Dua puluh enam

56 8 0
                                        

Deph mengulurkan tangan untuk menerima cincin pernikahan setelah mereka berdua mengucap janji setia. Jimin meraih tangan itu, lalu menyematkan cincin berlian yang sangat indah. Tatapan mata pria itu tertuju pada perut Deph yang masih rata.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jimin saat melihat penampilan Deph di hari pernikahannya.

Gaun pernikahan warna putih dengan belahan dada rendah membalut tubuh wanita itu. Kulit putihnya yang mulus terekspose sempurna berpadu dengan kecantikannya di balik kerudung putihnya. Ketika Jimin membuka kain penutup kepala wanitanya, dia sungguh terpana karena kecantikan wanita itu.

"Aku baik, Jim. Memangnya kenapa?"

Jimin melirik James yang berdiri cukup jauh di belakang Deph. "Sepertinya James belum cerita pada Deph kalau aku sudah tahu kondisi kehamilannya," ucap Jimin dalam hatinya.

Jimin pun tersenyum, lalu berucap, "Ah, bu-bukan apa-apa. Aku hanya khawatir kau merasa sesak."

Deph menggeleng. Dia merasa cukup nyaman dengan gaunnya. Setelah mereka bertukar cincin, Jimin mendekatkan badannya, lalu mencium bibir perempuan itu. Jimin merasa ciuman kali ini sedikit berbeda. Baik Deph maupun dirinya seakan-akan begitu mendalami perasaan masing-masing. Setelah Jimin melepas ciumannya, tanpa sepengetahuan Jimin, Deph menitikkan air mata.

Acara selanjutnya akan dilakukan di pulau pribadi milik keluarga Flysian, acara itu bersifat lebih privat karena akan dilakukan pelantikan Jimin sebagai pemimpin yang baru untuk menggantikan Rondge Flysian.

Deph ijin pamit lebih dulu dengan alasan kurang enak badan. Jimin yang mengetahui Deph tengah hamil pun mengijinkannya kembali bersama James.

"James, rasanya kepalaku pening. Aku mau muntah," ucap Deph dalam helikopter yang membawa mereka terbang ke pulau pribadi. "Apa aku harus mengikuti acara pelantikan itu?"

"Tentu saja, Nona. Bagaimanapun ini acara yang sangat penting."

"Baiklah, baiklah. Aku akan pergi ke sana, tapi sebelumnya antarkan aku pulang. Aku ingin istirahat. Lagipula acaranya nanti malam."

"Baik, Nona." Turun dari helikopter, James pun mengantar Deph ke kamarnya.

"Kau pergilah beristirahat, James. Aku akan tidur. Oh, ya, kau tak perlu menjemputku, nanti aku ke tempat acara sendiri aja. Kau bisa urus hal lain, James. Jimin pasti membutuhkanmu, tolong bantu dia."

"Baik, Nona. Kalau begitu aku permisi."

Deph menutup pintu kamar dan James meninggalkan tempat itu. Setelah merasa James sudah pergi, Deph segera melepas pakaian pengantinnya dan berganti dengan pakaian yang lebih casual. Dia memasukkan senjata api di holster yang terpasang di pahanya. Juga beberapa gas yang mengandung obat bius untuk melancarkan rencananya.

Deph mengintip keluar. Tak ada siapa pun di sana. Dengan gerakan cepat Deph menuju basement untuk mengambil motor sportnya, lalu dia pergi ke areal penjara dengan kecepatan penuh.

Deph melemparkan beberapa tabung gas yang mengandung obat bius ke arah penjaga penjara. Mereka yang tak siap dengan serangan dadakan itu pun langsung tumbang tak sadarkan diri.

Segera Deph merangsek masuk ke ruang bawah tanah. Matanya awas mencari-cari keberadaan Kyuhyun.

"Kyuhyun," panggilnya sedikit berbisik sambil membuka pintu tahanan.

Kyuhyun yang tengah tidur-tiduran pun menoleh dan bangkit berdiri.

"Oh, akhirnya kau datang juga. Lama sekali aku harus menunggumu. Kau tau betapa rindunya aku padamu."

"Ck." Deph menepis tangan Kyuhyun yang hendak menyentuh wajahnya. Namun, bukannya berhenti, Kyuhyun malah jadi lebih bernafsu. Dia mendorong Deph hingga membentur dinding tahanan lalu mencium Deph dengan brutal.

"Lepas, Kyuhyun. Jangan di sini ... kita harus segera pergi dari sini sebelum Jimin tau."

Kyuhyun sungguh ingin menertawakan ketololan Dephni. Wanita itu tak tahu bahwa malam ini juga Jimin akan melakukan kudeta dan menangkap Rondge serta orang-orang yang ada di pihak kakek tua itu. Sementara Deph masih merasa bahwa dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Jimin dan kakeknya. Bahwa pengorbanan dirinya akan membuat Jimin dan kakeknya hidup tenang dan bahagia.

"Baiklah, baiklah. Ayo, kita pergi sekarang." Kyuhyun pun menggandeng tangan Deph meninggalkan selnya. Saat Kyuhyun hendak membebaskan para pengawalnya, Deph mencegahnya.

"Aku hanya menyiapkan satu helikopter untuk pergi. Jika kita berangkat dengan jumlah yang banyak, mereka pasti akan tau."

"Oh, begitu, ya." Kyuhyun berpura-pura bodoh. Tanpa sepengetahuan Deph, dia memberi kode pada anak buahnya yang masih ada di dalam sel tahanan. Sebentar lagi Marco dan anak buahnya yang lain pasti akan membebaskan mereka.

"Biar aku yang bawa motornya," ucap Kyuhyun. Deph mengalah, lalu duduk di belakang.

Motor pun melaju melewati jalan setapak yang melintas di tengah-tengah hutan rimba. Kyuhyun mengambil haluan kanan pada pertigaan yang mereka lewati.

"Kenapa kita ke kanan, Kyuhyun?" Deph menepuk pundak pria itu untuk mengatakan bahwa mereka salah jalan. "Aku sudah bilang ambil jalur kiri. Kita harus putar haluan. Helikopternya ada di sana."

"Kau tenang saja. Aku masih ada banyak urusan."

Deph mulai merasa ada yang janggal dengan kata-kata Kyuhyun. Arah yang dituju laki-laki itu adalah arah hall room tempat pengesahan Jimin jadi ketua. "Apa maksudmu? Apa yang akan kau lakukan?" Deph bertanya dengan nada curiga.

"Aku, tentu saja aku harus membunuh Jimin dan Rondge, apa lagi?"

"Apa?! Tapi itu tak seperti perjanjian kita!"

"Memangnya siapa yang peduli dengan perjanjianmu itu." Kyuhyun tertawa. "Siapa suruh kalian begitu tolol hingga masuk ke dalam jebakanku."

"Kau! Tak akan kubiarkan kau melakukannya. Kau akan mati!" Deph hendak mengambil pistol yang tersembunyi di pahanya, tapi ternyata pistol itu sudah berpindah tangan.

"Kau mencari ini?" Kyuhyun memperlihatkan pistol di tangannya. "Apa kau tak sadar kalau aku mengambilnya saat menciummu tadi? Atau kau begitu menikmati ciumanku hingga kau tak sadar kalau aku meraba pahamu yang mulus itu."

"Bajingan! Mati kau!" Deph ingin memukul Kyuhyun, tapi pria itu lebih dulu mengentikan motornya dan menghantam Deph tepat di bagian tengkuk wanita itu. Deph pun lunglai tak sadarkan diri.

Kyuhyun memperhatikan Dephni yang terkapar dalam pelukannya. Nafsunya bergejolak. "Sungguh wanita yang cantik," ucapnya lalu melumat bibir wanita itu. Tangannya dengan nakal menyusup ke bagian kewanitaan Deph dan memainkan jarinya di sana.

Apa yang dilakukannya seketika membuat kejantanannya berdiri. "Sial, aku harus menuntaskan libidoku sekarang. Kalau tidak aku tak akan bisa berpikir jernih."

Kyuhyun menggendong Deph masuk ke dalam hutan. Di baringkannya tubuh wanita itu di atas rerumputan, lalu dengan cepat dia melucuti pakaiannya.

Kyuhyun mulai melakukan penetrasi dengan memasukkan kejantanannya pada liang senggama Dephni. Dephni yang tak sadarkan diri hanya tergolek tanpa respon ketika Jimin memajukan kejantanannya di kewanitaannya.

"Aasshh ... kau masih saja sempit padahal Jimin sudah menggaulimu berulang kali." Kyuhyun menyesap payudara Dephni dan meninggalkan banyak sekali kissmark di tubuh wanita itu. "Aahh ... ahh ... kau nikmat sekali, Sayang ... akhirnya aku bisa mendapatkanmu. Oouuh rasanya pasti akan jauh lebih nikmat jika kau bisa membalas gairahku." Kyuhyun terengah-engah, dia pun mencapai klimaks. Cairannya menyembur di liang senggama wanita itu.

"Aasshh ... benar-benar nikmat. Aku sudah tak sabar lagi bisa menikmati tubuhmu setiap saat. Ayo, kita bersiap, Sayang," ucap Kyuhyun terengah-engah sambil merapikan pakaian Dephni, lalu kembali membopong wanita itu, menaikkannya ke atas motor dan berlalu pergi dari sana.

Tbc

Under ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang