PROLOG 1

128K 5.8K 27
                                    

KENANGA

Namanya Risyad. Lengkapnya Risyad Ardi Gunawan. Siapapun yang mendengar namanya pasti tahu siapa dia dan asal usul keluarganya. Reaksiku ketika pertama kali bertemu dengannya sama dengan wanita lainnya. Terpesona. Dia adalah salah satu jelmaan pria-pria yang mengiklankan setelan mahal di majalah atau billboard di jalanan utama kota. Tampan, berkharisma, berwibawa, dan penuh misteri. Bahkan ketika dia tersenyum, auranya dingin dan ingin menjaga jarak dari dunia yang sedang berputar di sekitarnya.

Saking terpesonanya aku dengan sosok itu, aku tak bisa berhenti menatapnya ketika kami sudah berhadapan. Ibu Ningsih dan Ibu Ratna, ibu pria ini, memperkenalkan kami dan mengatakan tujuan pertemuan ini.

"Gimana, Ris?"

Aku seperti barang dagangan yang sedang dipertontonkan dan ditawarkan kepada Mas Risyad, begitu aku memanggilnya. Tahu kan bagaimana sikap barang dagangan ketika ditawarkan? Diam saja. Sementara dua orang wanita berumur itu menyebutkan segala kelebihanku kepada Mas Risyad, sama persis saat menawarkan barang kan? Sementara itu pria dengan tatapan tajam itu terus menatapku selagi kedua orangtua kami berbicara.

"Kamu mau menerima perjodohan ini?"

Itu kata-kata terpanjang yang dilontarkannya sepanjang pertemuan ini. Dari tadi dia hanya menjawab satu, dua patah kata, dan ini yang terpanjang. Aku tak langsung menjawab pertanyaan itu dan menatap dua wanita di sisi kami, wajah mereka penuh harap kepadaku.

"Ya, Mas" jawabku akhirnya.

Dia terdiam dan menatapku cukup lama sampai aku merasa sangat kecil di hadapannya.

"Ya sudah. Baiklah."

Aku tak menyesal dengan pilihanku saat itu. Menikah dengan Mas Risyad bukan pilihan yang harus disesali. Hanya saja, kalau waktu bisa berputar kembali ke pertemuan sore itu, aku ingin terlihat sedikit jual mahal padanya. Aku ingin dia sedikit 'berusaha' mendapatkan persetujuanku. Andai saja itu terjadi, aku yakin, Mas Risyad bisa lebih punya hati padaku.

Tapi tidak. Suara hatiku bahkan mengelak kemungkinan itu. Aku yakin apapun upayaku, dia tak akan pernah melirikku sebagai istrinya.Karena dia memang setuju menikahiku karena keinginan orangtuanya, khususnya Bu Ratna. Atas keinginan wanita itu, Risyad setuju memilihku. Tak ada ketertautan hati, apalagi cinta.

Selamat datang di kehidupanku yang carut marut.

***

Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang