Bagian 31

571 33 0
                                    

3 Minggu kemudian...

Rasa syukur tak henti-henti terucap oleh bibir Afifa. Bagaimana tidak. Baru saja usahanya dengan Maya launching, langsung banyak pembeli yang tertarik dengan model ghamis dan khimar yang mereka berdua produksi. Bahkan banyak yang berminat untuk menjadi reseller ghamis yang diproduksi Afifa dan Maya.

Tak hanya itu saja, dalam dua minggu. Mereka berdua sudah memiliki beberapa karyawan dan sudah memiliki rumah produksi sendiri.

"Alhamdulillah Afifa. Omzet kita selama ini lebih dari yang kita bayangin. Aku bener-bener nggak nyangka banget."

Afifa yang sedang menyecek stock ghamis dan khimar yang baru selesai dijahit, langsung menatap Maya dan tersenyum.

"Alhamdulillah. Allah membuka rezeki buat kita. Kalau kayak gini, aku pengen banget keluarin barang baru. Kayak mukena atau baju koko atau  bisa juga cadar. Kamu setuju nggak?" tanya Afifa dengan wajah ceria.

Maya mengangguk dengan semangat. "Ide bagus. Kalau gitu kita langsung aja buat modelnya. Supaya langsung bisa dijahit."

Afifa bersyukur dirinya sudah memiliki penghasilan sendiri. Dirinya sudah bisa mandiri. Tabungannya pun sudah bertambah. Tapi hatinya masih saja kosong. Hatinya terus saja memeluk bayang-bayang wajah Akhtar. Batinnya merindukan sosok Akhtar yang pengertian. Akhtar yang baik. Akhtar yang selalu bijak dalam berkata.

"Semoga kamu baik-baik aja mas disana. Aku kangen sama kamu."

Maya menatap Afifa diam-diam. Pikirannya sudah hafal dengan tatapan Afifa jika merindukan Akhtar. Ia haya berharap semoga kedua orang ini segera dipertemukan oleh Allah di waktu yang tepat.

💕💕💕

Zahra menangis mendengar jika dokter belum juga menemukan donor yang cocok dengan Akhtar. Semua keluarga sudah cek, bahkan keluarga Afifa pun juga ikut untuk mengecek. Namun, semuanya tidak ada yang cocok dengan Akhtar. Sebenarnya ginjal Fareezi dengan Akhtar cocok, namun kedaan Fareezi yang kurang fit maka dokter melarang Fareezi  untuk mendonorkan ginjalnya. Farhan sebagai kakak ipar Akhtar juga tidak cocok dengan Akhtar.

Semua keluarga cemas dengan kondisi Akhtar.

"Pa, ini gimana? Mama khawatir sama keadaan Akhtar." Zahra menangis melihat Akhtar yang sedang tertidur.

Layla berjalan menghampiri Zahra lalu menenangkan Zahra.

"Insyaallah Akhtar nggak kenapa-kenapa. Kita hanya perlu berdoa kepada Allah supaya Akhtar segera sembuh." Layla mengelus-elus pundak Zahra dengan lembut. Agar Zahra bisa lebih tenang.

Tiba-tiba Layla teringat tentang anaknya. Dimana anaknya? Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik saja? Jika Afifa tahu kondisi Akhtar, mungkin Afifa akan sangat sedih.

💕💕💕

Layla keluar dari kamar Akhtar untuk menemui Farhan. Farhan sudah menunggu Layla sejak tadi dan menunggu ibunya di luar ruangan.

"Ma. Ada apa ma? Kok tiba-tiba mama panggil aku kesini?" tanya Farhan.

Layla sejenak melihat kedalam ruangan Akhtar. Akhtar masih saja tidur dan tidak sadar. Sebagai ibu, dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Zahra. Zahra sangat mengkhawatirkan anaknya. Layla pun juga mengkhawatirkan putrinya setelah Zahra menampar putrinya.

"Mama mau minta tolong sama kamu. Tapi cuma mama sama kamu aja yang tahu."

Layla nelihat sekeliling. Memastikan jika tidak ada orang yang melihat maupun mendengarnya.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang