tujuh

795 68 13
                                    

Sebelum baca, boleh tanya dong berapa greget kalian baca cerita ini?

Greget sama Dephni atau sama Seulgi? Atau sama authornya? hehehehe.

Berapa banyak dari kalian yang nunggu cerita ini up? Berapa banyk dari kalian yang sudah baca semua work aku? Sudahkah kalian memfollow akun aku? Jika belum buruan follow ya. Hehehehe.

Dari semua gendre yang aku tulis cerita mana yang paling kalian suka?

Drama?

Fantasi?

Thriller?

Silahkan tulis jawabannya di komentar ya. Aku tunggu.

Next. Selamat membaca. Happy reading.
.
.
.
.

"Tambah lagi, Jim?" Seulgi menawarkan sepotong daging panggang, tapi Jimin mengangkat tangan kanannya menolak pemberian itu.

"Aku sudah kenyang." katanya.

Setelah percakapan singkatnya dengan James, Jimin akhirnya kembali masuk ke dalam rumah. Karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan di luar. Pintu gerbang tertutup rapat dengan beberapa penjaga berjaga di luar sepanjang hari, dari siang hingga malam.jimin pun tak bisa berkutik.

Akan tetapi semua itu tak bisa mengekang pikiran Jimin untuk diam seperti tubuhnya. Pikirannya mengelana memikirkan Dephni. Entah bagaimana wanita itu sekarang? Itulah yang terus menghantui pikirannya sepanjang hari. Hingga membuatnya enggan untuk berkomunikasi dengan Seulgi. Apalagi mereka baru saja melewati sebuah pertengkaran hebat. Jimin bahkan enggan untuk meminta maaf.

Hingga ketika waktu makan malam tiba, Jimin masih memilih untuk diam. Dalam hati, ia mulai berfikir untuk mencari tahu tentang Dephni. Apa yang akan dilakukan wanita itu dalam game nanti? Bagaimana jika ia kalah? Bukankah itu artinya Dephni akan berakhir menjadi pelacur dan seluruh kekayaannya akan habis? Itukah sebabnya Dephni memberikan ia dan istrinya kekayaan yang begitu melimpah? Benarkah semua ini sudah ia rencanakan sejak awal? Jika benar demikian adanya, maka terjawab sudah kenapa sejak awal Dephni ingin sekali berhubungan sex dengannya. Wanita itu hanya ingin memberinya kebahagiaan tanpa meminta imbalan apapun.

Menyadari hal itu, seketika Jimin bangun meninggalkan Seulgi yang masih sibuk berkutat membersihkan dapur. Jimin hanya punya satu tujuan. Bahwa ia harus kembali. Menemui Dephni dan melakukan apapun demi wanita itu. Tak ada yang gratis di dunia ini. Dan Jimin akan membayar semuanya, meski dengan nyawanya sekalipun.

"jimin kau mau ke mana?" teriak Seulgi, tapi pria itu mengabaikanya dan terus berlari ke arah gerbang.

"JAMES!!!" teriakan Jimin hampir membuat semua penjaga di luar gerbang berkumpul. Termasuk James.

"Ada apa tuan Jimin? Kenapa anda berteriak?'

"James, sekarang juga bawa aku kembali ke tempat Dephni!" suara Jimin terdengar tegas mengintimidasi.

"Tapi tuan__"

"Bawa aku kembali atau aku membunuhmu." tanpa diduga oleh siapapun moncong senjata yang dibawa Jimin langsung menempel di pelipis pria itu.

James tersenyum miring menatap bagaimana Jimin mengancamnya. Kemudian sudut matanya melirik ke arah Seulgi yang bergerak mendekat dengan perlahan.

"Ada apa ini, Jim?" sekali lagi Jimin mengabaikan istrinya. Dan lebih memilih mendengarkan apa yang dikatakan James.

"Aku tak takut mati tuan, aku lebih takut nona Dephni kecewa karena aku tak bisa menjaga anda dan keluarga." ucap James membuat Jimin merasa begitu kesal. Tapi ia tak kehilangan akal. Segera ia memindahkan moncong senjatanya mengarah ke kepala Seulgi.

Under ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang