Bagian 22

506 29 0
                                    

Afifa dan Akhtar sedang dalam perjalanan menuju kampus mereka. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai disana. Di dalam mobil, hanya ada suara lantunan sholawat yang di putar sebagai penghias keheningan diantara mereka. Akhtar sibuk dengan menyetir dan Afifa menikmati setiap sudut jalan yang ia lewati.

Tanpa terasa, mereka sampai di kampus. Afifa segera melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di badannya. Saat ia akan turun, Akhtar memegang lengan Afifa. Sontak Afifa pun menoleh ke arah tangannya.

Pada saat Afifa melihat lengannya, Akhtar langsung melepaskan tangannya dari lengan Afifa. Suasana pun menjadi sedikit canggung.

Akhtar langsung mengeluarkan dompet dari sakunya dan mengambil uang sejumlah seratus ribu dua lembar lalu menyerahkannya ke Afifa.

Afifa hanya melihat lembaran kertas uang itu tanpa mengambilnya. Menyadari Afifa yang tidak merespon uang itu, ia angkat bicara.

"Ini uang jajan buat kamu. Sisanya terserah buat apa. Yang penting jangan lupa di sedekahkan."

Afifa mengambil uang itu dengan senyum singkat. "Terima kasih pak."
Afifa pun langsung turun dari mobil dan berlari memasuki pintu kampus.

Akhtar menatap kepergian Afifa dengan senyum tipis. Lalu ia membuka sabuk pengaman yang ia pakai. Matanya pun menatap sebuah ponsel berada di bangku Afifa. Akhtar langsung mengambil ponsel tersebut.

"Ini kan ponselnya Afifa. Aku harus balikin ponsel ini. Pasti dia cariin nanti." ucapnya. Saat ia akan membuka pintu mobil, ada sebuah nontifikasi whatsapp. Akhtar pun membuka ponsel Afifa. Betapa terkejutnya David lah yang mengirim pesan dari whatsapp dengan nama kontak My Love.

Akhtar hanya bisa bersabar dalam menghadapi ini semua. Ini hanya masalah waktu. Ia tidak ingin memaksakan perasaan Afifa terhadapnya. Ia hanya ingin cinta yang tulus dari seorang Afifa. Ini adalah ujian dari Allah untuk menguji kesabarannya. Menurutnya, segala sesuatu pasti akan membutuhkan proses. Jadi, ia harus menikmati segala proses untuk mendapatkan cinta yang tulus dari Afifa.

"Menurut sebagian orang, cinta itu lebih penting tanpa melihat apa itu cinta yang tulus atau karena paksaan. Namun bagiku, keberadaan mu di sampingku lebih penting daripada cinta yang kita tidak tahu apakah cinta itu sendiri tulus atau karena paksaan."

💖💖💖

Sebelum jam kuliah dimulai, Akhtar mengembalikan terlebih dahulu ponsel Afifa ke kelasnya.

Akhtar berjalan dan memasuki kelas Afifa. Ia melihat Afifa sedang duduk membelakanginya dan sedang berbicara dengan temannya.

"Afifa."

Merasa namanya dipanggil, ia menoleh ke belakang. Ia terkejut bahwa yang memanggilnya adalah Akhtar. Ia menatap sekejap temannya dan berdiri di hadapan Akhtar.

"Ada apa bapak kesini?"

Akhtar merogoh sakunya lalu mengambil ponsel Afifa dan menyerahkannya. "Tadi ponsel kamu ketinggalan di mobil. Mungkin kamu lupa masukin lagi ke dalam tas kamu."

Afifa pun mengambil ponselnya dari tang Akhtar.

"Oh ya satu lagi. Tadi David ngirim pesan ke kamu."

Afifa langsung menatap Akhtar dengan raut wajah terkejut. Namun Akhtar membalasnya dengan wajah santai tanpa ada ekspresi marah.

"Tapi kamu tenang aja. Saya nggak buka aplikasi apapun karena menurut saya selama kamu belum membuka hati kamu untuk saya, semua yang ada di ponsel kamu menjadi privasi kamu."

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang