BAB 6

46.3K 4.4K 208
                                    

KENANGA

Pak Ismail mengadakan acara peringatan ulangtahun pernikahannya yang ke empat puluh tahun di salah satu hotel mewah miliknya. Aku masuk ke gala ballroom dan bejubel dengan tamu lainnya. Setelah celingukan, aku menemukan Pak Ismail. Beliau sedang berkeliling dengan istrinya dan menyapa para undangan. Akupun mendekati mereka dan disambut dengan hangat.

"Malam, Pak" sapaku kemudian berganti ke istrinya.

"Selamat ulangtahun pernikahannya," ujarku.

"Makasih, Kenang. Kamu sendiri? Mana Risyad?" tanya Pak Ismail sembari mengecek sekelilingku.

Belum sempat aku menjawab, ada tamu lainnya datang menghampiri dan membuat percakapan kami terputus. Pak Ismail dan istrinya pun pamit meninggalkanku. Aku mempersilahkan dan membiarkan mereka pergi. Aku berniat akan pergi setelah mengucapkan selamat, setidaknya itu sudah cukup sopan. Berlama-lama di pesta seorang diri juga membosankan.

"Risyad pasti nggak datang. Lo tahu kan, dia dan teman-temannya lagi dimana?"

Tubuhku menegang ketika mendengar kata-kata itu. Aku menoleh dan mendapati Fela, dia ini salah satu model yang memiliki masa lalu dengan Mas Risyad.

Kenapa aku harus mengingat bagian dia memiliki masa lalu dengan suamiku sih? Seharusnya tidak perlu.

Kabar buruknya, wanita yang punya masa lalu dan masa sekarang dengan Mas Risyad ada banyak. Aku dulu pernah menghitungnya, kemudian berhenti ketika menyadari hal itu menyakitkan bagiku.

"Risyad masih saja seperti itu. Luar biasa. Sudah menikahpun masih begitu. Gue kasihan sama elo, Kenanga." Dia berdiri di sampingku dan merapatkan tubuh kami dengan paksa.

"Permisi."

Alam bawah sadarku memperingatkan aku mengenai bahaya yang mungkin terjadi kalau aku meladeni Fela. Percayalah, wanita yang menyimpan dendam sangatlah menakutkan. Dalam hal ini, Fela sangat membenciku karena aku istri Mas Risyad. Sebelumnya dia pernah blak-blakan menyatakan rasa tidak sukanya padaku. Dan untuk itulah aku menjauh. Aku tidak boleh terlibat konflik apapun disini, karena aku mewakili nama keluarga Gunawan.

"Harusnya elo minta cerai. Buat apa menyia-nyiakan waktu lo dengannya?"

Harusnya. Nasihat itu sudah kudengar beberapa kali dari wanita-wanita seperti Fela. Bahkan aku sudah sering kali  mendengungkan nasihat itu di dalam kepalaku dan berakhir menganggapnya hanya cemoohan wanita yang cemburu kepadaku.

Aku kembali menyadarkan diriku untuk melanjutkan langkah menjauhi Fela. Tapi nampaknya dia tak berniat melepaskanku begitu saja.

"Mau tunggu ada wanita lain yang mengaku punya affair dengan Risyad? Atau hamil?"

Aku merasa langkah cepatku langsung terhenti. Ada sesuatu yang memaku kakiku di lantai. Fela jelas menyingkirkan rasa malu dan anggun saat ini hanya untuk menyeretku dalam permainannya.

"Tunggu saja Risyad mencampakkanmu!"

Kata-kata itu dilontarkannya dengan suara yang keras. Tanpa aku mengecek sekelilingku, aku tahu semua orang sudah memperhatikan kami. Fela sukses mempermalukan aku.

Bangsat.

RISYAD

Martini. Aku hanya minum ini malam ini. Biasanya kalau tidak martini ya cukup beer saja. Itupun dalam jumlah yang masih membuatku sadar. Semenjak kejadian itu, kejadian empat tahun lalu itu, aku berhenti minum sampai mabuk. Mabuk berefek fatal bagi hidupku dan sempat membuatku ingin menghilang dari dunia ini.

Malam ini adalah pesta lajang Dewanto, salah seorang sahabatku. Diantara sahabatku, hanya Dewa yang seumuran denganku. Lainnya lebih muda daripada kami. Awalnya aku dan Dewa hanya suka nongkrong berdua, hal itu membosankan. Kami mirip dua orang kesepian saat berduaan. Itulah mengapa kami mulai mengajak beberapa orang dari circle kami untuk bergabung. Ada Yonki yang merupakan pengusaha di bidang kuliner dan Emir yang merupakan PR advisor sekaligus anak pengusaha batu bara.

Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang