Bagian 13

562 26 0
                                    

Dani langsung membawa Akhtar ke Rumah Sakit. Ia sangat cemas dengan Akhtar yang tiba-tiba pingsan setelah mengetahui yang sebenarnya. Ia merasa bersalah karena telah memberitahu Akhtar tentang Afifa. Seharusnya ia tidak egois agar Akhtar tidak drop lagi. Ia pergi ke Rumah Sakit dengan di temani oleh Bi Inem.

Bi Inem sama cemasnya dengan Dani. Niat untuk membuatkan minum untuk tuannya, ketika ingin memberikannya malah yang ia dapatkan tuannya pingsan.

Dani dan Bi Inem menunggu Akhtar di luar ruangan UGD. Sudah dua puluh menit mereka menunggu dokter yang menangani Akhtar tidak keluar juga. Hal ini membuat Dani dan Bi Inem khawatir.

"Ya Allah den Dani... Ini gimana kalau saya di marahin sama nyonya dan tuan!? Gimana nanti kalau saya di pecat gara-gara nggak bisa jaga den Akhtar!?" ucap Bi Inem dengan sedikit teriak.

Dani menatap Bi Inem yang sedang duduk di kursi yang sudah disediakan oleh pemilik Rumah Sakit. Lagi-lagi ia merasa bersalh karena telah membuat Akhtar pingsan. Dalam hati ia berdoa agar Akhtar tidak kenapa-kenapa. 

Dokter yang menangani Akhtar pun keluar lalu menghampiri Dani dan Bi Inem.

"Dengan keluarganya Akhtar?"

Dani menoleh ke arah dokter laki-laki yang nenangani Akhtar kemudian menghampirinya.

"Dok, gimana keadaan Akhtar? Dia baik-baik ajakan dok?" tanya Dani.

Dokter tersebut hanya diam dan menunduk. Hal itu membuat Dani dan Bi Inem semakin khawatir.

"Dok! Kenapa dokter diam aja? Saya tanya gimana keadaan Akhtar?" tanya Dani lagi dengan suara yang mulai emosi.

"Sebenarnya saya tidak boleh mengatakan ini kepada keluarga pasien. Tapi, ini memang harus kalian ketahui tentang keadaan pasien"

"Setelah melakukan pemeriksaan, selain pasien menderita tipes tapi pasien juga menderita sakit ginjal"

David terkejut. Matanya melotot tak percaya. Rahangnya mengeras. Seketika kakinya sudah tidak mampu menompang badannya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Dok! Dokter yakin Akhtar mengidap penyakit ginjal? Dokter yakin? Dokter pasti salah!! Saya nggak percaya!!" ucap Dani dengan nada emosi, bahkan ia meneteskan air mata karena menyesal telah membuat Akhtar seperti ini.

"Saya hanya seorang dokter yang juga manusia biasa. Tugas saya hanya menjadi perantara Allah untuk menyembuhkan pasien. Saya tidak mungkin salah, karena salah satu ginjal Akhtar sudah rusak dan perlu melakukan donor ginjal" jelas dokter.

Dani merasa frustasi. Tak segan-segan ia memukuli tembok yang ada di samping dokter. Ia berteriak sekencang-kencangnya.

"Ini semua gara-gara David dan Afifa!! Gw nggak bakalan maafin kalian! Sampai kapanpun gw nggak bakalan maafin kalian!" ucap Dani dalam hati.

"Dok, kita boleh masuk?" tanya Dani.

Dokter itu mengangguk. "Silahkan! Tapi jangan buat pasien semakin drop"

Dani mengangguk dan langsung memasuki ruang UGD dimana tempat Akhtar berbaring lemah di brankar pasien. Ia melihat Akhtar yang tidur dengan wajah pucat dan jarum infus yang menancap di tangannya. Dani menghampiri Akhtar dan menatap wajah Akhtar dengan tatapan kasihan.

"Assalamualaikum"

Akhtar perlahan membuka pelan matanya dan melihat seorang sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Disana juga ada Bi Inem yang selalu menjaganya di saat ia membutuhkan sandaran. Mereka berdua memang orang yang paling baik yang pernah ia temui.

"Waalaikumsalam"

"Kenapa kamu nggak mau kasih tahu tentang penyakit kamu ini?" tanya Dani to the point.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang