Dua puluh

66 9 0
                                        

Jimin menyulut rokok untuk menenangkan pikiran. Kekacauan hatinya membuatnya ingin mencoba mengisap rokok, padahal dia tak pernah melakukan itu sebelumnya.

Mata pria itu menatap lurus ke arah Deph yang sedang melepas singanya dan membiarkan King berjalan-jalan di tengah hutan.

Semalam Jimin tak mampu menahan gejolak hasratnya hingga keduanya berakhir bermandikan keringat setelah beberapa kali mencapai kenikmatan bersama-sama. Tak dapat Jimin pungkiri bahwa tubuh Dephni seperti candu baginya. Gairahnya begitu cepat tersulut saat bersama wanita itu.

"Jim," panggil Dephni dari bawah sana, di mana dia sering menghabiskan waktunya dengan King. Tangan wanita itu melambai ke arahnya. "Kemari!" teriak Dephni lagi.

Jimin mematikan rokoknya, lalu mendekati Deph yang duduk di bangku kayu panjang.

"Aku baru saja bicara dengan Kakek. Tiga ton barang yang akan dibawa ke Dubai akan dikirim dalam lima kali pengiriman. Kau harus bisa mengecoh petugas agar semua barang itu bisa lolos."

"Itu yang sedang kupikirkan. Lagipula Dubai juga tak masuk daerah kekuasaan kalian, kan?" Jimin mendengkus. "Sudah tau itu bukan daerah milik kalian, tapi ambil resiko mengirim barang itu ke sana."

Deph terkekeh-kekeh. "Pasaran di Dubai itu bisa diperebutkan oleh siapa pun. Jika beruntung, kau bisa bersinggungan dengan Kyuhyun dan kau bisa manfaatkan waktu untuk menangkapnya. Bukankah itu keren."

"Cih!" Jimin mendesis. "Cara menghindar dari petugas keamanan saja aku belum dapat, kau masih memintaku berhadapan dengan Kyuhnyun. Kau gila!"

"Kau manis sekali kalau marah," goda Deph. "Ya, aku memang gila. Gila karenamu." Deph mendekatkan wajahnya. "Apalagi yang semalam, aku sungguh tergila-gila. Bagaimana kalau kita punya anak?" tanya Dephni dengan mata yang berkedip-kedip menunggu jawaban. Persis seperti anak anjing yang meminta makan.

"Menjauhlah!" Jimin mendorong Deph dan bangkit bersiap meninggalkan tempat itu.

Deph menyandarkan punggungnya di kursi kayu. "Suaplah beberapa petugas di sana. Lalu, berikan mereka pancingan untuk menggagalkan penyelundupan dalam skala kecil agar ada orang yang mereka tangkap."

"Maksudmu?"

Dephni menatap Jimin. "Kirim 50kg dengan pesawat, lalu biarkan barang itu tertangkap tangan. Anak buah kita semuanya siap kau korbankan kendati harus kehilangan nyawa."

Jimin diam dan mencerna perkataan Deph. Jadi semacam membuat kamuflase pengiriman. Tertangkap 50kg, sisanya bisa masuk dengan bebas. Petugas tak akan peduli karena mereka sudah berpesta dengan barang 50kg tadi.

"Kau bilang semua anak buahmu rela mati saat menjalankan misi, bagaimana kalau aku kirim James."

"Bagaimana kalau aku bunuh kau duluan?" sarkas Deph.

"Kau pikir bisa melakukannya?" tantang Jimin.

"Mau mencobanya?"

Jimin menyeringai, tangannya langsung melayang hendak memukul Dephni, tapi kali ini wanita itu lebih sigap. Dephni menangkis serangan Jimin. Merasa serangannya gagal, Jimin pun mengirimkan tendangannya. Deph menghindar dengan cepat, lalu melakukan serangan balik. Perkelahian sengit terjadi di antara mereka.

Deph memasang kuda-kuda, lalu bergerak cepat mengayunkan kaki hendak menendang kepala Jimin. Pria itu berjongkok, lalu menyerang bagian bawah Deph. Sedikit lagi Jimin bisa memukul paha dalam Deph, tapi wanita itu bergerak lebih gesit, dengan sedikit mengambil gerakan memutar, kemudian melompat untuk menghindar.

Jimin menggeram kesal. Dia memukul Deph secara membabi buta. Wajah Dephni jadi sasaran utamanya. Deph pun sedapat mungkin menghindari serangan Jimin. Namun, satu pukulan keras berhasil mengenai pipi kirinya. Deph terhuyung. Pipinya memar.

Under ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang