Bagian 47

471 21 0
                                    

Maya tertidur di sofa ruangan Akhtar. Rendy mengobati luka yang ada di dahi Maya dengan obat merah lalu menutupnya dengan plester.

Akhtar dan Afifa berdiri melihat Maya dan Rendy. Mereka sama-sama cemas dengan kondisi Maya. Afifa menyandarkan kepalanya di pundak Akhtar. Akhtar mengelus kepala Afifa.

"Ren, kamu bawa Maya ke rumah sakit aja." saran Akhtar pada Rendy.

Sebelum menjawab, mata Maya perlahan terbuka. Matanya menatap orang disekitarnya yang juga menatapnya.

"Kak, aku ada dimana?" tanya Maya yang masih kurang sadar. Tangan kanan Maya memegangi kepalanya yang sangat sakit. Maya berusaha bangkit dari tidurnya, namun segera dicegah oleh Rendy yang memegang tangan Maya.

"Kamu tiduran dulu aja! Kepala kamu habis kebentur aspal, makanya sekarang kamu jadi pusing." jelas Rendy.

Maya mengingat kembali kejadian tadi. Ia sempat ingat bagaimana Rendy sangat mencemaskannya tadi, rasa tak terima Rendy hingga Rendy memukuli laki-laki tadi. Apakah Rendy sudah mencintai ku? Apakah Rendy sudah melupakan Afifa?

Tiba-tiba ponsel Akhtar dan Rendy sama-sama berdering. Mereka pun ijin mengangkat telfon di luar ruangan. Setelah mereka keluar, Afifa menghampiri Maya.

"May, kamu nggak papa kan? Tadi aku cemas banget sama kamu." ucap Afifa yang duduk disamping Maya menggunakan kursi.

"Aku nggak pap, cuma pusing aja kok."

"Eh, tadi aku liat Rendy secemas itu lo sama kamu. Aku sih ngerasa kalau Rendy sekarang mulai membuka hatinya buat kamu."

Maya menggeleng. "Nggak mungkin. Mana mungkin secepat itu Rendy buka hatinya buat aku. Secara logika kan, dia masih belum bisa move on."

Afifa mencoba meyakinkan sahabatnya. Tapi, Maya tetap tidak percaya dengan Afifa.

"Oke, kalau kamu enggak percaya, coba kamu lakukan apa yang biasa pengantin baru lakuin."

Maya mencoba meresapi perkataan Afifa. Maya mencoba mencari maksud dari ucapan Afifa. Hingga ia mengerti maksud dari ucapan Afifa.

"Aku, aku, aku masih belum mau nglakuin itu. Aku mau fokus kuliah dulu. Aku nggak mau hal lain bisa ganggu kuliah ku."

Afifa menghela nafas panjang. "Aku kemarin juga di tanyain sama mama Zahra. Kapan punya anak? Tapi, mas Akhtar bilang nunggu aku lulus kuliah."

Akhtar dan Rendy kembali ke ruangan. Rendy kembali menghampiri Maya.

"May, kamu bisa pulang sekarang. Tadi, aku udah ijinin kamu sama dosen yang ngajar dikelas kamu setelah ini." ucap Akhtar.

"Tapi pak-"

"Udah nggak papa kok. Kamu bisa istirahat dulu. Nanti kalau ada tugas atau catatan, biar Afifa ke rumah kamu."

Rendy mengangguk setuju dan menatap Maya. "Bener mbak. Saya khawatir kalau mbak sampek kenapa napa."

Deg. Maya merasa hangat mendengar perkataan Rendy. Bolehkan dirinya berlompat-lompat bagaikan anak kecil yang bahagia? Andaikan dirinya bisa memeluk Rendy dihadapan Akhtar dan Afifa.

"Mbak." Rendy mengayunkan tangannya di wajah Maya saat Maya melamun menatapnya.

Maya pun tersadar. Maya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mbak bisa jalan?" tanya Rendy. Maya hanya mengangguk. Sebenarnya, kakinya agak sakit saat digerakan, tapi ia tidak ingin jadi bahan omongan di kampus.

Maya berdiri dengan dibantu oleh Rendy. Rendy memegangi pinggang Maya sambil membawa tas ransel Maya dan tangan kiri Maya ia kalungkan di leher Rendy.

"Mas, mbak. Makasih sudah menolong Maya. Maaf kalau merepotkan. Kami pamit pulang dulu." ucap Rendy.

"Asslamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Rendy dan Maya mulai meninggalkan ruangan Akhtar. Selama berjalan di koridor kampus menuju ke parkiran, Maya kesulitan untuk berjalan. Hal itu membuat Rendy kasihan.

"Stop disini." Maya menatap ke Rendy yang sedang mengalungkan tas ranselnya di punggung. Lalu, Rendy menggendong Maya ala bridal style. Maya buru-buru mengalungkan kedua tangannya di leher Rendy. Lalu Rendy membawa Maya menuju mobil.

💘💘💘

Maya sudah tertidur dari tiga puluh menit yang lalu. Rendy masih setia menemani Maya saat tidur. Maya memintanya untuk menemaninya saat tidur. Akhirnya, Rendy pun meng-iyakannya.

Rendy sudah melepas cadar milik Maya tadi, sehingga matanya tak pernah lepas untuk memandangi wajah Maya. Ia akui jika Maya itu sangat cantik. Tapi, entah kenapa hatinya belum terbuka untuk Maya.

Rendy mengelus pipi Maya. Tiba-tiba tangannya merasakan suhu tubuh Maya yang panas. Rendy menjadi panik.

"Mbak may? Mbak? Mbak nggak papa kan?" Rendy meletakkan telapak tangannya di dahi Maya. "Ya Allah, mbak Maya demam."

Buru-buru Rendy mencari obat penurun demam di kotak obat. Namun, dirinya tidak menemukannya. Rendy langsung berfikir untuk membelinya sebentar di apotek dekat rumahnya. Sambil berlari, Rendy keluar rumah dan berlari menuju apotek. Tanpa disadari jika langit sudah mendung.

Setelah membeli obat dan bubur untuk Maya, hujan mulai turun dari langit. Hujannya sangat deras. Rendy pun dilanda kebingunan. Tapi, ia ingat jika Maya sangat mebutuhkan obat ini. Rendy pun nekad menorobos hujan hingga ia sampai di rumah dalam keadaan basah kuyub.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Rendy mengganti bajunya lalu memasuki kamarnya sambil membawa kompres dan bubur untuk Maya. Rendy meletakkanya di atas nakas. Rendy mulai duduk disamping Maya sambil mengompres dahi Maya.

Merasakan basah didahinya, Maya membuka matanya dan menatap Rendy. "Kak."

"Tubuh embak agak panas. Mbak makan dulu yuk, sebelum minum obat!" Maya bangun dengan dibantu Rendy lalu bersandar di kepala ranjang.

Dengan telaten, Rendy menyuapi Maya hingga bubur itu tinggal setengah. Kemudian, Rendy meletakkan mangkuknya lalu mengambil obat dan air putih. Rendy menyerahkan obat itu ke Maya.

Maya meminum obat itu lalu meneguknya bersamaan dengan air putih. Kemudian, Maya memberikan lagi ke Rendy.

"Udah enakan mbak?" tanya Rendy.

Maya mengangguk lemah. Matanya mulai ingin tertutup lagi. Rendy mengerti. Rendy langsung menarik Maya ke dalam pelukannya lalu memeluknya dengan hangat. Berusaha memberikan kehangatan sehangat mungkin.

Karena saking nyamannya, Maya mulai dilanda mengantuk. Akhirnya Maya menutup matanya masuk dalam mimpinya.

💘💘💘

Alhamdulillah part ini selesai juga.

Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini.

Maaf kalau masih ada kekurangan atau kesalahan.
🙏🙏🙏

Jangan lupa, jaga kesehatan kalian. 😘😘😘

Jazakumullahu Khairan.
💖💖💖

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang