Sebenernya Seola rada nggak habis pikir sama adiknya.
Di usianya yang udah lewat dari 20 tahun, dia masih harus ngurusin segala keperluan adiknya yang emang tinggal jauh dari keluarganya.
Setiap bulan Seola masih harus mastiin kalau kebutuhan bulanan Byungchan harus terpenuhi. Gimana caranya? Ya Seola harus belanja buat Byungchan ditemenin Byungchan juga tentunya.
Kalau cuma dikasih uang bulanan doang, nggak bakal bener. Nggak bakal kebeli segala kebutuhannya. Yang dibutuhin nggak dibeli, dan yang nggak perlu perlu amat malah dibeli.
Kalau kata Seola, 'as expected from adek.'
"Mbak beli ini ya?"
Byungchan ngangkat satu kotak sereal coklat dari salah satu rak.
"Buat apaan? Kamu kan makannya sereal jagung, bukan coklat."
"Nyobain mbak, bosen kalo makan sereal itu mulu tiap pagi." Kilah Byungchan dengan wajah diimut-imutin biar mbaknya luluh.
Seola berdecak.
"Terus sereal jagungnya nggak jadi?"
"Y-ya jadi mbak, sereal jagung juga coklat juga."
"Boros adeeeek."
"Sekali iniiiiii aja mbak. Bulan depan salah satunya deh. Janji."
Seola embusin napasnya kasar.
"Awas kalo nanti nggak dimakan!" Ancem Seola bikin Byungchan nyengir, karena dia dibolehin beli dua rasa sereal.
"Dimakan lah mbak pasti."
Seola mendengus kesel. Tapi abis itu dia maju jalan lagi ke section lain sambil dorong trolinya. Dia nggak mau Byungchan yang megang trolinya, takut itu anak masukin semua yang ada di rak ke dalem troli.
Byungchan mah emang suka gitu kalau nggak diawasin.
"Ke lantai atas yuk, dek. Kayaknya yang kita perluin di sini udah kita ambil semua." Ajak Seola yang langsung dianggukin sama Byungchan.
"Sini mbak, aku aja yang bawa trolinya. Kasian mbak keberatan." Ucap Byungchan sambil ambil alih trolinya dari tangan Seola.
Seola mendecih.
Curiga dia.
Dan bener aja kecurigaannya, karena pas di eskalator, Byungchan tiba-tiba berhenti dan manggil Seola buat minta difotoin,
"Mbak fotoin dong!"
"Heh adek turun! Nanti kalo jatoh gimana?!"
Seola lihat ke kanan kiri, takut ada orang yang ngelihat kelakuan kekanakan adeknya satu ini.