Bagian 26

542 28 0
                                    

Matahari sudah terbit. Sinarnya masuk kedalam jendela setiap rumah. Suasananya sudah sangat banyak yang memenuhi jalanan. Cahaya matahari memasuki jendela kamar Akhtar dan Afifa. Namun di dalamnya hanya ada Afifa seorang.

Dirinya terbangun. Semalam dirinya tertidur di sofa biasanya Akhtar tidur. Dirinya merasa badannya sangat sakit. Lehernya terasa sakit pula. Hatinya bertanya, "Apa seperti ini rasanya tidur di sofa? Tapi, Akhtar tidak pernah mengeluh dengan semua ini."

Kemudian Afifa tersadar jika di kamarnya hanya ada dirinya. Lalu dimana Akhtar? Apa semalam dia belum pulang? Afifa pun berdiri dari sofa dan mencari keberadaan Akhtar di seluruh sudut rumah. Dirinya juga mencari Akhtar hingga di dapur. Di dapur, ia bertemu dengan Bi Inem yang sedang menyiapkan makanan untuk dirinya.

"Eh non Afi. Silahkan makan non. Oh ya non. Saya minta maaf ya atas-" Belum juga Bi Inem menyelesaikan perkataanya, Afifa sudah memotongnya.

"Bibi lihat Akhtar?"

Bi Inem menggelengkan kepala. "Saya nggak tahu non. Emangnya den Akhtar belum pulang?"

Afifa berjalan ke arah meja makan. Ia melihat sepiring nasi goreng buatan Bi Inem.

"Bibi masak nasi goreng?"

"Eh, iya non. Saya pernah diberi pesan sama den Akhtar. Kalau semisal dia nggak ada di rumah, saya disuruh bikin sarapan buat non Afifa. Den Akhtar juga bilang kalau masaknya harus sesuai resep yang den Akhtar tulis." jelas Bi Inem.

Afifa memulai makannya. Rasanya sedikit berbeda dengan yang dibuat Akhtar biasanya. Lebih lezat buatan Akhtar sebenarnya. Matanya tertuju pada kursi di hadapannya. Biasanya Akhtar ada di hadapannya. Dimana Akhtar? Kenapa dia belum pulang? Apa dia tidak merindukan dirinya?

Tiba-tiba satu air mata menetes membasahi pipinya. Bi Inem yang melihatnya pun merasa tertegun.

"Non, non Afifa nangis?" tanyanya. Afifa mengusap air matanya dengan cepat lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Kemudian ia melanjutkan makannya.

🌧🌧🌧

Di kelas, Afifa lebih banyak melamun. Biasanya ia akan berbincang dengan temannya, tapi sekarang ia memilih diam dan melamun. Jari-jarinya tak berhenti memainkan pulpen yang ia pegang.

Entah mengapa, hatinya terasa sepi. Timbul rasa rindu yang sangat mendalam di hatinya. Hatinya terasa memeluk bayang-bayang. Biasanya Akhtar yang mengantarnya ke kampus. Namun hari ini, dirinya harus berangkat  ke kampus dengan taksi. Biasanya dirinya akan diberi uang jajan, namun hari ini tidak. Ia juga sudah mencoba untuk menelpon nya. Tapi nomor Akhtar tidak aktif.

"Kemana Akhtar? Dimana dia? Kenapa dia tidak pulang? Kenapa dia juga tidak mengangkat telfon ku?"

Maya yang melihat sahabatnya melamun merasa bersalah. Seharusnya Afifa tersenyum, bersama Akhtar. Namun, seakan senyum itu hilang entah kemana.

"Suatu saat kamu akan mengerti Afifa."

🌧🌧🌧

Afifa baru saja kembali kerumahnya. Saat ini sudah pukul 16.00 WIB. Dirinya merasa sangat lelah. Ia ingin mandi terlebih dahulu dan tidur sejenak.

Pukul 19.00 WIB, Afifa sedang mengerjakan tugas dari kampus. Seketika ia teringat tentang Akhtar. Apa dia belum juga pulang? Tugas dari kampus terasa sangat sulit tanpa Akhtar. Biasanya Akhtar membantunya. Tapi entah kemana perginya Akhtar.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang