Bagian 9

602 28 0
                                    

Keesokan harinya, Akhtar belum juga pulih dari sakitnya. Ia merasa sangat bosan sekali terus berada di kamar. Ia memilih keluar dari rumah dan berjalan di sekitaran perumahannya. Akhtar memakai jaket bewarna abu-abu dan celana jeans bewarna biru dongker. Hal itu membuat Akhtar sangat tampan. Bahkan,  para ibu-ibu di sekitar perumahan yang melihat itu sangat kagum.

"Ya Allah, ganteng banget itu cowok"

"Itu pangeran apa pangeran itu? Ganteng banget"

"Pangeran berkuda putih dari India mau jemput aku ya??"

"Kalau aja aku istrinya, setiap hari bisa betah nih di rumah"

Itulah ucapan ibu-ibu yang menatap Akhtar dengan tatapan kagum. Walaupun dalam keadaan sakit, Akhtar masih tampan. Apalagi kalau nggak sakit, bisa-bisa ibu-ibu pada pingsan.

Akhtar terus berjalan mengabaikan tatapan ibu-ibu perumahan. Hingga ia sampai di suatu taman dekat dengan pintu keluar perumahan. Akhtar duduk di kursi panjang taman itu yang langsung berhadapan dengan danau. Akhtar menghirup udara segar  di pagi hari sambil memejamkan matanya. Rasanya sungguh sangat tenang. Lalu ia membuka matanya. Di sini ada banyak orang yang sedang berjalan-jalan ada juga yang bermain dan ada juga yang berduaan dengan si pacar.

"Kasihanilah jomblo ini Ya Allah" ucap Akhtar dalam hati.

Lalu, tanpa sengaja tatapannya tertuju pada seseorang yang dulunya sangat baik padanya. Orang itu nampak sedang berbicara pada seorang laki-laki berpakaian seperti preman. Karena penasaran, Akhtar menghampiri mereka. Agar tidak ketahuan, Akhtar bersembunyi di balik pohon di sekitar pria itu.

Akhtar melihat interaksi keduanya. Ia melihat seorang pria memberikan amplop coklat yang sangat tebal kepada pria seperti preman. Preman itu melihat isi uang yang ada di amplop itu.

"Tenang aja bos! Apapun yang perintahkan, akan saya lakukan" ucap preman itu dengan tatapan sinis.

"Oke! Jangan sampai rencana ini gagal" jawab pria itu.

Lalu, preman itu pergi meninggalkan tuannya. 

"Lihat pembalasan ku Akhtar. Karena, sebentar lagi kamu akan mati di tanganku. Dan kamu-" ucap pria itu sambil mengeluarkan sebuah foto.

Akhtar sangat terkejut. Dia bertanya-tanya didalam hati, "Mengapa dia menyebut namaku??"

"Kamu juga akan merasakan apa yang aku rasakan lima tahun lalu" ucap pria itu dengan sangat sinis. Lalu, pria itu memasukkan foto ke dalam saku dan meninggalkan taman itu.

Akhtar ingin mengikuti pria itu, namun tiba-tiba kepalanya pusing. Tubuhnya mulai goyang. Tangan Akhtar memegang pohon yang ada di depan karena tubuhnya sudah tidak kuat untuk berdiri. Tak lama kemudian, Akhtar pingsan.

Semua orang yang melihat Akhtar pingsan langsung menghampiri Akhtar yang tidak sadarkan diri.

"Aduuuhhhh, ada yang pingsan"

"Iya. Siapa ya dia?"

"Oh ya. Bukannya ini anaknya rumah ujung sana?"

"Iya deh kayaknya. Terus ini gimana? Kita bawa kemana?"

Semua orang nampak panik. Mereka tidak tahu harus berbuat apa.

🏡🏡🏡

"Aduuuhhhh pa! Ini gimana? Akhtar nggak ada di dalam kamarnya pa.." teriak mama Akhtar saat mengetahui anaknya tidak ada di rumah.

Semua orang yang ada di dalam rumah sangat panik. Bahkan, bi Inem pun juga sangat panik. Karena, pada saat bi Inem akan membereskan kamar tuannya, tuannya itu sudah tidak ada.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang