Bagian 56

391 17 0
                                    

Maya mengambil air wudhu di tempat wudhu masjid tersebut. Maya melakukan gerakan wudhu seperti biasa. Setelah wudhu, Maya mengambil mukena di tempat mukena lalu langsung melaksanakan salat maghrib berjamaah.

Imam mengakhiri salat dengan salam lalu berdzikir. Setelah itu, imam memimpin jamaah untuk berdo'a pada Allah. Setelah selesai berdo'a, satu persatu jamaah mulai meninggalkan masjid hingga hanya tinggal Maya yang berdzikir dan wanita disamping Maya yang juga berdzikir.

Maya menengadahkan tangannya untuk berdo'a kepada Allah dalam hati, karena hanya Allah lah yang patut untuk dimintai pertolongan.

"Ya Allah, hamba memohon kepada engkau. Tolong lindungilah suami dan orang terdekat hamba yang sedang berada dalam sekapan David ya Allah. Jangan biarkan David menyakiti mereka ya Allah."

"Ya Allah, saat ini hamba sedang membutuhkan petunjuk darimu. Apakah hamba harus melakukan syarat yang diberikan David untuk hamba atau tidak? Hamba benar-benar tidak ingin suami dan orang terdekat hamba disakiti oleh David."

Maya berdo'a dengan air mata yang membasahi cadarnya. Sesekali Maya mengeluarkan isakan yang membuat wanita disampingnya menjadi prihatin. Maya pun menyudahi do'anya. 

"Mbak lagi patah hati ya?"

Suara wanita disamping Maya, membuat Maya menoleh ke arah wanita tersebut dengan kerutan di keningnya.

"Mbak nggak usah tanya kenapa saya bilang kayak gitu. Itu karena saya pernah merasakan apa yang embak rasakan." Wanita itu tersenyum dan menatap Maya.

"Dulu, saya mempunyai teman di masa kecil. Kami sangat dekat karena kami dulu bertetangga. Disitu mulai tumbuh benih-benih cinta dihati saya.  Namun, saat kami dewasa, kami sudah tidak pernah bertemu lagi karena dia pindah rumah. Hingga kami dipertemukan dengan cara yang tragis." Sejenak wanita itu mengambil nafas karena merasakan sesak saat mengingat kejadian itu.

"Orang tua saya kecelakaan dan yang menabrak orang tua saya adalah teman masa kecil saya. Orang tua saya meminta teman masa kecil saya untuk bertanggung jawab dengan cara menikahi saya. Hingga pernikahan itu pun berlangsung dan disaat itulah orang tua saya meninggal."

Maya masih setia mendengarkan curhatan wanita itu.

"Satu bulan kami menjalani bahtera rumah tangga, suami saya meminta izin pada saya untuk menikah lagi karena dia telah berzina dengan wanita lain hingga waniat itu mengandung anaknya."

Maya beristighfar dalam hati. Maya sangat terkejut dengan apa yang diceritakan wanita itu. Hatinya pun juga ikut hancur karena mereka sesama wanita. Wanita itu mulai menitikkan air matanya.

"Terkadang, arti kata cinta itu bukan kedua insan yang saling mencintai. Tapi, bisa juga cinta diartikan merelakan jiwa dan raga kita terluka untuk membahagiakan orang yang kita cintai."

Maya seperti mendapatkan sebuah penerangan dari wanita itu. Ternyata, masih ada orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan seperti yang di alami Maya, malah lebih parah darinya.

Wanita itu menghapus air matanya dan tersenyum. "Maaf mbak, saya jadi kebawa suasana."

Maya mengangguk. "Nggak papa mbak. Saya malah seneng kalau ada temen yang curhat ke saya, apalagi sesama wanita."

Kemudian, Maya teringat oleh buku diarynya yang ada di ranselnya. Maya mencoba meresapi apa yang di katakan wanita tersebut.

Suara adzan isya' berkumandang. Maya pun berfikir tentang apa yang harus ia lakukan sekarang ini. Mungkin ini adalah jalan dari Allah untuk mengabulkan permintaannya.

Ponsel Maya berdering rilih. Ada sebuah nontifikasi SMS dari nomor yang tidak dikenal. Maya membuka pesan tersebut.

Kalau lo bener-bener siap, gue kasih waktu ke elo sampek jam 12 malem. Kalau lo nggak dateng-dateng, terpaksa gue nyakitin suami dan sahabat elo.

Akhtar & Afifa [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang