Happy reading. Jangan lupa tinggalkan jejak Vote and koment ya.
.
.
.
.
.
.
Ekspresi bared facenya masih juga terlihat tampan meski tampak sedikit kusut, kini tertimpa sinar mentari pagi yang menerobos masuk lewat jendela dengan gorden yang terbuka sempurna. Pria itu mengerjap pelan. Menyesuaikan retina matanya untuk menerima cahaya yang menyapa indera penglihatannya. Hingga beberapa menit kemudian ia pun terduduk di tepi ranjang."Oh, kau sudah bangun? Apa aku mengganggu tidurmu?" suara lembut seorang wanita yang sangat dikenalnya menyapa inderanya. Seakan tak percaya ia mengucek kedua matanya, sembari sesekali menatap wanita cantik yang kini berdiri di depannya.
"Seulgi?!"
"Iya ini aku, suamiku sayang." jawab Seulgi sembari duduk di pangkuan Jimin dan mengalungkan kedua tangannya di leher prianya.
"Tapi bagaimana bisa? Dan apa yang kau lakukan di sini?"
Seulgi tersenyum lalu tanpa permisi mencium bibir tebal suaminya "Morning kiss." ucapnya setelah ciumannya terlepas.
"Seulgi jelaskan padaku apa yang kau lakukan di sini?"
"Apa maksudmu? Ini rumah kita, Jimin. Aku sudah tinggal di sini sejak seminggu yang lalu."
"Tapi__"
"Semalam ada orang yang membawamu kemari dalam keadaan pingsan, katanya itu perintah Dephni."
"Dephni.....?"
"Hhmm...." Seulgi mengangguk lalu kembali mencium suaminya "Aku merindukanmu." bisik wanita itu lalu mendorong tubuh Jimin hingga kini tidur terlentang dan ia ada di atasnya.
"Seulgi, jika aku di sini bagaimana dengan Dephni?" Jimin mencoba mencegah tangan istrinya yang hendak melucuti pakaiannya. Membuat Seulgi mendesah kecewa.
"Kenapa kau terus menyebut jalang itu, jangan bilang kau menyukainya Jimin."
Jimin menggeser tubuh Seulgi lalu bangkit kembali mendudukan dirinya. "Ini bukan tentang hal suka atau tidak, Seulgi. Tapi ini tentang tanggung jawab. Kita sudah mengambil uangnya maka kita harus bertanggung jawab, Seulgi."
"Tapi dia sudah melepasmu, Jimin."
Enggan menanggapai ucapan Seulgi yang akan berakhir pada perdebatan, akhirnya membuat Jimin memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Meninggalkan Seulgi yang tampak kesal. Selangkah demi selangkah Jimin menuruni tangga rumah itu. Ini bukan rumahnya yang dulu, ia yakin Dephni telah membelikannya rumah mewah yang lengkap dengan perabotan mewah itu. Helaan nafas dalam pun terdengar darinya.
"Jika kau begitu ingin bertanggung jawab kenapa tak kembali pada jalang itu."
Jimin menoleh, menatap kecewa pada Seulgi yang berdiri dengan marah di ujung tangga teratas. "Seulgi, kenapa kau menerima semua ini? Dan dimana kita berada sekarang?"
"Kenapa aku tak boleh menerimanya. Dia sudah mengambilmu selama lebih dari sebulan dan aku yakin kau sudah berhasil memuaskannya maka dia memberi kita bonus ini."
"Serius itu yang kau pikirkan selama ini, Seulgi?!" mendadak Jimin merasa begitu kesal dengan ucapan istrinya yang terdengar seperti wanita matrealistik. Bahkan tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangangannya hingga kuku-kukunya memutih.
"Jika bukan karena sex memangnya apa yang dipikirkan wanita itu sampai membelimu."
Mendengar suara istrinya Jimin kembali menghela nafas. Segera ia memalingkan wajahnya untuk menghindari pertikaian. Akan tetapi diwaktu yang sama Seulgi kembali membangkitkan emosinya.
"Kenapa kau begitu memikirkannya Jimin?!! APA KAU SUDAH KECANDUAN TUBUH WANITA ITU? BERAPA LAMA IA MAMPU MENGIMBANGIMU DI ATAS RANJANG?!"
"SEULGI!!! JAGA UCAPANMU!!!" berang Jimin dengan rahang yang sudah mengeras. Matanya memerah menahan amarah. Ia sungguh merasa terhina. Bahkan Dephni tak pernah menghinanya dengan cara seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under Control
Fiksi UmumAdult 21+, Romance-thriller-action Under Control, ternyata adalah sebuah game yang mengharuskan Kang Jimin si pria desa menjadi seorang pembunuh. Karena satu-satunya cara untuk jadi pengendali permaiana adalah dengan membunuh semakin banyak orang. ...