minta dipukul tah kamu?" tanya Karina sebal.
Yoshi mendelik, "kamu galak amat sih pagi-pagi. Butuh ciuman apa gimana? Sini aku kasih morning kiss," ucap Yoshi sembari memajukan tubuh dan bibirnya ke arah Karina.
Namun belum sempat bibir itu sampai ke peraduannya, Karina sudah melengos pergi. Kembali ke dapur.
"Kalau nggak inget kamu tuh papanya anak aku, aku kukus kamu biar mateng!" ucap Karina yang terus mengomel sembari memindahkan scrambled eggs yang ada di atas teflon ke dalam kotak bekal yang ia sudah siapkan untuk dibawa Yoshi ke kantornya.
Yoshi terkekeh. Rasa Karina mengungkapkan rasa sayang padanya memang sedikit berbeda. Ia kemudian menghampiri Karina yang berada di dapur. Lalu memeluknya dari belakang. Tak terlalu erat.
Tangan Yoshi kemudian bergerak perlahan ke arah perut Karina, lalu memberikan usapan lembut di atasnya.
"Maaf ya aku ngerepotin kamu mulu. Bisa apa ya aku tanpa kamu."
"Pret!" ucap Karina yang sebenarnya merasa tersipu. Pipinya memerah akibat ucapan lembut Yoshi di telinganya.
Yoshi terkekeh. Kemudian ia melepaskan pelukannya dan membalikan tubuh Karina supaya menghadap ke arahnya. Sedetik kemudian, Yoshi berjongkok hingga wajahnya sejajar dengan perut Karina yang mulai membesar.
"Inget ya, pokoknya kalau kamu udah lahir nanti kamu yang botolan dan papa tetep yang asli!" ucap Yoshi yang membuatnya mendapat hadiah pukulan keras di atas kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
our love scenario; k-idols ✅
Fanfictionanother k-idols book! warning: short story crack pair various genre (friendship, romance, family life) harsh words/?/ sometimes © 2018