Happy reading.
Jangan lupakan koment ya...
.
.
.
.
.
.
.Mendengar semua penjelasan dari aturan permainan tadi mendadak membuat nyalinya menciut. Bagaimana mungkin ia bisa membunuh orang jika membunuh nyamuk yang mengigit kulitnya saja Jimin tak tega?
Pikirannya kini menerawang dalam kebimbangan. Antara melarikan diri atau tetap ada di sana. Lalu kemudian tertampar kenyataan bahwa ia tak akan bisa lari. Sekarang Jimin ada di pulau pribadi ranah kekuasaan para gembong mafia itu. Entah dosa apa yang pernah Jimin perbuat di masa lalu, hingga membuatnya terjebak di antara orang-orang kejam itu. Ia pun mulai menghitung amal dan dosanya sendiri. Hingga kemudian semua hasil perhitungannya musnah, saat sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamarnya.
Segera Jimin berderap membuka pintu itu. Seorang pria berpakaian serba hitam berdiri di depan pintunya "Nona Dephni meminta saya untuk mengantar anda ke kamarnya."
"Baiklah." ucap Jimin tanpa penolakan. Lalu menutup pintu kamarnya sebelum akhirnya mengikuti langkah kaki bodyguard yang diutus Dephni untuk menjemputnya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di depan kamar Dephni. Setelah mengetuk pintu tiga kali, pria berpakaian hitam itu langsung membuka pintu dan mempersilahkan Jimin untuk masuk dengan sopan. "Trimakasih, James." ucap Jimin pada pria itu yang memang sudah ia kenal, karena mereka sudah sering bertemu di rumah Dephni di Korea. James tersenyum lalu undur diri.
Di tempatnya kini Jimin mematut diri mencari keberadaan Dephni dalam kamarnya, hingga kemudian pintu kamar mandi terbuka barulah netranya bisa menangkap sosok cantik itu yang keluar hanya dengan balutan handuk kimono warna pink. Jimin yakin wanita itu bahkan tak memakain bra atau mungkin juga celana dalamnya, karena bentuk payudaranya tercetak jelas dari luar pakaiannya.
"Oh kau sudah di sini." suara merdu Dephni menyapanya "Kenapa hanya berdiri di situ masuklah, aku tak akan memakanmu."
Jimin tersenyum lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah sofa yang memang ada di dalam kamar yang luas itu.
"Bagaimana kesan pertamamu bertemu keluargaku?" tanya Dephni basa-basi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer. Tapi sebelumnya ia memainkan sebuah remote yang ototmatis mengunci pintu kamarnya dari jarak jauh.
Mendapati pemandangan di depannya Jimin kembali harus menelan ludah, biar bagaimanapun ia pria normal, dan Dephni terlalu menggoda. Aroma wangi mawar langsung menyapa inderanya dan paha mulus Dephni yang terpampang karena handuk kimononya yang terangkat dengan posisi membelakanginya membuat Jimin seketika gugup karena tanpa ia minta pikirannya mulai menggila. Maka segera Jimin mengalihkan attensinya.
"Jim...apa kau ada masalah?" tanya Dephni lembut sambil membalik badan menatap pria yang kini hanya terdiam dan tampak sedikit gugup. "Apa kau takut?"
"Tidak, bukan itu." sanggah Jimin. Mungkin ia memang punya sedikit keraguan dengan pertarungan mereka tiga hari lagi, tapi yang membuatnya gugup sekarang justru bukan itu melainkan keberadaan Dephni yang gilanya malah membangkitkan sisi liarnya sebagai laki-laki. Dan yang lebih sial lagi wanita itu justru datang mendekat ke arahnya masih dengan pakaian yang sama. Handuk kimono. "Dephni, bisakah kau ganti baju dulu, aku takut tak bisa menahan diri." ucap Jimin jujur yang membuat langkah Dephni terhenti sejenak, lalu tertawa membuat Jimin menoleh ke arahnya dengan dahi yang berkerut.
"Aku senang jika kau mau melakukannya sekarang." senyum Dephni menantangnya membuat jantung sang pemuda bermaraton. Hingga berulang kali ia harus menyebut nama Seulgi sang istri dalam hatinya. Jimin tak ingin berhianat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Control
General FictionAdult 21+, Romance-thriller-action Under Control, ternyata adalah sebuah game yang mengharuskan Kang Jimin si pria desa menjadi seorang pembunuh. Karena satu-satunya cara untuk jadi pengendali permaiana adalah dengan membunuh semakin banyak orang. ...