Bagian 8

646 31 0
                                    

Sudah dua hari, Akhtar belum juga sembuh dari sakitnya. Selama itulah ia tidak mengajar di kampusnya.

Saat ini, Akhtar sedang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Ia sedang berdzikir, karena menurutnya dengan cara berdzikir hatinya akan semakin tenang.

Tok Tok Tok

"Assalamualaikum den Akhtar" panggil seorang asisten rumah tangga yang beberap hari lalu bekerja di rumahnya bernama Inem.

Akhtar menghentikan dzikirnya. Lalu menyuruh pembantunya masuk ke kamar.

"Masuk bi! Pintunya nggak di kunci" ucap Akhtar dengan suara serak.

Pembantu itu langsung membuka kenop pintu dan memasuki kamar Akhtar dengan membawa nampan makanan.

"Den, ini makan dulu! Habis itu minum obatnya!" ucap pembantu itu sambil meletakkan nampan makanan di nakas samping tempat tidur Akhtar.

Akhtar tersenyum. Walaupun ia sakit, tapi aura ketampanannya masih terpancar. Apalagi saat ia hanya memakain kaos bewarna abu-abu yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dan celana pendek.

"Makasih ya bi. Nanti saya makan" ucap Akhtar.

"Harus den. Nanti kalau nggak di makan, nanti saya yang dimarahin sama nyonya"

Akhtar tertawa lirih. "Iya bi. Oh ya, mama sama papa kemana?? Kok dari tadi saya nggak liat mereka?" tanya Akhtar.

"Tadi nyonya sama tuan lagi pergi ke acara pernikahan"

Akhtar menganggukkan kepalanya. "Ooo, yaudah kalau gitu"

"Yaudah den, saya tinggal dulu. Mau beres-beres rumah dulu"

Akhtar kembali menganggukkan kepalanya kembali. Lalu, pembantu itu pergi keluar dari kamar Akhtar.

Akhtar menatap makanan yang dibawakan oleh bibi Inem. Rasanya ia tidak ingin memakan makanan ini karena lidahnya sedang mati rasa. Namun, bagaimanapun juga ia harus memakan makanan ini karena pembantunya telah memasakkannya dan dalam Islam kita tidak boleh membuang-buang makanan.

Akhirnya dengan keadaan masih lemas, Akhtar memakan makanan yang dibawakan oleh bibi Inem.

🏡🏡🏡

Hari ini, Afifa akan pergi ke suatu tempat dengan seseorang. Namun, bukan Maya. Tetapi, dengan David. Ya, semenjak kejadian beberapa hari lalu di malam hari, mereka memutuskan untuk berpacaran. Hal ini tidak di ketahui oleh siapapun. Bahkan, orang tuanya saja tidak ada di rumah, jadi ia masih bisa untuk pergi berduaan dengan David.

Afifa sedang menunggu David di teras rumahnya. Tak lama kemudian, David datang dengan meniki motor kesayangannya.

"Afifa!!" panggil David.

Afifa langsung menghampiri David dengan senyuman yang ceria. Ia merasa, semenjak kedatangan David hatinya merasa tenang.

"Maaf ya sayang, tadi di jalan macet" ucap David sambil menyerahkan helm kepada Afifa.

"Nggak papa sayang. Yang penting, kamu nggak ninggalin aku kayak dulu " ucap Afifa sambil memakai helmnya.

David hanya tersenyum. "Yaudah kalau gitu, silahkan naik tuan putri!"

Afifa pun meenaiki sepeda motor itu. Lalu, sepeda motor itu berjalan menyusuri jalan.

Selama perjalanan, Afifa melingkarkan tangannya di perut David dan menyenderkan kepalanya di punggung David. Rasanya sangat nyaman sekali. Afifa sangat bahagia sekali. Akhirnya, orang yang ia cintai datang juga.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang