BAB 8

45.5K 4.8K 214
                                    

KENANGA

Saat itu umur pernikahanku dan Mas Risyad masih hitungan bulan. Aku sudah menghentikan kebiasaanku yang mencoba melayani dia karena dia tak pernah meresponku. Aku lebih banyak membaca Mas Risyad layaknya text book. Apa kebiasaannya, apa yang disukainya, apa yang dilakukannya, dan lain sebagainya. Lama kelamaan aku hafal dan mulai mengumpulkan benang merah kehidupan Mas Risyad. Segala hal yang kupelajari mengenai dia menuntunku pada dugaan kalau Mas Risyad memiliki wanitanya sendiri. Wanita yang jelas bukan aku dalam hidupnya.

Aku yakin aku tidak akan mendapatkan informasi apapun mengenai dia dari orang-orang di sekitarku. Mereka jelas akan memihak Mas Risyad karena dia jauh lebih berkuasa dariku. Itulah awal aku menggunakan jasa informan, untuk menyelidiki suamiku sendiri. Di umur pernikahan yang belum genap setahun, kepingan puzzle mengenai kehidupan pribadi Mas Risyad sudah tersusun sempurna di hadapanku. Kepingan kenyataan paling menyakitkan dalam hidupku. 

Namanya Tira Mariska. Seorang dokter dan pacar Mas Risyad selama nyaris tiga belas tahun. Wanita yang tidak bersedia dinikahi Mas Risyad namun tak keberatan menjalankan kewajiban sebagai istri Mas Risyad. Bukan cuma mengenai sex, juga mengenai peran. Mas Risyad sering pergi ke tempatnya, mengajak wanita itu pergi berdua, bahkan Mas Risyad bisa mengatur agar Tira terlibat dalam hobinya. Mulai dari mengahadiri pembukaan bioskop yang didanai Mas Risyad, pergi kursus muay-thai bersama, juga menemani perjalanan bisnis atau perjalanan untuk memenuhi hobinya. Dalam hal ini jelas aku adalah orang ketiganya.

Mereka sangat rapi menyembunyikan hal itu pada dunia. Luar biasa. Hingga tiba-tiba malam itu datang. Malam yang kupikir tolak balik hubunganku dengan Mas Risyad. Tapi bukan, malam itu justru pembuktian bahwa aku tidak akan ada dalam hidup Mas Risyad meskipun Tira tidak ada lagi.

Aku harus keluar dari air sekarang dan pergi tidur. Menjebak diriku sendiri dalam kenangan adalah ide yang buruk.

Kejadian dipermalukan oleh Fela membuatku merasa tidak enak badan keesokan harinya. Padahal hari ini aku sudah janji menemani Mas Risyad untuk menghadiri pernikahan Dewa, salah seorang sahabatnya. Tapi aku benar-benar tidak mood jadi aku membatalkan minat ikut.

Setelah menambah satu jam tidur, aku merasa kelaparan. Aku pun berganti pakaian dan turun ke dapur untuk makan. Saat membasuh muka dan gosok gigi, di pantulan cermin toilet aku baru menyadari aku memiliki bekas goresan di dadaku yang cukup besar dan dalam. Mungkin tergores permata punya Fela.

Aku mengabaikan luka itu dan kembali ke niat turun menuju ruang makan. Di rumah ini aku dan Mas Risyad tinggal bersama dua orang pembantu, satu orang tukang kebun, dan satu orang satpam. Rumah ini ramai dan besar. Mas Risyad menempatkan semua pegawai laki-laki di rumah yang terpisah dari rumah utama kami dan pegawai perempuan di rumah kecil terpisah lainnya. Di rumah utama hanya ada aku dan Mas Risyad serta beberapa kamar tamu yang kosong yang digunakan saat keluarga kami menginap. Halaman rumah kami juga luas yang dilengkapi kolam renang di halaman belakang. Aku selalu suka menghabiskan waktu di kolam renang itu atau dapur untuk merenung. Ya, dapur. Mas Risyad membangun rumah ini dengan dapur yang sangat cantik dan yang paling kusuka. Semua perkakasnya lengkap dan keadaannya juga selalu bersih.

Pembantu kami sudah memasak, hanya saja aku ingin makan mie rebus. Kurasa kalori yang berlebih bisa membuatku lebih baikan. Aku mengambil stok di lemari dan mulai memasak mie itu.

"Na."

Aku menoleh ketika mendengar suara Mas Risyad. Bukannya dia sedang menghadiri pernikahan sahabatnya? Tapi kenapa dia acak-acakkan begitu? Kancing atas kemeja batiknya terbuka dan rambutnya seperti habis diremas sembarangan.

"Aku-" Dia berjalan mendekat ke arahku dan berhenti di depanku.

"Kenapa tidak mengatakan apapun soal-"

Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang