Happy reading, and don't be siders ya gais. Mks.
.
.
.
.
.Jimin memaku diri di dekat pintu, menghela nafas ringan sebelum berjalan mendekat. Inikah perkerjaannya sekarang? Dengan enggan ia menatap Dephni yang tidur menantang gairah prianya untuk bekerja.
"Jadi kau membayarku untuk ini?" tanya Jimin saat sudah berdiri di depan sang wanita. Sungguh tubuh Dephni sangat menggoda, bahkan bisa membangunkan miliknya tanpa harus menyentuhnya. Karena dengan menatapnya saja insting prianya sudah tahu betapa legitnya dan kenyalnya kulit wanita itu. Sangat terawat, bersih, putih mulus tanpa cela, dan Jimin yakin hal yang sama juga pasti berlaku bagi vagina sang wanita yang sengaja ia tutup dengan paha mulusnya.
Sementara Jimin melontarkan pertanyaannya Dephni malah tak menjawab. Melainkan menutup matanya sambil berbicara lirih dan semakin seksi "Sentuh...aku sekarang..Jimhhh..."
Jimin pun melangkah lebih dekat lagi dengan ranjang. Lalu membungkuk di dekat kaki Dephni. Hingga sesaat kemudian Dephni tersentak. "Tidurlah...kau pasti sangat lelah setelah perjalanan tadi." lembut suara Jimin menyapanya setelah sebuah selimut tebal menutup tubuhnya dengan sempurna. Lalu setelah itu Jimin melangkah keluar dan menutup pintu dengan pelan agar tak menimbulkan suara.
Segera setelah Jimin keluar kamar Dephni melemparkan selimutnya, lalu duduk di tepi ranjang dengan wajah tersenyum lebar. Ia melangkah mendekati meja rias lalu meletakkan senjata api yang sejak tadi digenggamnya dan disembunyikannya di bawah kepalanya. "Kau lulus Kang Jimin." gumamnya sambil menyunggingkan senyum lalu berjalan ke depan meja rias, berdiri di depan cermin dan memperhatikan tubuhnya yang benar-benar mulus. "Setelah melihat ini kau bahkan tak bergeming dan tak langsung menerkamku." gumamnya sambil mengelus payudaranya sendiri. Dengan senyum puas ia pun melangkah ke kamar mandi dan membiarkan tubuh telanjangnya terbenam di antara busa sabun dalam bathtubnya. Ia benar-benar memilih pria yang tepat sekarang. Pria yang tak akan menodainya meski ia mempertontonkan bentuk tubuhnya yang sempurna.
Jika saja Jimin tadi menyentuh tubuhnya, maka Jimin akan jadi pria ke enam yang meregang nyawa di kamar itu. Karena Dephni akan langsung menembaknya seperti beberapa pria yang ia beli sebelumnya.
Dephni memejamkan matanya, membiarkan fikirannya menerawang ke masa lampau di mana ia pertama kali bertemu dengan Jimin "Ah, jika saja kau belum menikah pasti akan sangat menyenangkan memilikimu sebagai suamiku untuk selamanya." gumamnya sebelum tertidur.
*
Sementara itu Jimin melangkah menuruni tangga dengan degup jantung yang bermaraton. Biar bagaimanapun ia laki-laki tulen. Melihat tubuh montok Daphni jelas mempengaruhi mentalnya. Tanpa ia sadari ia bahkan sudah menelan ludahnya beberapa kali. Tubuhnya masih gemetar karena akal sehatnya berusaha bertarung dengan gairahnya. Bahkan hingga ia sampai di ruang tamu dan duduk di sana, Jimin masih mengeluarkan keringat dingin. Setelah duduk dan menarik nafas beberapa kali barulah ia bisa merasa tenang. Lalu Jimin mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan.
"Kenapa tempat ini sepi sekali." gumamnya kemudian. Ia merasa sedikit haus tapi tak tahu harus mencari air dimana. Maka ia pun bergerak mencoba mencari dapurnya sendiri. Sesaat ia berjalan ke sisi kanan bangunan. Keluar dari ruang keluarga ia mendapati sebuah koridor melingkar menuju ke belakang. Ia pun membuka pintu satu-satunya yang ada di sana.
Kemudian terkesiap saat menatap halaman belakang itu yang begitu luas. Ada gazebo kecil di sana, di tengah kolam renang dengan airnya yang begitu jernih. Selain itu juga ada gemericik air yang dibuat menyerupai air terjun. Sungguh pemandangan yang sangat indah, membuat Jimin berdecak kagum dan tanpa sadar melangkahkan kakinya menuju ke tengah kolam. Melupakan rasa haus yang seketika lenyap dari tenggorokannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under Control
Ficção GeralAdult 21+, Romance-thriller-action Under Control, ternyata adalah sebuah game yang mengharuskan Kang Jimin si pria desa menjadi seorang pembunuh. Karena satu-satunya cara untuk jadi pengendali permaiana adalah dengan membunuh semakin banyak orang. ...