BAB 7

44.9K 4.5K 111
                                    

RISYAD

Aku harus segera berangkat ke acara pernikahan Dewa, acaranya satu jam lagi. Tapi Kenanga tidak juga nampak keluar dari kamarnya, padahal dia tahu ini hari penting. Sebenarnya aku bisa pergi tanpa dia, hanya saja Dewa mengenal Kenanga. Bukan kenal baik, tapi ya mereka cukup sering ngobrol ketika bertemu. Bahkan menurutku Kenanga jauh lebih nyaman ngobrol dan bercanda dengan Dewa saat sesekali bertemu daripada denganku yang dihadapinya sehari-hari.

Aku nyaris kembali menaiki tangga untuk menuju kamarnya, tapi pembantuku mencegah. Katanya Kenanga menitipkan pesan tidak akan ikut ke acara Dewa.

"Ibu sakit, Pak."

"Sakit apa?"

Pembantuku itu cuma menggeleng kecil, "Cuma tadi Ibu pesan supaya nggak diganggu."

Aku cuma mengiyakan sekilas kemudian beranjak pergi. Ini hari penting Dewa, aku tidak ingin terlambat di akad nikahnya. Selagi dalam perjalanan, aku menyempatkan diri mengirim pesan pada Kenanga dan menanyakan keadaannya. Tidak dibaca. Mungkin dia sedang beristirahat.

Aku tiba di pelataran masjid tepat waktu. Tapi belum sempat aku memasuki tempat acara, ada yang memanggilku. Yonki dan Emir lari tergopoh ke arahku dan menyeretku menjauh dari kerumunan yang hendak memasuki area akad nikah.

"Pulang aja, Bang. Jangan jadi bahan tontonan," ujar Yonki.

"Pulang? Bahan tontonan?"

Apa maksud dua bocah ini?

Emir membuka kacamata hitamnya dan menatapku, "Kemarin ada cerita yang mengerikan di acara Pak Ismail. Kenang nggak cerita apa-apa?"

Aku terlalu bingung dengan omongan mereka namun tetap menggeleng.

"Ada apa?" tanyaku.

Sesaat Yonki dan Emir saling menatap. Mereka kemudian mengajakku ke tempat yang lebih sepi. Aku sempat protes tapi mereka bilang Dewa akan tetap mengucap ijab kabul tanpa ada aku disana. Sial.

"Ada apa sebenarnya?" tanyaku kesal.

"Fela kemarin menyerang Kenanga."

Aku merasa sesuatu mendenging di kepalaku. Fela dan Kenanga apa tadi?

"Berlebihan! Itu cuma mempermalukan!" Protes Yonki sambil menyikut Emir.

"Yon, menyiram muka Kenanga dengan wine dan mendorongnya sampai terjatuh itu bukan cuma malu. Sakit juga. Bahkan saat itu dilakukan dengan alasan mabuk pun tetap nggak masuk akal!"

Aku bingung mendengar perdebatan itu dan memutuskan menyela.

"Bisa cerita yang runtut? Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Emir mengkode Yonki untuk kembali angkat suara.

"Fela menghampiri Kenanga di pesta Pak Ismail dan membahas elo. Gue dengar-dengar, dia memperingatkan Kenanga tentang kemungkinan wanita lain yang mengaku jadi pacar elo, Bang. Atau lebih buruknya punya anak sama elo. Awalnya Kenanga berniat menghindar, tapi tiba-tiba Fela menarik Kenanga kemudian mendorongnya hingga terjatuh. Bahkan Fela menyiramkan segelas wine ke muka Kenanga setelah Kenanga jatuh ke lantai."

Aku menatap Emir untuk memastikan apa cerita itu benar, dia mengangguk. Perasaanku tidak karuan mendengarnya. Bayangan mengenai hal yang menimpa Kenanga itu membuatku tak nyaman.

"Gue dapat ceritanya tadi pagi dari orang yang mewakili gue kesana, Bang. Baiknya lo pulang sekarang. Orang-orang yang datang disana kemungkinan besar akan ada di acara Bang Dewa juga. Baiknya lo jangan nongol disini."

Aku setuju dengan pendapat Emir. Kehadiranku bisa jadi bahasan berikutnya.

"Gue pulang dulu. Salam buat Dewa."

Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang