Maafkan aku coz sudah lama tak up Under Control.
Yg masih menunggu mks bngt. Yg udah vote dan koment juga makasi banyak.
Happy reading.
.
.
.
.
.
.Biasanya mentari pagi akan selalu bersahabat dengan Jimin. Menyapanya melalui celah gorden yang tersingkap barulah ia akan mengerjapkan kedua matanya. Akan tetapi semua tak berlaku di hutan belantara ini.
Jimin tersentak saat sinar surya langsung menghujam netranya yang terpejam. "Sial! Aku ketiduran!" desisnya lalu bergegas mengendong ranselnya dan memanggul senjata apinya. "Aku harus pergi jika tak ingin terperangkap dan mati konyol di tempat ini." gumamnya pada diri sendiri sebelum perlahan keluar dari tempat persembunyiannya.
Berjalan sedikit mengendap ia mendekati aliran sungai dengan airnya yang begitu jernih yang berada tak jauh dari tempatnya. Segera Jimin membersihkan wajahnya. Lalu meminun sedikit air yang tampaknya begitu segar dan menggoda tenggorokannya yang terasa kering.
"Ahh..." desahnya saat air jernih itu menyentuh mulutnya dan mengalir masuk melalui eksofagusnya. Merasa air itu begitu nikmat dan menyegarkan, Jimin pun mengambil botol air yang hampir kosong dan mengisinya kembali hingga penuh. Ia juga menyempatkan diri membasuh luka kakinya. Kemudian kembali bergerak mencari daun obat-obatan untuk mengobati lubang di paha kirinya. Ya. Bekas timah panas itu menimbulkan lubang yang cukup dalam. Tapi untunglah dedaunan yang ia tempelkan semalam mampu menghentikan pendarahannya.
Sambil memakan sepotong roti bekalnya, Jimin kini mengendap di sepanjang tepian sungai. Sesekali ia tampak mencium aroma dedaunan untuk mengenali bahan obat yang ia butuhkan. Di samping itu ia juga memperhatikan serat dan teksture daun itu agar tak melukai lidahnya saat ia mengunyahnya nanti.
Jimin masih terus berjalan sampai mendapatkan bahan yang cukup. Barulah setelah itu ia kemudian terduduk untuk mengunyah dedaunan itu dan menempelnya seperti semalam. Ia pun menutupnya kembali dengan sobekan kain yang sama. Tangannya masih bergerak melilit lukanya dengan sobekan kain itu saat netranya menatap bayangan samar di atas air. Jimin pun melirik ke arah sumber bayangan itu. Dan netranya menangkap sesosok pria yang berjalan sambil memanggul senjata laras panjang, sepertinya jenis FN FAl yang bisa menembakkan 700 butir peluru dalam satu menit. Pria itu tepat berada di atas tebing dalam posisi yang sangat dekat dengan posisi Jimin saat ini. Ia tampak melangkah sambil melempar pandangan ke segala penjuru mencari lawan mainnya dengan sangat waspada.
Segera Jimin merapatkan tubuhnya di antara tumbuhan yang tumbuh subur di sepanjang tepian sungai. "Siapa dia?" gumamnya rendah sambil matanya tetap awas memperhatikan pergerakan pria itu. Sementara tangannya bergerak cepat untuk membereskan ikatan kainnya. Setelah beberapa menit berlalu, suasana pun tampak kembali tenang. Jimin mulai berjalan kembali menuju hulu sungai. Ia harus tetap bergerak tanpa suara agar posisinya tak terbaca.
Sampai kemudian ia menemukan celah untuk memanjat ke atas dengan berpijak pada bebatuan-bebatuan kali yang tersembunyi di antara akar-akar pohon besar. Maka kemudian ia pun mencoba naik dengan hati-hati agar tubuhnya tak terpeleset.
Tak berapa lama kemudian, Jimin pun sudah ada di atas tebing. Ia masih berjalan mengendap dengan senjata yang sudah siap ia tembakkan kapan saja. Merasa situasi cukup aman, Jimin berlari menerobos semak belukar dan tanaman liar yang memenuhi hutan itu. Hingga kemudian langkahnya terhenti saat mendengar suara dua orang lawannya yang tengah berbincang.
"Aku yakin ia masih hidup, Kyuhyun. Sebaiknya kita berpencar untuk memastikannya. Jika ia memang sudah mati maka mayatnya pasti akan ada di sekitaran tempatnya terjatuh."
"Kita tak perlu mencarinya di tempat itu. Cukup cari saja dia di sekitar sungai dan tembak mati." tegas Kyuhyun seolah begitu yakin kalau Jimin masih hidup dan memang ada di sana. Hal itu menimbulkan kerutan di dahi Kevin Jo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under Control
General FictionAdult 21+, Romance-thriller-action Under Control, ternyata adalah sebuah game yang mengharuskan Kang Jimin si pria desa menjadi seorang pembunuh. Karena satu-satunya cara untuk jadi pengendali permaiana adalah dengan membunuh semakin banyak orang. ...