🐒➖heartache

1.3K 197 7
                                    

Lee Jinhyuk, menatap sebuah undangan di atasnya.

Tertulis sebuah nama yang dimiliki oleh seseorang yang hampir 5 tahun tak pernah ditemuinya.

Tangannya perlahan terulur hendak membaca lebih jelas tulisan yang berada di sepucuk kertas tersebut ketika seseorang mengetuk pintu studio tempat ia berada kini.

"Dicariin noh!"

"Sama?"

"Nggak tahu, dari pakaiannya sih rapi, orang galeri kali."

"Oh." Sahutnya sembari mengambil kertas di hadapannya dan langsung memasukannya ke dalam laci mejanya. "Suruh tunggu, bentar lagi gua keluar."

"Oke."






Sebagai seorang seniman yang berkecimpung dalam dunia seni lukis, banyak sekali yang meremehkan Jinhyuk.

Banyak yang bilang masa depannya tak jelas, bisa terang, bisa juga suram.

Well, bukan hanya Jinhyuk, anggapan tersebut memang banyak disematkan pada berbagai seniman yang ada di dunia ini.

Bila beruntung, masa depan mereka akan sangat bagus. Karya mereka bisa dinikmati banyak orang, yang mana hal itu bisa berdampak pada pemasukan mereka.

Bila tidak, masa depan suram siap menanti di depan mata.

Beruntung, setelah mengalami jatuh bangun yang sangat panjang, Jinhyuk kini bisa menikmati hasil kerja kerasnya.

Karyanya kini banyak dicari oleh para pemilik galeri pameran seni, bukan hanya itu, bahkan banyak konsultan pribadi yang mengincar karyanya dan langsung menemuinya untuk membeli hasil lukisannya tanpa melalui pameran di galeri.

Lee Jinhyuk.

Siapa yang tak kenal dirinya? Namanya bagai sebuah kalimat sakti dalam dunia seni lukis. Banyak yang menjadikannya panutan dalam berkarya, gayanya yang tak biasa membuat namanya makin berjaya.






🌾🌾🌾




"Kamu dimana? Aku udah sampe. Apa? Masih di atas? Aku ke tempat kamu ya. Enggak kok, mana ada kamu pernah ngerepotin aku. Oke. Love you."

Kim Wooseok, memutuskan sambungannya dengan seseorang yang sudah dua tahun belakangan ini menjadi pengisi ruang di dalam hatinya.

Berbeda tempat kerja dengan sang kekasih membuatnya rajin mengantar jemput tanpa diminta.

Banyak yang mengatakan, General Manager di salah satu perusahaan pengembangan games mobile itu budak cinta, atau yang biasa disebut dengan bucin.

Well, Wooseok tak akan menyangkal sebutannya itu.

Nyatanya, ia memang merasa cintanya yang begitu besar pada sang kekasih membuatnya seperti hilang akal dan logika.

Perjuangannya mendapatkan hati sang kekasih selama dua tahun tak mudah, dan mendapatkannya membuat ia semakin tak segan menunjukan rasa cinta kepada gadisnya.






🌾🌾🌾




Tak ada yang paling menyenangkan bagi seorang wanita, selain mendapatkan lelaki yang dirasa tepat untuk menemaninya menghabiskan sisa waktu yang diberikan Tuhan kepadanya.

Begitu juga dengan seorang Nam Dawon. Ia merasa menjadi wanita yang sangat beruntung saat ini. Memiliki karier dan lelaki yang sangat menyayanginya, bahkan ingin mengikatnya dalam suatu ikatan pertunangan hari ini.

Senyum di wajahnya tak henti ia tampakkan sejak pagi tadi. Hatinya tak sabar. Jantungnya terus berdebar.

"Duh yang mau tunangan, seneng bener kayaknya!"

Dawon tersenyum pada Park Jimin, sahabat wanitanya sejak zaman kuliah. Ia meraih tangan Jimin yang memegang bahunya.

"Btw yang diundang siapa aja? Kok kayaknya rame bener?" Tanya Jimin sembari mengambil tempat untuk duduk di depan Dawon.

"Temen-temen kantor gue sama Wooseok, terus beberapa kenalan orangtua kita. Ya, paling itu aja."

Ya, laki-laki itu bernama Wooseok, Kim Wooseok.

"Kolega orangtua lo berdua banyak ya berarti? Kayaknya 500an orang nyampe."

Dawon menggendikan kedua bahunya. "Bisa jadi." Sahutnya tak yakin.

Meski baru acara pertunangan, orangtua Dawon dan Wooseok benar-benar menyiapkan semuanya dengan matang.

Wajar saja, karena keduanya berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Acara penting seperti ini bisa menjadi pertaruhan dari citra yang terbangun selama ini.

"Dawon?"

Dawon menoleh mendengar namanya dipanggil. Pun dengan Jimin.

"Siap-siap ya? Lima menit lagi acara dimulai."






🌾🌾🌾




"Selamat ya,"



Banyak yang bilang, kalau waktu akan menyembuhkan luka. Waktu akan mengambil rasa sakitnya hingga yang tersisa cuma kenangan yang bisa dijadikan pelajaran.

Pelajaran untuk menata kehidupan selanjutnya. Pelajaran untuk belajar cara menghadapi luka mendatang yang mungkin akan sama.

Awalnya, Jinhyuk percaya itu. Jinhyuk percaya kalau luka dihatinya bakal sembuh dengan sendirinya. Jinhyuk percaya bahwa kalaupun tidak akan sembuh, setidaknya dia akan terbiasa dengan rasa sakitnya.

Banyak yang berkata pada Jinhyuk, bahwa suatu saat nanti dia akan menemukan seseorang yang tepat. Seseorang yang bisa menghapus luka dan membuatnya lupa dengan semua rasa sakit yang bersarang di hatinya.

Jinhyuk percaya itu.

Meski lima tahun sudah berlalu.

Jinhyuk masih percaya dengan kata-kata tersebut.

Setidaknya sampai lima detik yang lalu, sebelum akhirnya ia berdiri di hadapan wanita yang terkejut melihat kehadirannya.

Wanita yang selama lima tahun terakhir ia coba hapus dalam ingatannya.

Wanita yang selama lima tahun terakhir tak tahu apa alasan Jinhyuk meninggalkannya.

Wanita yang hanya bisa menutup mulut dan membelalakan mata ketika Jinhyuk mengucapkan selamat atas pertunangannya.

Wanita yang lupa bahwa di sampingnya kini ada laki-laki yang menatapnya dengan penuh rasa takut kehilangan karena momen tak terduga yang terjadi pada wanitanya dan mantan kekasih dari wanitanya.














So they say that time

Takes away the pain

But I'm still the same















➖➖➖










heartache

starring by

Lee Jinhyuk × Nam Dawon × Kim Wooseok

Lee Jinhyuk × Nam Dawon × Kim Wooseok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
our love scenario; k-idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang